Berawal dari sini

21 4 1
                                    

Vote sebelum baca😊


Brak

"Aww, aah tidak mimpi ini seperti kenyataan. huh... aku tidak yakin dengan mimpi tersebut." ucap salsa dan langsung berdiri dan berkemas-kemas untuk membersihkan diri dan bersiap-siap menunggu hal yang membosankan.

****

Kini salsa sudah berada di ruangan kelasnya lebih awal, dan hanya beberapa siswa siswi saja yang di lihatnya. Kini tatapan salsa berpaling ke salah satu benda yang ada di atas mejanya, alangkah terkejutnya salsa, itu adalah penanya yang kemarin patah di buat Devano, dan kini bisa rapi seperti baru.

"Pena ini?" ucap salsa bingung serta membalik balikan pena tersebut berulang kali, jelas bahwa pena tersebut masih baru.

Beberapa menit, kelas sudah begitu ramai dan beberapa siswi perempuan mempercantik dirinya di dalam kelas, sebagian hanya memandangnya saja.

"Aku harus terlihat cantik di depan devano" ucap dini, dan sibuk memakai lipsit di bibirnya.

"Devano sudah datang gays...." teriak dari depan pintu, suara sinta begitu menggelegar dan membuat para cabe-cabe itu berdiri di depan pintu, seperti penjaga devano di rumahnya.

Devano berjalan dengan ke adaan coll dan membuat siswi-siswi di kelas berdiri di depan kelas mereka.
Kecuali Salsa dan Rani.

Kini, Devano sudah berada di depan kelasnya, namun pemandangan yang terlihat jelas di mata dia, dan  membuat dia malas untuk melanjutkan jalannya menuju kelas.

"Pagi dev, sini tasnya biar aku bawakan saja" ucap dini dan langsung mengambil tas dari tangannya Devano. Sedangkan wanita yang lain hanya tersenyum-senyum melihat ketampanan devano, mereka seperti di dalam mimpi yang dimana lelaki di sekolahnya begitu tampan-tampan terutama dengan devano, yang bisa di bilang paling tampan.

"Eh bro, ntar siang ada acara ga?" tanya kevin menghalangkan jalan devano menuju tempat duduknya.

Kevin paramatajaya, anak dari teman papanya devano, bisa di bilang kevin adalah teman waktu kecilnya devano. Pria ini termasuk kedalam golongan siswa terfavorit di sekolah itu, dia tidak kalah keren dengan devano namun, dia hanya sendikit onar.

"Tho the point langsung." ucap devano dingin.

"Emang yah ga ada berubah-rubahnya lo dev, hahah...." saut kevin.

Devano pria dingin, dia sangat tidak menyukai berbagai alasan, ataupun basa basi. "Kalau ga ada yang mau di bicarakan,jangan menghalangi jalan." ketus Devano, dan berjalan sambil memasukan tangannya di kedua saku celananya.

Kevin sudah mengetahui seperti apa devano, dia tidak pernah marah biarpun apa yang di katakan oleh devano, baginya emang itu sudah menjadi ciri khasnya devano dari dulu.

"Basket, ntr pulang sekolah kita adakan kumpulan bareng temen lama, ok-ok gue ke kelas gue dulu, remember I'm waiting" ucap kevin dan langsung berjalan dengan ekspresi yang begitu manis.

***

"Ah seperti mimpi, begitu tampan dia" ucap Rani sambil menerjap-nerjapkan matanya.

"Biasa aja kali Ran, dia juga ga bakal tertarik samamu, hahahah" jelas Salsa dan membuat Rani ikut tertawa juga. Devano pura-pura tidak peduli dengan apa yang mereka katakan, dia hanya terfokus memainkan handponenya saja.

Tak beberapa lama salsa langsung kembali teringat dengan pena, mungkin ini kesempatan dia untuk berterimakasih dengan devano, bukannya waktu kemarin dia belum sempat berterimakasih dengannya.

"Permisi, eumm aku berterimakasih untuk tumpangannya kemarin, dan pena ini." ucap salsa sembari mengangkat pena tersebut ke hadapan Devano.

"Gadis yang begitu lucu" batin devano sambil menahan tawanya. Baru ini devano melihat wanita yang begitu polos baginya.

KAU MILIKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang