PROLOG

20 0 0
                                    

Semilir angin berhembus menemani Sang Surya yang perlahan menurun di ufuk barat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semilir angin berhembus menemani Sang Surya yang perlahan menurun di ufuk barat.

Seorang gadis sedang terduduk dipinggir danau, menghadap ke arah matahari terbenam.

Rambutnya cepolnya bergerak mengikuti arah angin.

Langit lembayung perlahan berubah menjadi gelap. Malam telah tiba dan gadis itu tak beranjak sedikitpun dari tempatnya.

Bermenit-menit telah berlalu, malam semakin larut dan perlahan langit mulai menghitam.

Gerimis mulai turun, gadis itu menjulurkan tangan merasakan setiap rintik yang jatuh mengenai telapak tangannya.

Ia mendongak melihat hitamnya malam. Pikirannya mulai berkelana kesana-kemari. Ketika Ia sibuk dengan pikirannya, awan semakin menghitam dan menggumpal.

Tak menunggu lama, hujan deras mulai turun. Gadis itu segera beranjak dari sana, melindungi kepala dari hujan dengan tangannya dan berlari menuju mobil yang terparkir di pinggir danau kemudian berkendara menuju kota.

🌼🌼🌼

Gemerlip lampu kota menerangi jalanan. Hujan mulai reda namun rintik-rintik gerimis masih berjatuhan. Jalanan basah, aroma tanah bercampur air hujan menguar dan udara mulai dingin.

Lily merapatkan jaketnya dan menyeruput segelas teh hangat sembari menunggu pesanannya jadi.
Setelah pulang dari danau, ia merasa lapar dan melihat pedagang nasi goreng kambing di pinggir jalan. Jadilah ia mampir untuk makan.

Perutnya keroncongan sejak tadi ditambah udara yang semakin dingin membuat Lily merapatkan jaketnya untuk kesekian kali.

"Neng, nasi gorengnya pedes kagak?" tanya abang penjual nasi goreng.

"Pedes dikit, Bang. Banyakin daging kambingnya ya!" balas Lily.

"Siap, Neng." Jawab si abang.

Lily menunggu sambil menggenggam gelas teh hangatnya dengan kedua tangan. Merasakan hangat yang menjalar dari sana.

Setelah menunggu beberapa saat, abang nasi goreng pun datang membawa makanan pesanan Lily seraya berkata, "nasi goreng extra daging kambing dan pedes sedang."

"Makasih, bang." Ucap Lily.

Si abang membalas dengan mengacungkan jempolnya.

Aroma nasi goreng menguar, membuat perut gadis itu semakin meronta minta diisi.

Lily segera menyantap nasi goreng kambingnya, rasa gurih bercampur dengan pedas menyatu dalam lidahnya. Apalagi nasi goreng itu disajikan dalam keadaan masih panas berkebul.

Kacamata bundarnya mengembun sebab uap dari nasi goreng milik gadis itu. Tak mau ribet, Lily melepas kacamatanya dan melanjutkan makannya.

Badan Lily perlahan menghangat, ia melupakan fakta bahwa sedari tadi ia kedinginan. Malah sekarang rasanya ia ingin melepas jaketnya.

Sungguh hebat sekali efek dari makanan dan minuman hangat di saat hujan seperti ini.

Tak menunggu waktu lama, Lily telah menghabiskan makan malamnya.

Ia melihat arloji dipergelangan tangan, ternyata sudah jam 8 malam.

Lily beranjak hendak membayar pesanannya.

Setelah membayar pesanannya, ia menuju mobil melanjutkan perjalanan yang tadi sempat tertunda.

Jam sudah menunjukkan pukul 09:25 PM saat Lily sampai dirumahnya.

Sesudah memarkirkan mobilnya digarasi, ia kemudian masuk kedalam rumah.

Keadaan rumah gelap, lantas Lily menyalakan semua lampu yang ada dirumahnya, tak terkecuali lampu teras. Setelah itu dia naik ke atas menuju kamarnya.

Ia segera membersihkan diri di kamar mandi. 15 menit kemudian Lily sudah merebahkan dirinya diatas kasur, sekarang badannya sudah tidak lengket dan fresh kembali.

Lily melihat ke langit-langit kamarnya. Merenungkan sesuatu. Dia bimbang, akankah dia menetap disini atau pulang kesana?

•——🌼🌼🌼——•

🍁🍁🍁

Haii, aku penulis baru disini.
Aku dah lama main wattpad, tapi belum berani bikin cerita. Sekarang, aku baru memberanikan diri buat publish ceritaku disini.

Maaf, jika ada kata/kalimat yang salah🙏

Aku baru belajar nulis nih, hihihi...
Kalau ada typo tolong dikoreksi ya teman-teman☺️

Salam dari aku,
Daniie🧡

Momentum in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang