BAB I

7 0 0
                                    

—HAPPY READING—

—HAPPY READING—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1. Sekolah
•••

Pagi jam 6:32 WIB, Lily sudah rapih dengan seragamnya. Dia berdiri di depan kaca, mematut dirinya serapi mungkin.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan semester.
Lily memoles lipbalm dibibir mungilnya sebagai sentuhan terakhir.

Setelah merasa cukup dengan dandanannya, ia pun segera keluar kamar dan bergegas turun.

Lily memang tinggal sendiri di kota ini dengan rumah sederhana hasil dari jerih payahnya.

Keluarganya tinggal berpencar.

Namun, bukan berarti dia kesepian. Kerabat dan teman-temannya banyak di sekitaran sini, meskipun begitu dia tetap memutuskan untuk tinggal sendiri dengan alasan ingin mandiri.

Setelah memastikan pintu rumah terkunci, Ia segera bergegas menuju halte depan komplek perumahannya.

Jarak dari rumah ke sekolah tidak begitu jauh, makanya ia memilih untuk naik bus kota saja.

🌼🌼🌼

Lily menghembuskan napas lega saat berhasil masuk ke dalam sekolah. Hampir saja ia terlambat.

Bus kota tadi memang ngaret karena jalanan sedikit macet. Untungnya ia masih diperbolehkan masuk ke sekolah.

Lily segera berjalan menuju kelas.

Saat sampai di depan kelas ada salah satu temannya yang menyapa.

"Hei, Ly. Liburan kemana aja?" Tanya Johan.

"Kemana-mana hatiku senang, Jon." Balas Lily sambil nyengir.

Lily terkesiap saat tiba-tiba ada lengan yang mengalung dilehernya. Ketika menoleh ternyata itu ulah salah satu temannya, Ava.

"Beibbb... Kamu kemana aja selama liburann? Kenapa nggak bisa dihubungi? Huh? Tega kamu sama aku?" Cerocos Ava, yang terkenal dengan cerewetnya.

"Yang penting aku gak hilang kan?" Jawab Lily cuek sembari masuk ke kelas.

Lalu keluar lagi dan berkata, "dah yuk ke lapangan udah dipanggil dari tadi."

Ava merajuk, "Kalo sama Johan aja ada manis-manisnya, kok sama aku cuek, sih? Aku merasa tersakiti."

"Jangan mulai deh, Va. Buru ke lapangan." Kata Johan yang berjalan menuju lapangan.

Momentum in TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang