FS. 03

16 4 0
                                    

"Yeah! Let's!" ucap Nabila sambil merangkul bahu Riri dan melangkah pergi menghindari tatapan Nasya.

⭐⭐⭐⭐

Setelah sampai di kamar, Nabila langsung melepaskan kerudungnya lalu ia sampirkan begitu saja di salah satu pintu lemarinya yang paling atas. Kemudian ia letakkan kitab-kitab nya di atas lemarinya yang memang telah dirancang Nabila untuk tempat buku-bukunya.  Lalu  ia merebahkan badannya ke atas kasur adik kelasnya yang memang berada di bawah kasurnya. Ya, sudah dikatakan sebelumnya jika ranjang santri Al-himmah itu ranjang bertingkat dengan dua kasur (bawah dan atas) dan kasur Nabila ada di atasnya. Nabila lebih memilih kasur di atas daripada di bawah karena kebiasaan nya sebelum tidur adalah memandangi langit-langit kamar sambil melamun. Sedangkan jika ia memilih kasur di bawah, yang ada ia akan memandangi punggung ranjang atas. Kebetulan saat ini kasur bawahnya sedang kosong dengan pemilik nya yang entah dimana, jadi Nabila singgah sejenak.

Tiba-tiba ia teringat pada buku tulis yang diberikan Rafi tadi kepadanya. Nabila pun bangkit dari posisinya dan meraih buku itu di atas lemarinya. Lalu ia duduk sejenak memandangi buku tulis tersebut penasaran. Sebenernya maksud Rafi apaan sih ngasih buku ini? Batin Nabila sambil membolak-balikan buku tulis itu.

Lalu ia pun menengok ke arah ketiga sahabatnya yang kini tengah rebahan di ranjang mereka masing-masing. Riri yang ranjang nya berada di bawah dan tepat di samping ranjang Nabila, kini mulai memejamkan matanya. Siina yang ranjangnya berada setelah satu ranjang di samping Riri pun mungkin telah memejamkan matanya. Sedangkan Nasya tak ada di kamar, sebab ia pergi dari kamar setelah meletakkan kitab-kitab nya di lemari tadi.

Nabila pun menghela napas lega lalu melirikkan matanya pada jam tangan hitam yang bertengger di tangan nya. Jam 2 lebih 15, masih sempat! Batin Nabila. Ia pun lalu membawa buku tulis yang masih di tangannya sambil memanjat naik ke ranjangnya. Lalu Nabila merebahkan dirinya dengan posisi telungkup dan memeluk bantal nya dengan kedua lengannya kemudian membuka perlahan buku tulis itu yang kini telah ia tutupi di bawah bantalnya.

Halaman pertama kosong, kedua kosong, ketiga kosong, keempat pun kosong. Nabila mengernyitkan kedua alisnya bingung. Kok kosong sih? Batin nya. Ia pun buka terus halaman per halaman nya dengan hati-hati saking penasarannya. Dan sampai di halaman tengah, barulah Nabila menemukan tulisan disana.

Dear Nabila,

Jam 9 malam setelah pengajian abah selesai, temui aku di lorong mushola. I miss you, aku butuh ketemu kamu :)
Dateng ya, aku tunggu kamu.

O, iya! Btw buku ini kita pakai buat komunikasi yaa kalau mau ketemuan. Kamu jaga baik-baik, jangan sampai ketahuan yang lain.

See you tonight :3

Rafi ;)

Nabila pun sontak bergidik ngeri membaca nya. Alay banget sumpah! Hiiih!! Ini beneran Rafi yang nulis? Batin Nabila sambil menatap horo ke arah buku tulis tersebut.

Ia pun menutup buku itu lalu merubah posisi nya menjadi terlentang. Kemudian Ia letakkan kedua lengannya di bawah kepala nya dan mulai berpikir.

"Jam sembilan malam?" gumam Nabila, lalu ia pun mendesis dan menggelengkan kepalanya.

Enggak! Enggak! Enggak! Gak mau ah! Nanti kalo ketahuan berabe lagi!

Lagian Rafi alay banget deh pake nulis-nulis surat di buku segala. Kalo mau ketemuan, tinggal bilang aja kali! Pake nulis segala! Kayak bocah banget.

Duh! Trus gimana dong? Dateng nggak ya? Kalo gue gak dateng, dia marah enggak yaa?

Nabila mulai berargumen dengan batinnya. Ia menggigit bibir bagian dalam nya, gelisah. Matanya mulai bergerak tak tentu, ujung kakinya ia goyangkan ke kanan dan ke kiri.

Four Stars (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang