17. Kembali

11 3 0
                                    

"Yang membunuh kalian itu adalah pemberontak, aku pernah mempertemukan Slavia dengan anak pemberontak." Jelasnya, dengan kening berkerut aku bertanya tanpa bersuara.

____

"Dia yang pernah menabrakmu, saat bermain dengan anak anak di pemukiman warga. Tidakkah kamu ingat hal itu?" Tanya Mistik, sekelebat ingatan menghancurkan konsentrasi ku.

"Oh! Wanita lemah kek jeli itu?" Tanyaku asal saja, membuat yang lain tertawa kecil.

"Iya, dia adalah putri kesayangan pemberontak yang tinggal di jantung kota sebagai anak bangsawan," Masih belum konek. "Jika kalian tidak berada di tubuh sang putri, maka perempuan itu yang akan membuat kehancuran di dunia Mustika."

Hal itu membuatku semakin yakin bahwa aku sekarang sudah tersambung, bisa memahami percakapan kali ini.

"Mengapa?" Tanya Leska, di dalam iris matanya terdapat keputus asaan.

"Jika dia yang menjadi tunangan salah satu pangeran, maka akan terjadi perpecahan. Kalian lihat kan bahwa yang dicintai para pangeran itu Slavia, tapi pada akhirnya mereka menyadari bahwa Slavia mencintai Xavier dan David serta Arka menyadari bahwa keegoisan dapat mematahkan cinta dan ketulusan seseorang." Akhirnya kami tersenyum haru, aku mulai memeluk kedua sahabatku dengan sayang.

"Aku rasa ini waktunya untuk kembali ke dunia kalian." Ujar sang Mistik, tapi tercegah oleh pertanyaan Nabila.

"Bagaimana perasaan orang orang di Mustika kalau kami pergi meninggalkan mereka?" Sejenak sang Mistik terdiam, dia memikirkan cara memberikan penjelasan kepada Nabila.

"Mereka baik baik saj-" kalimat itu terputus karena jiwa kami seolah terlempar, dan tepat saja.

Aku terbangun tepat merasakan tubuhku terjatuh, pandanganku awalnya buram kemudian menjadi jernih.

"Nabila? Leska?" Panggil ku spontan, bukannya menyahut mereka memegang pundak ku lembut.

"Kami disini, Slavia!" Ujar mereka sembari tersenyum, aku berusaha mengeluarkan senyuman manis ku.

"Aku rasa kita tertidur lebih lama." Ujar Leska, dia berbicara lebih banyak dari biasanya.

"Menurutku bukan, karena hari ini masih hari kelahiran ku." Aku menyengir kuda sembari memperlihatkan kepada mereka tanggal di handphone ku.

"Ayo bergegas!!!!"teriak Nabila, aku dan Leska pun berlarian menuju kamar masing masing.

Aku memasuki kamarku dengan tergesa-gesa untuk bersiap ke sekolah, karena buku yang terjadwal hari ini sudah aku buat kedalam tas.

Dengan mudah aku langsung menyampirkan di kedua pundak ku, pakaian ku sudah rapi beserta atribut sekolah lainnya.

Tanpa sarapan, aku bergegas untuk bergabung dengan Leska dan Nabila yang sedang menunggu ku di depan pintu.

"Lama sekali sih!" Ucap Nabila, aku terkekeh geli.

"Udah flash tau ga." Ucapku.

"Lebih tepatnya kamu kek keong!" Canda Leska membuat kami tertawa sebentar, lalu berlari menuju sekolah masing-masing.

Kami berbeda sekolah, tapi bedanya Nabila dan Leska berada di SMK dan aku berada di SMA.

Minat kami berbeda, tapi otak kami sama.

Aku berlari secepat yang aku bisa, menghindari satpam yang ingin menutup gerbang.

Tapi telat, gerbang tertutup rapat menampilkan wajah ngeselin satpam.

Derap langkah kaki terburu-buru milik seseorang membuatku yakin bahwa ada yang telat seperti diriku, masih memberikan Wajah memelas ku kepada satpam.

The History Miracle of Love{komplett ✔️}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang