2: Membuat Alur Jadi Mengalir

59 7 0
                                    

Di chapter ini, mari kita bahas tentang unsur terpenting yang membentuk cerita: paragraf, narasi, dan dialog. Gimana membuat cerita terasa mengalir dengan narasi dan dialog? Langsung aja kita kupas sama-sama!

Paragraf dalam Fiksi
Paragraf, seperti kita tahu, adalah bagian di mana kita mengurai dan memisahkan pokok-pokok utama dari suatu karangan. Entah karangan fiksi mau pun nonfiksi, pasti selalu disusun atas beberapa paragraf yang walaupun berbeda, tetap koheren dan nyambung dengan paragraf lainnya. 

Paragraf pada umumnya dibangun dari 3 – 7 kalimat. Namun, untuk karangan fiksi sendiri, sebenarnya gak ada aturan yang ajeg mengenai berapa kalimat dalam satu paragraf. Selama ada pokok yang berbeda dari paragraf sebelumnya, maka penulis gak dibatasi untuk menulis satu kalimat dalam satu paragraf. Tapi kembali lagi, poin utamanya adalah inti yang disampaikan di paragraf tersebut harus beda dengan paragraf sebelum atau setelahnya. Kalau masih sama sih, gak perlu enter dulu, jadiin aja satu paragraf. 

Pemotongan paragraf juga penting biar cerita terasa semakin mengalir. Tapi soal ini, pintar-pintar author deh, karena yang mengerti cerita tentu author-nya sendiri. Yang penting, perhatikan lagi sifat dari paragraf: pokok yang disampaikan berbeda, logis dan koheren (memiliki sebab-akibat yang jelas), dan berkesinambungan antar satu paragraf dengan paragraf lain. 

Mengungkap Rasa dengan Narasi
Paragraf dalam fiksi sebagian besar dibangun dengan narasi. Paragraf narasi yaitu paragraf yang menjelaskan suatu peristiwa secara runut dan kronologis. Dalam menceritakan sesuatu, kita pasti cerita sesuai urutan kejadiannya, 'kan? Itulah yang kita lakukan saat membangun suatu narasi. 

Narasi memegang peran penting dalam suatu fiksi. Penjelasan awal tentang cerita, aktivitas, perasaan dan perilaku tokoh, serta perubahan sudut pandang, kita jelasin lewat narasi. Di narasi juga terselip deskripsi, yaitu penggambaran fisik dan gerak-gerik tokoh, atau latar waktu dan tempat cerita itu terjadi. Narasi adalah bagian yang membedakan karangan fiksi dengan naskah drama, karena ada penjabaran detail mengenai apa yang ada di dalam cerita. 

Tapi, sering gak sih, mentok bikin narasi? Kayanya, berkali-kali diedit, kok pas dibaca rasanya monoton, atau masih ada yang ganjal?

Biar narasi gak datar, ada teknik yang disebut showing dan telling. Showing yaitu pengungkapan berdasarkan penginderaan si tokoh, bisa dari penglihatan, pendengaran, penciuman, sampai suhu yang dirasakan si tokoh. Saat memakai showing, kita seakan-akan jadi tokoh yang kita tulis dan merasakan langsung apa yang ia rasakan saat itu. 

Sementara telling yaitu pengungkapan fakta atau apa yang terjadi, langsung oleh penulis. Bahasa mudahnya, telling itu lebih to the point dalam pengungkapan suatu cerita.      

Mari kita lihat contohnya:
(S) : Yeonjun mengeratkan rahangnya mendengar penjelasan Beomgyu. Ia mengalihkan pandangan, enggan bertemu tatap dengan temannya itu.
Dan ini alternatifnya:
(T) : Yeonjun sangat marah begitu selesai mendengar penjelasan Beomgyu. Ia tak ingin melihat wajah Beomgyu.

Kebayang? Kalau belum, kita coba yang bisa jadi nyambung:
(S) : Rambut yang tertiup angin dan tawa ceria itu membuat Taehyun terpukau. Jantungnya berdebar tak karuan, ia tak dapat mengalihkan pandangan dari Hueningkai._
(T) : Semula ia ragu dengan perasaannya. Tapi tampaknya, ia benar-benar jatuh cinta dengan sahabatnya itu.

Untuk penggunaan showing dan telling, kamu bisa gunakan dua-duanya dalam satu paragraf. Yang jelas, author juga harus jeli dengan timing yang tepat dalam menggunakan showing atau telling. Showing cocok untuk menambahkan detail dan biar lebih terasa feel dari cerita, namun kalau terlalu banyak digunakan jadinya bertele-tele. Sementara telling cocok untuk menegaskan sesuatu dalam cerita, tapi kalau terlalu banyak telling, pembaca akan kurang 'merasakan' cerita itu sendiri.

Kalau ada selipan kata hati author dalam narasi?

Tidak jarang ada detail-detail yang ditambahkan dalam narasi. Bisa jadi kata hati author, celetukan, atau sebuah informasi mengenai cerita yang seakan 'bisikan' dari author. Untuk membedakan ini, gunakan tanda kurung [()] sebagai pemisah dengan narasi utama. Tanda baca terletak di dalam kurung, kalau kamu menulis kalimat tersebut setelah titik. 

Saat Harus Diungkapkan dengan Konversasi
Gak semuanya bisa diungkapkan dengan narasi. Tentu saja, karena kita bikin tokoh yang 'hidup', pasti tokoh tersebut akan berinteraksi dengan orang lain. Dan unsur lain dalam karangan fiksi ini kita pakai saat tokoh mengobrol dengan orang lain: dialog. 

Dialog adalah percakapan tokoh yang diapit dengan dua tanda petik. Dengan dialog, tokoh mengobrol, mengungkapkan perasaannya terhadap orang lain, meminta tolong, dan sebagainya. Dialog juga memainkan peranan penting dalam alur cerita. Konflik dimulai dari pertengkaran? Mulai dengan dialog. Salah paham dengan teman? Selesainya juga dengan dialog. 

Untuk dialog sendiri, mungkin lebih mudah dibayangkan daripada membuat narasi. Namun, ada hal-hal penting yang harus diperhatikan saat membuat dialog. Pertama, tentu saja dengan penggunaan tanda baca yang berbeda. Dialog punya tanda petik sebagai pembeda dengan narasi. Penggunaan tanda baca untuk dialog udah dibahas ya di chapter 1.

Kedua, kita sering banget melihat ada kata yang mengikuti setelah dialog, seperti ujar, kata, ucap, tegur, cela, dan sebagainya. Kata-kata itu disebut dengan dialog tag. Dialog tag membantu kita untuk menunjukkan siapa yang sedang berbicara dan gimana reaksi dari tokoh tersebut. Penggunaan dialoh tag sendiri bervariasi tergantung kondisinya—misalnya ujar dan bentak, keduanya digunakan dalam kondisi yang berbeda. 

Ketiga, pemotongan paragraf untuk dialog berbeda. Setiap berganti tokoh, paragraf yang mengandung dialog harus dipisahkan. Hal ini supaya tidak menimbulkan kebingungan pada pembaca. Author boleh menambahkan kalimat penjelas, seperti apa yang dilakukan oleh tokoh saat sedang berdialog tersebut kalau ingin detail di satu paragraf yang sama.

Tokohku berbicara di dalam hati, apa itu dialog juga?

Pikiran atau kata batin yang tidak disuarakan tokoh pada lawan bicara adalah monolog internal. Cara penulisan monolog internal sendiri berbeda dengan dialog dan narasi. Ada yang berpendapat, monolog bisa diapit dengan tanda petik tunggal ('), namun bisa juga monolog tersebut dimiringkan (italic). Yang penting, monolog ini terbedakan dengan dialog atau kalimat penjelas di sekitarnya. Contoh:
'Dia pikir aku akan sudi menerimanya?' ujar Hueningkai dalam hati.
Dia pikir aku akan sudi menerimanya? ujar Hueningkai dalam hati.

Demikian topik tentang paragraf, narasi, dan dialog ini. Siap dong untuk membuat cerita yang lebih mengalir?

Bonus

Di bawah ini adalah feeling wheel. Bulatan yang tengah adalah emosi utama, bulatan lapis kedua merupakan emosi yang lebih spesifik, sementara bulatan terluar merupakan reaksi dari tokoh. Kamu bisa memakai feeling wheel untuk memperkaya diksimu dalam menggambarkan perasaan tokoh di narasi :)

 Kamu bisa memakai feeling wheel untuk memperkaya diksimu dalam menggambarkan perasaan tokoh di narasi :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Writing with Seratus!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang