Rasanya dunia Minghao hancur. Ia mengurung dirinya di kamar sejak berita Hoshi yang membenarkan bahwa dirinya tengah berkencan.
Minghao marah.
Minghao kecewa.
Ia merusak semua poster yang ada di kamarnya hingga tak bersisa. Barang-barang yang berbau Hoshi ia lempar tak tentu arah. Beberapa masuk ke kolong kamar tidurnya, beberapa lagi mengenai vas-vas kecil yang ia letakkan di dekat jendela. Membuat vas itu jatuh dan pecah.
Pintu kamarnya sudah berkali-kali diketuk. Minghao tahu kakaknya sedang khawatir. Wanita yang lebih tua 2 tahun darinya itu terus memanggil namanya dari balik pintu. Berusaha membujuk Minghao agar gadis berusia 24 tahun itu mau melahap makanannya.
Tapi tak ada jawaban. Minghao masih setia meringkuk di balik selimutnya, menyembunyikan wajah kusutnya dan mata bengkaknya sisa dari dirinya yang menangis selama 2 hari ini.
"Aku membencimu Oppa. Sangat membencimu." gumamnya. Ia sudah tak menangis lagi. Air matanya sudah kering, sudah habis karena ia yang menangis 2 hari penuh.
Perutnya kosong. Rasanya sangat lemas. Ia tidak makan 2 hari, hanya minum dari air minum yang memang tersedia di kamarnya.
Pintunya masih setia diketuk. Entah apa yang mereka lakukan di sana, namun pintu tiba-tiba terbuka. Wonwoo masuk dengan wajah khawatir bercampur marahnya. Ia menghampiri Minghao dan mencubit pipi chubby Minghao agak keras.
"Kau! Berhentilah berbuat gila! Berhenti membuat orang lain khawatir padamu!" bentaknya kepada Minghao yang kini mengaduh kesakitan. Tangan mungil Minghao berusaha melepaskan cubitan Wonwoo, meskipun akhirnya ia menyerah karena tenaganya benar-benar habis.
"Kau tidak mengerti, Won." tutur Minghao setelah cubitan itu terlepas. Ia mengusap kedua pipinya yang kini terasa panas, mungkin warnanya sedikit memerah.
"Tentu saja aku tidak mengerti. Bagaimana bisa aku yang berakal sehat ini mengerti isi pikiran orang gila sepertimu?"
Minghao kesal. Ia menatap Wonwoo tajam. Wonwoo bilang apa tadi? Orang gila seperti Minghao? Tidak, Minghao tidak gila. Ia hanya sedang jatuh cinta. Jatuh cinta kepada idolanya selama 5 tahun terakhir ini.
Dan jatuh cinta adalah perasaan yang wajar bukan?
"Pergilah! Jangan ganggu aku." Minghao kembali mengusir Wonwoo. Ia mendorong tubuh tinggi dan berisi milik Wonwoo. Yang tentu tak membuat perubahan apapun. Mengingat tubuhnya saja kalah besar dengan tubuh Wonwoo.
Wonwoo menggeleng keras, "tidak! Aku tidak akan pergi dan meninggalkanmu dalam keadaan gila seperti ini. Cepat makan dan dengarkan wejangan dariku! Aku tidak menerima penolakan untuk saat ini."
Dengusan kesal meluncur begitu saja dari Minghao. Dengan bantuan Wonwoo, Minghao dipaksa untuk duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Lalu Jeonghan yang sedari tadi menonton di depan pintu kamar berjalan mendekat, dengan sebuah nampan berisi makanan di tangannya.
Wonwoo menyuapi Minghao, memaksa agar gadis keras kepala itu mau melahap makanannya. Dalam hati Wonwoo meringis, melihat betapa lemahnya Minghao saat ini membuatnya tak tega.
"Sudah. Aku sudah kenyang."
"Pembohong! Kau bahkan baru memakan empat suapan." Wonwoo langsung membantah keluhan Minghao. Demi apa pun, ia tak akan membiarkan sahabatnya gila hanya karena idolanya itu. Wonwoo tidak ikhlas.
"Benar kata Wonwoo, Hao. Kau tidak makan selama dua hari ini. Hari ini, kau harus makan yang banyak. Eonni tidak mau tahu." Jeonghan menyahut. Ia membantu Wonwoo dalam hal memaksa Minghao.
"Demi Tuhan aku sudah kenyang." Minghao terus menolak suapan keenam itu. Seperti katanya, ia sudah kenyang.
Wonwoo menyeringai, "dan Demi Tuhan aku tak percaya padamu."
Lalu tanpa bisa menolak, Minghao menghabiskan sepiring penuh makanan masakan kakaknya. Ditambah dengan segelas besar air putih juga sebuah vitamin.
Sekarang tenaganya terasa pulih, begitu juga dengan rasa sakit hatinya.
"Kalau begitu, Eonni tinggal dulu. Wonwoo, aku titip Minghao." Wonwoo mengangguk, membiarkan Jeonghan pergi dengan piring dan gelas kotor itu.
"Kau," mata Wonwoo menatap Minghao lekat. Telunjuknya ia arahkan ke Minghao, mengancam. "Dengarkan aku!"
"Sudah cukup bagimu untuk mengagumi Hoshi, Hao. Kau sudah dua puluh empat tahun. Sudah sepantasnya kau memiliki seorang kekasih, menjalin asmara lalu menikah. Kau juga harus fokus pada karirmu. Lihat! Hanya karena Hoshi kau menelantarkan beberapa pemotretan. Apa kau pikir itu hal yang baik?"
For your information, Minghao adalah seorang model. Biasanya dia ditunjuk untuk menjadi model pakaian atau make up. Wajahnya yang cantik dan badannya yang ideal mempermudah segalanya.
"Tidak bisa. Aku jatuh cinta kepada Hos--"
"Cih! Kau pikir aku akan percaya padamu, Hao? Kau itu hanya terobsesi pada Hoshi. Tak ada orang yang jatuh cinta kepada orang yang bahkan hanya kau lihat dari layar ponselmu."
Ya harusnya Minghao tak perlu kaget. Wonwoo memang seperti itu. Terlepas dari pekerjaannya yang berhubungan dengan fiksi. Bukankah, sudah banyak novel mengenai seorang fans yang menikah dengan idolanya? Apakah Wonwoo tak bisa memikirkan hal itu untuk kasusnya?
"Begini saja. Aku akan mengenalkanmu kepada temanku. Dia seorang konten kreator. Dia juga baik, dan ya bisa dibilang tampan."
Minghao tersenyum remeh, "apa tujuanmu mengenalkanku pada temanmu itu?"
"Kau masih bertanya?" Wonwoo terkekeh kecil, lalu lengannya mengalung di bahu sempit Minghao. "Tentu saja aku berharap kau bisa dekat dengannya, Hao. Siapa yang tahu? Bisa saja dia adalah jodohmu."
Sialan Jeon Wonwoo.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
FANS (JunHao GS) ✔
أدب الهواةCinta Minghao bertepuk sebelah tangan, tentu saja. Ia mencintai idolanya, dan sekarang tersebar kabar bahwa idolanya tengah berkencan dengan seorang wanita non idol. Lalu bagaimana cara Minghao untuk dapat meredakan sakit hatinya? Warn: GS, Gendersw...