Prologue

12.5K 377 7
                                    

“WHAATT?” Mata Sivia dan Ify terbelalak kaget mendengar pengakuan dari sahabatnya itu. Jantung mereka bahkan hampir berhenti berdetak, saking kagetnya. Mata mereka melotot tajam mengarah kepada Shilla.

“Siv, gue nggak mimpi ‘kan? Cubit gue,” suruh Ify pada Sivia.

Gadis di sampingnya itu mencubit dan Ify pun berteriak kesakitan. Artinya ini bukan mimpi.

“Tapi... lo... hamil anak siapa coba? Kata lo, nyokap lo ngelarang lo pacaran. Kok bisa?” tanya Sivia heran.

Shilla menghela napasnya, “Cakka... ya... iya emang,” aku Shilla.

“SHILLA? Lo hamil anaknya GAY itu?” Ify takjub.

“Ya kali, Fy. Kalau Cakka gay seperti rumor yang beredar gue nggak bakalan hamil,” kata Shilla.

Kedua sahabatnya itu menggeleng-geleng bingung.

“Sumpah, deh. Gue bingung banget,” kata Ify sambil memegang kepalanya.

“Lo sama Cakka emang ada hubungan apa, sih? Perasaan lo berdua biasa-biasa aja tuh kalau di sekolah. Kok bisa?” Sivia heran.

Shilla diam. Dia hanya mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Dia mengaku kepada sahabatnya ini, agar mereka membantunya mencari solusi agar ia bisa ikut UN nanti. Karena kalau ketahuan dia hamil, bisa jadi dia dikeluarkan dari sekolah.

“Lo udah ngelakuin berapa kali sama Cakka? Sampe kebablasan gini?” Ify ceplas-ceplos saking kaget dan ikut pusing.

“Em... Sembilan, kayaknya,” jawab Shilla lagi.

“GILA!” teriak Ify.

“Duh... makanya gue tuh cerita ini ke kalian biar kalian bantuin gue cari jalan keluar dari masalah ini. Bukan teriak dan kaget-kagetan kayak gini,” kata Shilla.

“Lo udah kasih tau Cakka?” tanya Sivia.

Shilla mengangguk.

“Trus?” Sivia dan Ify serempak.

“Dia lagi mikirin jalan keluar juga,” kata Shilla.

“Hell... trus dia nggak mau tanggung jawab elo gitu?” tanya Ify.

“Maksudnya?” Shilla balik bertanya.

“Ya... tanggung jawab. Nikahin lo kek atau gimana gitu,” kata Ify.

“Itu nggak mungkin!” tegas Shilla.

“Lho kenapa nggak mungkin?” tanya Sivia mengernyit.

“Karna... em... karna...”

“Ya... karna apa, Shil?” tanya Sivia dan Ify serempak.

“Ya... karna kita memang udah suami-isteri...”

“WHAT?”

***

When The Wedding Comes EarlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang