WTWCE [9]

12K 454 155
                                    

9.

Kebun Raya Cibodas. Sejam sebelum kedatangan Cakka dan Shilla...

Tiga orang terlihat baru saja turun dari sebuah mobil. Seorang laki-laki dan dua orang perempuan. Mereka berjalan beriringan sambil membawa gulungan tikar, tripod dan sebuah handycam.

"Emang ada gitu sakura di kebun kayak gini?" Sivia yang membawa tripod bertanya.

"Ada, Via. Gue udah cek kemarin di sini dan memang ada. Terus luckily, bunganya memang lagi mekar," kata Ray yang sedang sibuk menenteng gulungan tikar.

"Lo panggil kita berdua kayak gini buat apa sih? Emang penting banget?" tanya Ify yang menyampirkan tas berisi handycam.

"Jadi kita ini tim sukses. Cakka sama Shilla lagi on the way kemari juga. Cakka mau buat Shilla supaya nggak stress mikirin masalah mereka. Jadi punya rencana buat bawa Shilla kemari. Kemarin gue disuruh ngecek taman ini kalau lagi mekar atau sudah gugur. Hari ini gue disuruh nyiapin taman sakura ini biar Cakka dan Shilla bisa hanami di bawah. Sekaligus dia nyuruh ngerekam momen-momen mereka di sini. Dan sepertinya gue nggak bisa sendirian untuk itu. Juga, yang tahu hubungan Cakka dan Shilla itu cuma kalian berdua dari semua teman-teman yang mungkin bisa menemani gue di sini. Jadi, gue ajak lo berdua buat jadi asisten gue dalam melaksanakan tugas ini," jelas Ray.

"Wah! Cakka merencanakan ini semua buat Shilla? Uh manis banget deh!" ujar Sivia sambil memeluk tripod yang di pegangnya.

Tiba-tiba saja Ify berlari tak karuan sambil berteriak-teriak, "AAAA... INI BENAR-BENAR SAKURA... AAAA... SUMPAH GUE KEMARIN DULU MIMPI KE JEPANG TERNYATA GUE KETEMU POHON SAKURA DI SINI!!! AAAAAA," Ify histeris berlari memeluk pohon sakura.

Sivia dan Ray saling tatap menatap melihat aneh kejadian di hadapan mereka itu. Mereka berdua datang mendekati Ify yang sedang mencium-cium pohon sakura di situ.

"WOY, Fy! Jangan norak kayak gitu juga kali! Malu-maluin tahu nggak!" ujar Sivia.

"Biarin, Siv! Gue dari dulu banget minta bonyok gue liburan ke Jepang tapi nggak di kasih-kasih cuma ingin pengin melihat bunga ini. Lo tahu 'kan kamar gue warna merah muda juga? Sakura ini gue banget tahu! Pengin gue bawa pulang terus taruh di kamar gue," cerocos Ify panjang.

Sementara ke dua sahabat itu saling beradu. Ray berjalan-jalan mengitari taman tersebut. Mencari sisi yang tepat untuk meletakan gulungan tikar yang akan digunakan Cakka dan Shilla. Ia mencari angle yang tepat agar handycam-nya bisa merekam setiap apa yang terjadi. Sesekali tangan Ray membentuk frame dengan jemarinya dari setiap sudut tempatnya berdiri. Setelah mendapat yang diinginkannya, Ray segera kembali kepada Sivia dan Ify.

"...di Jepang sakura ini mah pasaran. Dimana-mana ada Sakura. Lo kalau ke sana pasti bosan juga melihat sakura," kata Sivia.

"Sama aja kayak tulip di Belanda. Itu mah bukan pasaran Sivia. Tapi lambang kebahagiaan tiap negara. Pokoknya yang penting bunga sakura itu warna merah muda. Titik!" ujar Ify sambil bersedekap.

"Siapa juga yang bilang sakura itu ungu. Kalau sakura ungu berarti dianya udah janda. Hahaha..." Sivia tertawa terbahak-bahak.

Sedangkan Ify hanya menggembungkan pipinya, tidak terima dengan perkataan sahabatnya itu. Ray menggeleng-geleng melihat kejadian tersebut. Kedua sahabat ini selalu saja bertingkah aneh. Tapi lucu juga. Ray tertawa kecil sebelum mendekat ke arah dua sahabat itu.

"Kalau sakuranya hitam berarti lagi berduka," Ray menimpali membuat Ify semakin menggembungkan pipinya, "Udah nggak usah bertengkar gara-gara itu. Ayo! gue udah dapat angle yang tepat buat Cakka dan Shilla dan buat kita nanti," lanjut Ray lalu mencubit pipi Ify.

When The Wedding Comes EarlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang