Chapter 8 : Secret

12 5 2
                                    

Pesta pora masih berlanjut sampai tengah malam. Bau alkohol menyengat di segala penjuru ruangan. Ax berusaha menahan rasa pusing akibat meminum segelas bir yang ditawarkan Lin. Ia berusaha meminum sedikit, namun melihat kru yang lain meminum banyak, ia jadi segan dan berusaha untuk menjadi seperti mereka.

Auri terkekeh melihat Ax yang berusaha menggeleng-gelengkan kepala untuk menghalau rasa pusing.

“Hei, kau tak sanggup?” Auri menepuk bahu Ax.

“Ah, tentu saja aku sanggup.” Ax berusaha tersenyum. Walau itu hanya senyuman paksa.

Kru yang lain masih tetap menikmati pesta. Padahal, dua puluh botol bir hampir tandas mereka minum. Sepertinya hanya Axton yang mempunyai imun tubuh yang lemah. Poor Axton.

Axton memijat pelan pelipisnya. Ia menjauh dari Auri dan keluar dari bar. Tarikan alamiah dari lambung yang memaksa cairan bergumpal untuk keluar membuat Ax memilih menjauh.

“Ax! Tunggu aku!” Auri berlari mengikuti Ax. Kru yang lain pun menghentikan aktivitas mereka akibat teriakan Auri.

Sang Kapten pun meletakkan gelasnya dan berlari mengikuti Auri.

Sementara kru yang lain masih berusaha memahami apa yang terjadi, Ken yang baru saja akan memotong daging reflek menusukkan pisau kesayangannya pada daging babi bakar yang telah dibuat.

For god’s sake! Drama apa ini?!” desis Ken tajam.

Calm down, Ken,” ucap Calvin dengan hati-hati. Salah kata, tubuhnya yang akan dikuliti Ken untuk menu besok.

Shut up! Kecuali jika kau ingin namamu tertera dalam buku resepku!” Ken menarik paksa pisau kecilnya dari daging dan menggunakannya untuk menunjuk Calvin.

“Sudah-sudah ayo kita ikut keluar dan meminta klarifikasi atas drama yang terjadi,” Daisy menarik saudaranya menjauh. Sebenarnya hanya alibi agar saudaranya selamat dari ‘Sobat Kecil’ Kenneth.

Si Kembar Cale meninggalkan bar, tak terkecuali kru yang lain.

“Dasar! Lain kali kulitmu tak akan selamat, Cale,” dengus Ken sembari beranjak berdiri.

⚓⚓⚓

Di luar, Auri tengah memijat tengkuk Ken. Disaksikan oleh Edward, Daisy, Calvin, dan semua kru. Pemandangan yang menjijikan dan membuat heran.

“Kau ingin menjadi bajak laut, tapi tak kuat meminum bir? Demi janggut Apollo, kau ini benar-benar aneh!” heran Edward. Edward memijat pelan pelipisnya. Keputusan menerima Ax mungkin adalah kesalahan besar.

“Hei! Setidaknya kasihanilah anggota barumu, Kapten!” bentak Auri tak suka. Sepersekian detik, ia mengedipkan matanya. Hell, seorang kapten bajak laut yang ia bentak! Bukan ikan lumba-lumba yang sedang bertengkar!

Edward tampak terkejut. Begitu pula kru yang lain. Ajaibnya, Edward tidak marah. Ia hanya tersenyum melihat rona merah di pipi Auri yang masih samar-samar. What’s wrong with you, Capt?

“Baiklah. Aku waras, aku mengalah.” Edward mengangkat kedua tangannya.

Auri kembali memijat tengkuk Ax. Pria itu masih berusaha memuntahkan isi perutnya.

“S-sudah, Ri,” Ax menepis pelan tangan Auri.

“Kau yakin?” tanya Daisy. Ax mengangguk yakin.

The Odyssey [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang