PROLOG

12 5 0
                                    

 Prologue

Suara dentuman bergema di seluruh penjuru kerajaan. Darah mengalir mengikuti alur retakan tanah. Puing-puing bangunan berserakan.

Kerajaan yang dulu harmonis, damai nan indah. Kini rusak, hancur dan sangat menyedihkan. Kerajaan Eightsword dalam peperangan, yang dimulai dengan iri hati.

"Serang!" kata sang panglima. BUM! Beribu-ribu peluru ditembakkan. Membuat telinga terasa lepas.

Para warga berlari layaknya kucing yang menghindar dari air. Bayi-bayi menangis. Anak-anak bersembunyi di balik orang tuanya. Kerajaan Eightsword dipenuhi oleh kepanikan.

"Janganlah kau menyerang kerajaanku, Letnan." Semua tertuju pada teriakan itu. Sang Raja. Letnan melirik dengan sinis. "Kalau kau memang ingin mengambil tahtLiana. Bisakah kau lakukan dengan lembut?"

Hening. Lima detik kemudian Letnan tertawa. "Kau bukanlah rajaku lagi. Kau bukanlah atasanku lagi. Sudah saatnya Liana mengambil tahta, wahai Raja Baja!" Letnan berteriak.

Tahta itulah yang orang-orang cari. Harta itulah yang orang-orang incar, ketika seseorang sudah mencari keduanya, hatinya sudah hitam, orang yang dia sayangi sekarang menjadi musuh yang dia benci.

"Tahta itu untuk putriku, Letnan!" Sang Raja mengambil pedangnya. "Putri Liana ataupun Putri Violet. Suatu hari mereka akan datang ke istana yang dia sayangi, mencegahmu dan menghilangkan kegelapan menjadi kebaikan yang terang benderang! Serang!" ke Delapan Pedang berlari menyerang pasukan Letnan.

Kita lihat keadaan dalam istana.

Ada bayi yang menangis, sang putri. Ratu mengelusnya memeluknya, sambil menangis dia berjalan pelan, kakinya menuju sebuah lemari besar. Mengambil selembar kertas dan membacanya.

"Liana harus mengirimnya ke sebuah desa pendalaman. Dimana itu?" Ratu mencium kening anaknya. "Violet!" Ratu membuka pintu kamar anak pertamanya.

"Ya bu?" Tanya Violet dengan lirih. Ratu diam , dia memberikan gendongannya, yang berisi Liana kepada Violet. Ratu membuka lemari baju.

"Pakai baju ini."Seru Ratu. Violet mengernyit. Kenapa? "Pakai saja." Ratu mengambil lagi anaknya. Violet mengganti bajunya. "Gunakan liontin ini."Violet mengengguk patah-patah.

"Lalu bu?"

"Bawalah adikmu ini, menuju ke sebuah desa pendalaman, kalau seseorang bertanya siapa kalian jawablah 'Suatu hari kami akan dicari, diculik jadi tolong bantulah kami'" Sang Ratu memeluk Violet. Violet diam. Terasa sangat aneh.

"Baik bu."

"Kalian adalah permata yang ibu banggakan." Sang Ratu mencium kening Violet dan Liana. "Lakukanlah segera!" Sang Ratu menangis. Violet diam, setetes air mata keluar dari matanya.

"Akan kulakukan." Violet berlari. Ratu mencoba mencegah, tapi bagaimana lagi? Dia sendiri yang mengucapkannya.

"Suatu hari salah satu dari kalian akan menyelamatkan kerajaan ini, walaupun kami tidak melihatnya." Sang Ratu tersenyum.

...

Violet berlari menghindari peluru yang di tembakan. Memasuki hutan. Violet tersenggal, dia tidak tahu di mana desa pendalaman itu, ditambah Liana yang sedang menangis, dia sudah jauh dari kerajaan. Violet diam, berpikir. Ayolah Violet, Laukukan sesuatu. Violet Menyentuh dedaunan. Kesiur angin mengibas rambutnya, daun berserakan melayang. Drap! Drap! Terdengar suara. "Apa itu?"

Harimau berjalan pelan melihat Violet. Violet diam. Koneksi Pada Alam pikirnya. Violet menelen ludahnya. Harimau semakin mendekat. Tangan Violet bergetar. Liana menangis semakin deras.

Harimau menunduk layaknya Violet seorang ratu. "Kau mau Liana menaikimu?" Seakan tahu, harimau semakin menunduk, bertandakan iya. Violet menyentuh bulu harimau pelan. Lembutnya. Violet menaiki punggung harimau, menduduki Liana di depannya. Liana tertawa senang dan mengelus bulunya.

"Liana ingin sekali ke desa pendalaman yang di maksud ibuku, apakah kau tahu?" tanya Violet. Harimau langsung berlari, seakan dia tahu. Rambut Violet berkibar. Liana tertawa senang, memeluk harimau putih ini. 

KAL

-Kritik dan Saran sangat berguna loh...

Forgotten PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang