2

7 3 0
                                    

{Violet dan Bibi}

"Violet, bisakah kau antarkan ini ke Nyonya Lily?"tanya Bibi. Violet mengangguk. Bibi mengecek kamar Liana. "Bagaimana gaunnya, Lia?"tanyanya. Liana menengok sibuk menari-nari di depan cermin. Liana tertawa, mengangguk. Hari ini adalah ulang tahun Liana yang ke tiga belas.

Bibi merayakannya di depan rumah mereka. Banyak sekali yang datang. Teman-teman Liana pun juga. "Kata kakakmu, gunakan jubah bertudung milik ibumu itu."tunjuk Bibi. Liana tersenyum tertawa kembali, gaun itu dan jubah milik sang Ratu, sangat cocok.

"Bi, bolehkah aku kebawah?"tanya Liana. Bibi tersenyum. Liana menuruni tangga. Violet yang baru pulang langsung berbinar-binar.

"Kau sangat... sangat... cantik!"Violet tersenyum puas. Pilihannya benar. Liana tertawa.

"Makasih kak."

Pesta berjalan lancar. Para pengunjung menyukai masakan Bibi. Liana tersipu malu karena selalu di puji. Hingga akhirnya para pengunjung pulang dan Liana, Violet, dan Bibi membereskan tempat.

Liana melihat anak panah yang menusuk tanah. Jenefonte. Liana tersenyum, Akhirnya kau muncul lagi, Gumamnya. Liana menaiki tangga tanpa mengganti bajunya, dia membaca surat yang ada di dalam anak panah itu.

Hey, tampaknya kau habis ulang tahun, ya? Selamat ya. Hari ini kau cantik sekali.

Mendadak muka Liana memerah. Jenefonte seorang laki-laki, kan?

Sebenarnya, aku mengirim surat ini bukan karena itu, Liana mendapat kabar sang Raja di kerajaan dia membakar rumah warganya sendiri, bila tidak menuruti peraturan. Mungkin korannya akan sampai kepadamu, dalam 1...2...3...

"Permisi, koran!"teriak seseorang dari luar. Liana tertegun, Keren, bisa sesuai seperti itu. Violet segera membuka pintu dan membaca korannya. Violet langsung bergetar.

"Ada apa, Violet?"tanya Liana. Violet menangis.

"Kerajaan menyerang penduduk tak bersalah."jawabnya bergetar. Dia tampak berpikir panjang. Bibi diam. Beberapa menit kemudian, Violet mengambil mantelnya. "Maaf Liana , Bi... Liana berangkat."

"Ke-kemana?"tanya Bibi bingung.

"Menyelamatkan dunia."Violet memeluk Bibi. "Bi, makasih tapi. Kalau Liana gagal tolong katakana ini kepada Liana..."

Liana terdiam. "Kak kenapa?"Violet memeluk Liana.

"Sampai jumpa adiku yang tersayang."Violet mengusap rambut Liana. Violet menarik kuda putihnya.

"Tunggu, Kak apa kakak..."Liana tak sanggup untuk melanjutakan. Violet mengangguk. "VIOLET! TOLONG JANGAN!"teriak Liana histeris. Violet memacu kudanya lebih cepat.

"Sampai jumpa."

"VIOLET!"teriakan Liana membuat para penduduk keluar rumah mereka. Liana menangis, berlari memasuki kamarnya. Para warga saling bertanya, sebagian menenangkan Bibi yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Sedangkan dibalik pohon ada seseorang yang menonton apa yang terjadi.

"Mungkin sebentar lagi Liana akan menjeputmu."katanya.

"Liana..."

...

Liana diam di kamar. Menangis dengan pelan. ZEBB! suara anak panah menancap. "Jenefonte lagi..."katanya malas. Dengan tidak bersemangat, dia membuka anak panah itu.

Kau baik-baik saja? Baik kau tidak baik-baik saja. Sudahlah tenangkan dirimu...

Liana melempar kertas kecil itu. Liana sudah malas berbicara dengan orang lain. Dia hanya berharap ada yang membawa Violet kembali ke rumahnya. Tidak ada kesedihan lagi, bahagia. Liana berbaring menatap langit-langit kamarnya.

Forgotten PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang