"Eunghhh.."Lenguh seorang remaja yang tidurnya mulai terusik oleh cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela.
Perlahan mata yang awalnya tertutup itu mulai terbuka, terdiam sejenak untuk membiasakan cahaya yang masuk pada retinanya, kepalanya menoleh kearah jam yang berada diatas nakas, pukul tujuh lewat lima belas menit.
"Ck! Telat kan padahal hari pertama masuk, bodoh banget sih lo Ale! " Pemuda yang menyebut nama nya sendiri dengan 'Ale' tersebut berdecak kesal, mengusap wajah nya kasar kemudian beralih duduk dengan tidak rela.
"Lo juga apa gunanya gue beli kalo gak bisa bangunin gue tidur?!"Omelnya pada jam wekker berbentuk pikachu berwarna kuning, Ingin rasanya Ale membantingnya namun Ia tidak akan melakukanya mengingat bahwa dia membeli barang itu dengan uang hasil jerih payahnya.
Ale bukanlah tipe orang yang suka menghambur-hamburkan uang. Mengingat Ia mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan uang. Mungkin ini terdengar lebay, namun itu lah kenyataan nya. Ia tidak pernah mengeluarkan uang jika bukan untuk urusan yang penting, bahkan sekolahpun Ale mengandalkan beasiswanya agar tidak mengeluarkan uang, salah satu tipe manusia idaman.
Tak membutuhkan waktu uang lama bagi Ale untuk bersiap, dengan seragam yang melekat ditubuhnya, rambut acak-acakan, baju dikeluarkan, sepatu berwarna putih melekat pada tubuhnya hingga meninggalkan kesan badboy. Ale memang anak yang pintar tapi dia juga bukan anak yang menurut pada peraturan.
Menurutnya, peraturan ada untuk dilanggar. Ale berfikir untuk membantu orang yang membuat peraturan agar hidup nya lebih berwarna, tidak monoton karna terlalu taat.
"Udah siap sayang Papa, berangkat! " Ucapnya sambil menupuk-nepuk motor kesayanganya, Ale melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, mengingat bahwa Ia sudah terlambat.
la membeli motor tentu dari hasil balapanya, sebelumnya Ia menggunakan motor temanya untuk balapan pertamanya setelah berhasil menang barulah Ale membeli motor karna uang yang Ia dapatkan lebih dari cukup untuk hidup beberapa hari kedepan. Ale juga merasa tidak enak jika harus meminjam motor teman nya terus menerus.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk Ale sampai disekolahnya tentu saja dengan sumpah serapah orang-orang dijalan raya karna pemuda itu yang membawa motor tanpa memikirkan keselamatan orang lain dengan berkendara Dnegan kecepatan tinggi. Sekarang yang harus ia lakukan adalah bagaimana caranya masuk kesekolah.
Gerbang utama sudah tertutup rapat, dan dijaga oleh dua umat manusia.
Tidak mungkin Ale masuk lewat gerbang sudah dipastikan Ia akan berakhir dibawah tiang bendera. Wajahnya seketika cerah saat sebuah ide melintas dikepalanya, jika difilm-film biasanya akan ada lampu bohlam menyala diatas kepalanya. Namun itu hanya difilm jika didunia nyata sudah Ale pastikan, Ia akan menjadi pengusaha bohlam, mengingat bahwa Ale sering mencetuskan Ide untuk mengelabui semua orang.
Ale menitipkan motornya pada warung yang berada disamping sekolah, warung biasa yang digunakan siswa untuk bolos sekolah dan siswa urakan yang biasa nyebat. Segera Ale berjalan kesamping sekolah dan memanjat pagar yang menjulang tinggi didepanya, tidak heran peraturan disini sangat ketat mengingat bahwa sekolah ini salah satu sekolah elit diJakarta.
Ale memanjat pagar itu dengan hati-hati, mulutnya sibuk merapalkan doa agar tidak ada yang memergokinya. Namun, sepertinya dewi fortuna sedang tidak berada dipihaknya. Baru saja mau turun tetapi tepat dibawahnya guru bk sedang berkacak pinggang melihatnya dengan urat-urat menonjol. Huh sudah dipastikan bahwa dia akan menjadi anak yang benar-benar menghormati negara. Ralat, menghormati tiang bendera.
"Bagus, sudah telat masuk sekolah dan sekarang masuk dengan jalur ilegal!" Seorang guru dengan kepala plontos menatap Ale tajam.
Ale segera melompat dari pagar bercat hijau itu. Kemudian berdiri dengan tegap di hadapan guru konseling di hadapan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEON [END]
Teen Fiction[Pindah ke Aplikasi Dream] Bisa karna terbiasa. Ungkapan yang biasa menjadi patokan beradaptasi itu tersemat dalam benak Ale. Setelah bertahun-tahun lama nya terpisah dari keluarga, hingga akhirnya takdir membawa jalan pertemuan. Mencoba beradaptas...