Gatha meregangkan tubuhnya diatas kasur seraya menguap berat sambil melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi, bergerak ke sisi ranjangnya dan bangkit menuju kamar mandi.
Ia menatap cermin dengan datar seraya mengoles pasta gigi diatas sikatnya, menyikat giginya dengan hati-hati lalu berkumur santai, tidak lupa mencuci wajahnya.
Gadis itu mendengus pelan, ia rasa pagi ini begitu dingin, Gatha malas mandi.
Keluar dari kamar mandi, melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya begitu saja lalu memakai kemeja sekolah dan celana hitam panjangnya
Cewek itu menghampiri meja belajar untuk mencari karet gelang dari bungkus lontong yang ia beli kemarin lalu mengikat rambutnya asal.
Ia meraih tasnya yang super ringan dengan kunci motornya kemudian berjalan menuju lantai dasar rumahnya. Sepi.
Gatha menyalakan mesin motornya dan keluar dari pekarangan rumah yang asri itu,
**
".... anak-anak, bapak mengerti kalian sedikit jenuh dengan sistem pembelajaran belakangan ini, tapi bapak harap -- Rainey Agatha! Kenapa kamu baru datang?" amanat kepala sekolah yang membuat telinga lelah itu tergantikan dengan suara marah darinya. Kini semua tatapan penghuni sekolah sudah mengarah kepada Rainey Agatha, siswi kelas 12 itu tidak peduli ucapan pria di depan lapangan itu.
Gatha hanya menyimpan tasnya asal lalu berjalan santai menuju barisan, masih dengan tatapan kesal kepala sekolahnya.
"Ngapain kamu ikut barisan? Sini!" perintah tak terbantahkan kepseknya itu mau tak mau membuat Gatha terpaksa mendatanginya.
"Apa?" tanya Gatha terlewat santai, membuat seluruh siswa yang memang sedikit benci pada kepsek itu terkekeh pelan,
"Kenapa ketawa?! Bagus kalian kayak gitu?!"
Agatha hanya menatap kepseknya malas sambil menutup mulutnya yang terbuka karena mengantuk. Tidak sopan.
"Berdiri disini! Sampai selesai upacara!"
"Hmm" Agatha berdiri di sebelah tiang bendera menghadap ratusan siswa di lapangan itu tanpa rasa malu sedikit pun, selama berdiri disitu Gatha hanya menguap, menguap, dan menguap yang mengundang tatapan gemas sekaligus iri.
Rambut kecoklatan bergelombang yang sedikit kusut itu menambah kesan manis dalam diri perempuan itu, membuat kaum adam manapun ingin mengusapnya dengan gemas.
**
"Saya sudah bilang ke kamu berkali-kali sampai mulut saya berbusa rasanya" guru bimbingan konselingnya itu menghela nafas kasar, memikirkan apa yang harus ia katakan selanjutnya.
Sedari tadi Agatha dipanggil ke ruangan ini, ia tidak mengeluarkan sepatah katapun pada lawan bicaranya.
"Tolong Agatha, kamu ini udah kelas 12, kurang dari setahun lagi kamu lulus" Agatha masih diam, guru BK yang semakin kesal terpaksa mengambil jalan terakhirnya,
Surat peringatan.
Basi.
Gatha langsung mengambil amplop yang disodorkan itu seraya pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Terimakasih atau maaf pun tidak.
Perempuan itu berjalan santai di koridor sekolah menuju kelasnya sambil melempar amplop yang barusan ia terima ke arah tong sampah. Masuk dengan sempurna, guru BK yang melihatnya hanya menggeleng pasrah, ia angkat tangan dalam mengurus Gatha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archetypal
Teen FictionArchetype mengkomunikasikan dan mendasari pengekspresian keinginan-keinginan dasar, arti dan tujuan hidup, dan motivasi seseorang, dimana dalam pengekspresiaan tersebut, setiap individu mempunyai gaya, dan kekhasan masing-masing, yang berbeda satu s...