-Bukan aku takut untuk melawan, bagiku berdebat dengan orang sok hebat hanya akan membuat sakit kepala yang lebih hebat.
-Azahlia Azzahra-
*Intan MP*
√√√
Lia berjalan menuju ke rumah nya.
Hari ini Lia sudah bertekad untuk berjualan beberapa makanan dan gorengan yang akan ia jual secara keliling. Lia ingin sekali membantu mama dan papanya mencari uang, namun saat Lia meminta izin selalu tidak diizinkan dengan alasan bahwa mama dan papa ingin Lia fokus dengan sekolah nya.Berjualan keliling saja sudah sangat dilarang oleh mama dan papa. Tapi, tekad Lia untuk meyakinkannya membuat mama memberi izin pada Lia meskipun berat.
"Lia pamit ya ma," pamit Lia dengan bersalaman mencium tangan mama.
"Kamu yakin mau jualan keliling? Udah mama bilang gak usah ya nak, tugas cari uang itu biar jadi urusan mama dan papa, tugas kamu itu belajar dan menjadi orang sukses nantinya," jawab mama berat hati membiarkan Lia berjualan di jalanan.
Lia menghela nafasnya, lalu kemudian tersenyum penuh keikhlasan. Lia benar-benar memiliki tekad yang kuat untuk membantu perekonomian orang tua. Bersekolah di SMA ternama membuat Lia merasa telah menjadi beban kedua orang tuanya untuk mengeluarkan uang. Memang Lia tidak membayar uang per semesternya karna Lia adalah murid pintar yang mendapat beasiswa. Tapi, tetap saja jika ada anjuran membeli buku, mau tidak mau ia harus tetap membeli dan minta uang kepada orang tuanya.
Hal itulah yang membuat Lia tidak enak hati meskipun sebenarnya kedua orang tua Lia tidak keberatan akan hal itu."Lia yakin kok ma. Mama cukup doain yang terbaik buat Lia, itu sudah membuat Lia sangat senang sekali. Ya sudah ma, Lia pamit dulu ya ma Assalamualaikum," ucap Lia kemudian pergi berjalan dengan menenteng tempat letak gorengan dan makanan basah juga ada.
Sama sekali hal itu tidak membuat Lia malu seperti kebanyakan anak muda lainnya. Lia ingin membantu meskipun bantuannya sangatlah ringan.
Lia berjalan saat mobil dan kendaraan lainnya berhenti. Ya, Lia berjualan di tengah lampu merah sedang menyala. Ada beberapa orang yang membeli jualannya yang rata-rata hanya seharga dua ribuan sampai sepuluh ribuan. Lia sangat ramah sekali pada para pembeli nya, bahkan tak jarang pembeli melemparkan senyum untuk membalas senyuman yang diberikan Lia.
"Makasi ya buk," ucap Lia.
"Sama-sama neng," jawab sang ibuk yang duduk di jok belakang motor itu.
Terik matahari tak pernah mematahkan semangat Lia. Bagi Lia kesuksesan itu bukan tentang seberapa harapan yang kita punya, tapi seberapa kuat proses usaha untuk mewujudkan harapan itu menjadi nyata.
Menantang terik matahari, menjadikan riuhnya suara kendaraan sebagai musik agar tak jenuh, hal itu yang saat ini Lia lakukan.
BRUUKK!!!
Semua gorengan dan kue basah yang Lia jual jatuh ke tanah dan sudah sangat kumuh sekali dan tak lagi layak jual.
"Upss, sorry," ucap wanita itu dengan menutup mulutnya dan menahan tawa.
Lia menatap wanita itu dengan sangat tajam. Ingin rasanya Lia memarahi habis-habisan wanita yang saat ini berada dihadapannya. Namun, lagi-lagi Lia berusaha untuk bersabar dan bersabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dream (On Going)
Teen FictionAku tak pernah berharap orang lain menyukai ku karna aku sadar dengan segala kekurangan ku. Aku tak mempunyai waktu untuk membenci orang-orang yang telah menyakiti ku, bagiku mereka adalah penyemangat. Ya, penyemangat untuk aku menjadi lebih baik ke...