Senyum Kecil

19 3 0
                                    

Burung-burung beterbangan riang di angkasa. Langit memancarkan birunya yang cerah. Nuansa pagi yang indah hari ini sedikit menghangatkan hati mawar. Hari ini suasana hati mawar sedang bersahabat. Ia memilih berangkat ke sekolah lebih awal dengan berjalan kaki.
Minhee mengayuh sepedanya santai. Ia menghela napas pelan kemudian menyunggingkan seulas senyum.
Taeyoung memasang headsetnya kemudian berjalan menuju sekolah sembari bersiul-siul kecil.

"Mawar" ucap minhee dan taeyoung yang kebetulan bersamaan saat melihat mawar yang tengah duduk tenang dihalte depan sekolah.
Mawar terkesiap. Kenapa dua pria itu bisa datang bersama. Batin mawar. Mawar bergegas menuju kelas dengan sedikit terburu-buru.
"Tunggu!" Taeyoung hendak berlari mengejar mawar, namun minhee mencegahnya.
"Kenapa?" Tanya taeyoung singkat.
"Lo ga usah ngejar mawar" ucap minhee. Taeyoung menaikkan kedua alisnya.
"Kenapa? Apa masalah lo" taeyoung berlalu pergi meninggalkan minhee yang menatap tajam kearahnya yang mulai menjauh.
* * *
Mawar memperhatikan teman-temannya yang terlihat bersemangat melakukan pemanasan untuk pelajaran olahraga pagi ini. Terik matahari sudah mulai terasa menyengat. Mawar mengusap dahinya yang sedikit berpeluh.
"Ini" minhee mengulurkan selembar tisu kepada mawar sembari tersenyum manis. Tanpa sadar mawar memperhatikan senyum minhee. Senyum yang entah kenapa terasa menghangatkannya.
Mawar menyambut tisu itu kemudian mengelap dahinya. Minhee tertawa kecil, gemas dengan kelakuan mawar.
"Hari ini mawar dijemput bunda ya?" Tanya minhee. Mawar menggeleng.
"Aku yang minta supaya bunda ga jemput". Ucap mawar.
Minhee tersenyum kecil.
"Hmm, hari ini aku ga ada belajar tambahan. Jadi, gimana kalo kita pulang bareng?" Tawar minhee. Mawar melirik kearah minhee.
"Boleh" minhee tersenyum lega. Senang karena mawar menerima tawarannya tanpa pikir panjang.
Taeyoung berjalan kecil sembari terus memperhatikan minhee dan mawar, sehingga ia tak memperhatikan jalannya.
"Brukk!"
"Aduh!" Taeyoung tersentak kaget, ia menabrak dania yang sedang minum didekat lapangan.
"Lo tuh gimana sih! Kalo jalan pake mata. Jalan sambil ngelamun" semprot dania.
Taeyoung masih memperhatikan minhee dan mawar.
"Aduh, aduh" dania memukul keras lengan taeyoung.
"Ngeselin banget sih, lo! Gue lagi ngomong. Liat nih, baju gue basah gara-gara elo nabrak gue pas gue lagi minum!" Dania sudah dipuncak emosi.
"Iya-iya gue minta maaf. Marah-marah mulu lo kaya nenek sihir". Dania melotot galak ke arah taeyoung.
"Apa lo bilang?! Enak aja ngatain gue nenek sihir. Tadi kalo gue kesedak terus pingsan gimana? Lo mau tanggung jawab bawa gue kerumah sakit? Hah?!" Taeyoung mendekat ke arah dania.
"Lo alay banget sih. Orang cuma ga sengaja nabrak pake acara pingsan-pingsan segala. Nih-nih tisu. Lap noh baju lo!" Taeyoung menyodorkan sekotak kecil tisu kearah dania kemudian berlalu pergi.
"Ihh, dasar ngeselin!" Dania menggerutu kesal.
* * *

Mawar berjalan cepat menuju tempat sepi setelah izin kepada guru yang mengajar dikelasnya.
Ia menatap nanar nama seseorang yang menelponnya. 'Ayah'.
Setelah sekian lama, setelah semua yang terjadi, ayahnya baru menelpon. Mawar tidak mengangkatnya. Membiarkan getar ponselnya hingga 3 kali panggilan tak terjawab.
Airmata mawar menetes pelan. Ia masih belum minat untuk berbicara dengan ayahnya.
Mawat menonaktifkan ponselnya. Menghapus kasar airmatanya kemudian berlalu menuju kelas kembali.
Minhee dan taeyoung memperhatikan mawar yang baru saja datang. Minhee mencoba untuk tetap fokus kepada pelajaran. Ia tahu sepertinya mawar sedang tidak baik.

Murid-murid berhamburan keluar kelas saat bel tanda pulang berbunyi.
Kelas juga mulai sepi. Namun mawar belum juga beranjak dari duduknya.
Minhee bangkit dari duduknya kemudian membereskan buku-buku mawar dan memasukkannya kedalam tas mawar. Taeyoung yang juga masih berada disana ikut beranjak mendekati mawar.
Mawar menatap minhee dan lagi-lagi mendapati senyum manis minhee yang menghangatkannya itu.
Taeyoung menahan langkahnya. Memperhatikan mawar yang tengah menatap minhee lekat.
"Ayo pulang mawar" minhee mengulurkan tangannya untuk mawar. Mawar menatap sejenak uluran tangan itu, kemudian menyambutnya tanpa ragu.
Taeyoung menghela napas berat melihat mawar pergi bersama minhee. Ia menendang pelan meja disampingnya.

Minhee menuntun sepedanya sembari berjalan disamping mawar. Ia tahu mawar sedang sedih.
"Mawar kalo mau cerita, cerita aja. Aku siap kalo mawar mau berbagi beban itu. Jangan pendam beban itu sendiri, mawar. Kamu bisa bagi kesedihan itu ke aku, supaya beban itu bisa kita rasakan bersama". Mawar menghentikan langkahnya.
"Kenapa kamu baik banget ke aku, min?" Tanya mawar. Minhee terdiam. Ia tahu bahwa mawar masih menjeda ucapannya.
"Kenapa kamu selalu ada buat aku padahal aku selalu ga peduli sama kamu? Kenapa kamu ga jauhin aku karena sikap aku yang kaya gini? Kenapa?" Minhee menaruh sepedanya kemudian menatap mawar.
"Karena aku mau dekat sama kamu mawar, karena aku ingin terus bersamamu" minhee menjeda ucapannya.
"Iya tapi kenapa, min? Kenapa?"
"Karena aku suka sama kamu, mawar". Minhee menatap mawar semakin dalam.
Mata mawar berkaca-kaca.
"Suka? Semudah itu kamu suka aku, min? Kenapa kamu harus suka aku? Suka gadis dingin yang hancur. Kenapa, min?" Jujur minhee mendadak merasa lemah. Mawar berbicara banyak hari ini. Tapi suasana hatinya sedang buruk.
"Kamu mau tau alasan kenapa aku suka sama kamu? Karena kamu beda, mawar. Kamu berbeda. Sejak kamu datang, kamu seolah menjadi penerang buat lampu lentera aku yang selama ini padam. Kamu yang menghidupkan kembali lampu itu. Kamu yang jadi salah satu alasan kenapa aku bisa lebih bersemangat melangkah menuju impian aku.
Sesederhana ini mawar. Orang lain mungkin emang ga bisa ngerasain. Tapi aku yang benar-benar merasakan" airmata mawar tumpah. Ia merasa bahwa ia sama sekali tak melakukan apapun untuk minhee, tapi kenapa kehadirannya bisa sangat berpengaruh besar untuk minhee.
Minhee menghapus airmata mawar.
"Satu hal yang nggak bisa aku lihat, ketika airmata kesedihan jatuh dari mata kamu, mawar. Aku ga bisa.
Aku mau kamu bahagia. Walau aku ga tau seberapa besar luka kamu, tapi setidaknya aku akan terus berusaha agar bisa memberikan kebahagiaan yang permanen buat kamu" mawar semakin terisak. Minhee menarik mawar kedalam pelukannya. Untuk pertama kalinya ia mendapat keberanian untuk memeluk mawar.
Ia ingin mendekap erat mawar, memberikan segenap kehangatan untuk mawar.
Mawar tersedu dalam pelukan minhee. Merasakan kehangatan yang perlahan menghancurkan dinding-dinding es dalam dirinya.
* * *

Mawar berhenti sejenak sebelum memasuki rumahnya. Mengerling ke arah minhee yang tengah tersenyum manis kepadanya.
Mawar menatap minhee, menatap senyum itu. Sebuah senyum kecil menghiasi wajah mawar.
Untuk pertama kalinya, senyum itu hadir. Hanya senyum kecil beberapa detik saja, itu sudah cukup membuat jantung minhee berdegup kencang.
Minhee tertawa senang walau senyum kecil tadi sudah memudar.
"Terimakasih" ucap mawar kemudian berlalu masuk kerumahnya.
Minhee tertawa kecil sembari menghapus airmatanya yang tiba-tiba mengalir. Ia bergegas pulang. Mengayuh sepedanya dengan riang dibawah guratan senja yang mulai menghilang karena gelap.
Jantungnya masih tetap sama, berdegup kencang, beradu dengan kecepatan sepedanya.


-bersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pangeran Musim Panas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang