Cerita Mamah!

24 3 0
                                    

"Mah, apa mamah baik-baik saja ?"

"Baik-baik saja. Memangnya kenapa?"

"Mamah serius baik-baik aja ?"

"Iya Na, kamu liat sendirikan mamah baik-baik saja."

"Aku memang melihat mamah baik-baik saja fisiknya. Tapi hati mamah gimana ?"

"Na, engga ada seorang istri yang baik-baik saja ketika berpisah dengan suaminya. Mamah hanya ingin engga terlarut dalam kesedihan Na. Mamah ingin semuanya kembali seperti sediakala. Cukup ada kamu dan Jee di sini bersama Mamah itu sudah cukup Na."

"Mah, kenapa sih mamah engga pernah cerita sama aku dan Je soal mamah dan papah. Kenapa kami diberitahu ketika kalian sudah ingin berpisah tanpa kami tau permasalahannya."

"Na, seorang ibu tidak akan pernah tega melihat anaknya bersedih."

"Mamah, aku lebih bersedih melihat mamah harus menanggung semuanya sendiri. Mamah diam dari kesedihan mamah. Jadi aku merasa Mamah kaya engga anggap aku sama Je ada di rumah ini."

"Oh tentu tidak seperti itu nak. Mamah hanya tidak ingin menambah beban kamu dan Je. Kalian sudah banyak beban sekolah, jadi mamah putuskan untuk menyimpan nya sendiri. Sebenernya mamah masih ingin mempertahankan semuanya tapi setelah mamah liat papah kamu yang sekarang sikapnya sudah jauh dari sikapnya yang dulu dan mamah  berfikir kebersamaan mamah sama papah sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Sekuat apapun mamah mempertahankan. Mamah ikhlas Na jika memang ini jalan Nya."

Na menatap Mamah dengan air mata yang sudah hampir terjun dari kelopak matanya. Air mata itu memang sudah tidak terbendung lagi. Na kembali meneteskan air matanya.

"Mamah maaf aku harus nangis di depan Mamah. Aku hanya merasa masih belum bisa menerima keadaan ini mah. Aku merasa takdir masih jahat dengan memberi keadaan yang seperti ini. Aku masih pingin kita bareng-bareng terus mah. Aku masih pingin kita tetep jadi keluarga yang utuh. Mamah... aku juga tau aku engga bisa memaksaan keputusan mamah sama papah. Tapi untuk kali ini biarkan aku mengutarakan semuanya ke mamah." Na menjeda ucapannya sesekali mengusap air matanya.

"Mah, saat malam itu mamah memberi kabar ke aku dan Je perihal rencana perceraian mamah dan papah. Aku merasa ada hal yang membuat aku mati sejenak. Aku merasa bingung mah. Aku merasa aku ini sedang bermimpi. Tapi aku harus segera sadar. Ini bukan mimpi, ini kenyataan pahit yang harus aku terima. Dari mulai malam itu hingga saat ini. Aku merasa hidup aku paling buruk dari manusia lainnya. Aku merasa apakah kebahagiaan aku sudah kadaluarsa? Mamah, aku sama Je memang selalu terlihat untuk tidak terlalu memperdulikan masalah mamah dan papah. Tapi tetap saja mah. Aku tidak bisa bohong aku hancur!" 

Air mata Na masih terus mengalir dengan derasnya. Kini mamah memeluk Na dengan menjatuhkan air matanya yang deras. Mereka sibuk dengan rasa sakit yang sudah mulai lebam di lubuk hati mereka yang paling dalam. Kamar Mamah adalah saksi untuk Na pertama kali berani mengutarakan isi hatinya. Dimana Na pertama kali menangis di depan mamah dengan sehancur ini.

'Aku yakin setelah ini akan ada takdir baik yang menghampiri kita,' batin Je sembari menyandarkan tubuhnya dibalik tembok kamar Mamah dengan sekali tarikan nafas. Je menghapus air matanya menggunakan punggung tangan nya. Lalu ia pergi meninggalakan kamar Mamah.

"Mamah gatau Na setelah ini apa yang akan terjadi. Tapi mamah selalu berharap segala takdir baik menghampiri kamu dan Je dua malaikat mamah yang menjadi kekuatan mamah saat ini."

"Mamah... harus sehat selalu yah, supaya aku percaya mamah benar-benar baik-baik saja setelah ini. "

"Iya Na."

"Na kembali ke kamar ya mah, mamah istirahat, selamat malam" Mamah mengangguk lalu mencium kening Na. Na segera beranjak menuju kamar.



Ada jeritan air mata yang tak mampu terucap karna banyak tikaman luka yang di tumpuk.

Ada banyak harapan yang dipatahkan dalam satu detik.

Ada banyak amarah yang tertimbun karna bibir yang tidak mampu melepaskannya..

Ada banyak sesak-sesak yang hampir mendorong pertahanan pondasi kekuatan ini...

Maafkan segala kesuh kesahnya lelah menyimpan luka yang bertubi-tubi ini...



Karna kadang, manusia hanya butuh di dengarkan...




Sekian ya gaes... 

nanti lanjut lagi, 

Semoga suka.



Salam dari manusia yang terlahir dari luka yang sama...

Jee & Naa

Jee & NaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang