Dunia kembali jahil dengan mempermainkan waktu untuk memanfaatkan keadaan.
Membolak-balikan setiap gelombang-gelombang aliran realita.
Sehingga bola-bola hitam pekat itu kembali menghantam bola-bola putih kecil yang kembali menciut.
ketakukan-ketakutan kembali menjelma disetiap benak para kehidupan.
Nafas-nafas merubah atmosfir kenyamanan menjadi atmosfir kegundahan.
Huh!
lelah kembali tergambarkan pada langkah hidup ku ...
"Naa, bangun kamu mau sekolah atau engga?"
"Tunggu 5 menit lagi."
"Aku engga suka menunggu Naa"
"Engga tepat Jee bucin pagi-pagi."
"Siapa yang bucin. Emang kamu mau kalau nunggu aku lama-lama? kamu aja sering marah-marah kalau aku mandi lama."
"Jee, diem berisik!"
"Yaudah Naa, aku berangkat. Kamu bareng mamah aja ya."
"Gamau Jee, tungguin."
"Gamau juga Naa."
Jee keluar kamar Naa.
"Jeeeeeee,..... Tunggu, aku mandi sekarang dan siap-siap," teriak Naa dari dalam kamar.
"5 menit ya Naa," balas Jee teriak dari ruang tengah menuju halaman rumah.
"Siapa yang ngajarin kamu jadi manusia segila itu Jeeeeeeeee?" teriak Naa
"Manusia yang kamu kenal bangat soal dia Naa."
"Siapa Jee, nanti kamu cerita yaa, aku mau bunuh dia saat itu juga."
Jee tidak lagi menggubris ucapan Naa.
30 Menit akhirnya Naa menunjukan dirinya di depan Jee dengan senyum yang sumringah.
"Udah cantikan Jee akuuuu, yuk kita berangkat."
"Engga mungkin kan Naa kamu ganteng?"
Jee mulai memakirkan motornya. Diikuti dengan Naa yang menaiki di jok penumpang motor Jee. Dua insan manusia dengan wajah yang hampir serupa itu kini keluar dari pekarangan rumahnya menuju sekolah untuk menuntut ilmu hari ini.
Hingga motor Jee terpakir di parkiran sekolah. Naa turun dari motor Jee disusul Jee berdiri di samping Na.
"Naa, masuk kedalem yaa, aku mau ketemu temen-temen di kantin dulu."
"Jee jangan bolos, aku bilangin mamah."
"Terserah kamu Na."
"Je tunggu," ucap Naa terpotong lalu menahan lengan tangan Jee.
"Katanya kamu mau cerita sama aku tentang seseorang," lanjut Naa.
"Engga penting Na. Kamu engga perlu tau."
"Kamu kaya gitu ya Jee sekarang sama aku. Oke aku juga berarti engga penting buat kamu," Na langsung melangkahkan kakinya menuju kelas dengan wajah yang cemburut. Jee hanya tersenyum kecil melihat tingkah adik sekaligus kembarannya itu.
(Naa)
Hari baru, hari di mana semuanya bagai pilu di dalam bisu. Menjerit sakit namun, dipaksa harus terlihat baik-baik saja. Aku bukan lagi manusia yang bahagianya utuh seperti selayaknya manusia lain. Aku hanya manusia yang sedang dibentuk dari luka untuk berpura-pura bahagia. Selintas dalam fikiranku tentang hari ini. Segala sesuatu harus dilakukan dengan ketawa. Ntah mengenai diri ku atau Jee dan mamah. Tapi sekarang aku percaya. Takdir ini tidak hanya menghadirkan luka, tapi menghadirkan beberapan rasa yang belum pernah aku kenal. Dan untuk Jee... manusia yang sangat berpengaruh dalam hidupku. Aku tetep mau kamu terus ada di bumi ini ya Jee... Jangan tinggalin aku.
Untuk saat ini di sekolah aku tidak sama sekali merasa nyaman bergaul dengan siapapun. Aku hanya diam tidak mau sekalipun mencoba untuk mencari tahu mengenai canda tawa yang dilakukan teman-temanku di dalam kelas ini. Aku harus kembali menutup diri. Aku sudah tidak ada lagi kepercayaan diri mengenai siapa aku. Aku merasa anak yang dari orang tua nya sudah tidak lagi menyatu akan menjadi bahan cemoohan mereka. Maka dari itu, aku putuskan untuk diam. Agar tidak ada siapapun yang mengetahui tentang hal ini. Sekali lagi aku hanya butuh diam. karna aku sudah tidak lagi menginginkan tegur sapa dengan air mataku.
(Jee)
Aku sudah mati bahasa dalam menggambar kan tentang kehidupanku saat ini. Aku rasa, manusia yang terlahir dari keluarganya yang juga berantakan sama seperti kelaurga ku tidak akan ada yang mau menggambarkan kembali tentang dirinya.
Aku sudah tidak lagi butuh persetujuan dunia untuk melakukan segala hal. Aku sudah tidak lagi membutuhkan semesta untuk menanggung beban ku. Karna hidup ku hanya tentang Aku. Karna keluargaku hanya tentang aku, Naa, dan mamah.
Aku sama sekali tidak membenci papah. Tapi untuk menganggap papah ada di dalam kehidupanku. Aku rasan sudah cukup sampai kemarin terakhir di persidangan.
Dunia itu tidak serumit yang kalian kira. Tapi menerima itu seberat kita memahami bahwa dunia itu engga serumit yang kita kira!
Sorry Gaes...
Maaf banyak hal yang di kurang sukai dari bab ini...
Salam dari dua manusia yang terlahir dari satu luka yang sama.
Jee & Naa

KAMU SEDANG MEMBACA
Jee & Naa
General Fiction"Aku engga butuh siapa-siapa jee" "Mau sampai kapan kamu seegois itu na ?" "Yang tau aku itu cuma aku jee..............."