Tanpa ....

15 1 3
                                    


"Jee... Engga kerasa ya hidup kita berjalan secepat ini tanpa papah. Kita udah wisuda Jee hari ini."

"Iya Naa. Sekarang kamu percaya kan semuanya baik-baik saja."

"Aku selalu percaya sama kamu Jee..."

"Tapi mamah mana ya Jee, ko belum sampe juga."

"Nanti juga sampe Naa, mungkin telat. Udah ayo kita masuk acara udah mau dimulai."

Mc sudah memulai pembukaan acara wisuda Naa dan Jee. Tapi tetap saja Naa masih belum bisa tenang karna mamahnya belum juga datang. Jee hanya fokus memerhatikan Mc sesekali Jee tersenyum kecil karna candaan sedikit yang MC lakukan. Tiba-tiba handpone Jee berbunyi. Jee keluar dari tempat duduknya untuk menjauh sedikit  dari acara agar Jee bisa berkomunikasi dengan nomer yang tidak dikenal itu dengan baik.

"Apaaa..."

"Rumah sakit mana sus?"

"Baik, saya akan segera kesana."

Jee berlari kecil menghampiri Naa.

"Naa, ikut aku yuk. Ada sesuatu hal yang ingin aku beri tahu." ucap Jee berbisik ke telinga Naa.

Naa langsung mengikuti langkah kaki Jee tanpa berfikir lama.

Jee dan Naa langsung menuju tempat parkir Jee masuk kedalam mobil, begitupun Naa.

"Jee... ada apa? kita mau ke mana?"

"Ke sesuatu tempat Naa. Nanti kamu juga tau."

Jee masih tetap terlihat baik-baik saja. Berniat untuk tidak membuat Naa khawatir.

Mobil Jee kini terpakir cantik di parkiran salah satu rumah sakit terdekat dari sekolah mereka. 

"Jee ngapain kesini, kamu sakit?"

"Naa... tolong atur diri kamu untuk baik-baik saja."

"Maksud kamu apa Jee?"

"Ayo kita turun."

Jee dan Naa turun dari Mobil, mereka berjalan menuju salah satu kamar yang ada di rumah sakit ini. Sesampainya di pintu kamar yang Jee dan Naa tuju. Mereka hanya terpaku diam. Melihat tubuh yang terbaring lemah dan kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Jee... itu siapa, ngapain kita kesini? kalau di cariin mamah di sekolah gimana?" ucap Naa berbisik ke Jee.

Jee tidak menggubris ucapan Naa. Ia masih menatap kosong jasad yang terbaring lemah itu dengan air mata yang sudah tidak dibendung lagi. Pelan-pelan iya melangkahkan kakinya untuk menghampiri jasad yang terbaring kaku di hadapannya. Naa mengikuti langkah Jee dengan ragu. Karna sebenarnya Naa masih bertanya-tanay dalam dirinya ada apa dengan semua ini. Siapa jasad itu?

Hingga Jee dan Naa sampai di hadapan jasad yang terbaring lemah itu. Tangis Jee semakin membludak. Naa hanya menatap Jee bingung.

"Mamahhhhhhhh..." Teriak Jee menggema di ruangan kosong yang hening ini. Naa tercengang mendengar teriakan Jee. Jee memeluk erat jasad tersebut dan menggoyang-goyangkan sedikit tubuh Mamahnya yang sudah membujur kaku.

Naa menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.

'Permainan apa lagi ini semesta?' batin Na. Air matanya sudah mengalir deras. Tubuh Naa tersungkur lemah ke tanah. pundaknya bergetar hebat. Dadanya begitu sesak. Tangisnya sudah tidak lagi bersuara. Fikirannya sudah melayang jauh.

Semesta benar-benar tidak adil!

   4 orang suster masuk kedalam dengan sedikit berlari kecil. Satu orang suster membangunkan Naa, Satu orang suster memegang pundak Jee dan menjauhkan dari jasad mamahnya. Mencoba untuk menenangkan Jee dan dua orang suster mendorong tempat tidur jenazah untuk segera diurus.

"Sebelum mamah kalian meninggal, beliau menitipkan pesan bahwa kalian harus tinggal dengan papah kalian dan menjual rumah kalian untuk membiayai kalian kuliah." ucap seorang suster yang berdiri di samping Jee. Jee hanya terdiam. Naa masih di rengkuh oleh suster yang tadi membangunkannya. 

Jee mengambil tubuh Naa dari suster tersebut dan memeluknya. Tangis Naa semakin pecah. Jee hanya diam saja. Dua suster tersebut melangkahkan kakinya untuk meninggalkan dua insan yang sibuk dengan rasa sesak dan pedihnya

'Tolong beri tahu aku, ini semua mimpi!' batin Jee.

Jee dan Naa duduk di lorong rumah sakit. Naa menyandarkan kepalanya di pundak Jee air matanya masih tidak bisa berhenti. Jee hanya menatap kosong kearah depan sembari sibuk dengan fikirannya sendiri.

Hingga proses pengurusan jenazah dirumah sakit selesai kini saatnya proses pemakaman mamah. Jee dan Naa berjalan lemah menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil. Tanpa ada percakapan diantara mereka. Jee melajukan mobilnya. Naa menyandarkan kepalanya di pojok pintu mobil Jee.

"Jee... Untuk pertama kalinya aku tidak percaya padamu bahwa semuanya akan baik-baik saja."

Jee hanya masih terdiam.

"Aku sudah tidak lagi percaya pada semesta bahwa dunia kita akan kembali seperti kebanyakan dunia yang dimiliki anak lainnya."

"Jee, aku sudah capek. Aku sudah capek jadi aku."

"Naa, belum tentu juga kalau kamu jadi manusia lain bakalan kuat."

"Diem Jee! Aku engga butuh kamu jawab apapun."

"Tuhan, kenapa harus mamah? kenapa bukan aku ?"

"Kalau kamu pergi, emangnya kamu tega Na ninggalin mamah ?"

"Jee, mamah saja sudah tega ninggalin kita sendirian hidup di atas bumi yang penuh kepedihan ini!"

"Naa... tolong untuk kali ini, berhenti menyalahkan dunia."

"Je! Kenapa kamu selalu seperti ini sih! Aku benci kamu."

"Semuanya saja Na kamu benci, dikit lagi juga kamu bakal benci diri kamu sendiri."

"Maksud kamu apa Je?"

"Berhenti Naa. Jangan buat aku semakin merasa gagal menjalani hidup ini. Bukan inikan Naa yang kamu mau? sama Na, aku juga. Tapi bukan berarti kita terus-terusan menyudutkan semesta. Seharusnya kamu dan aku menunjuk kan ke mamah, kita bisa Naa hidup dengan baik-baik saja. Agar mamah mampu pergi dengan tenang."

"Cukup Jee, aku sudah tidak mau tertipu dengan kata baik-baik saja mu itu."

Semuanya kembali hening. 

Saatnya mereka tiba di sebuah pemakaman yang sudah dipenuhi sanak saudara dari keluarga mamah dan papah. Naa dan Jee bersalaman dengan beberapa anggota keluarga yang mereka temui. Sembari dipeluk kilas oleh keluarga mereka bergantian. 

Jenazah mamah segera di kebumikan. Naa dipeluk bibinya. Jee hanya mematung diam. Ntahlah mengapa sedari tadi Jee hanya berdiam diri. Bait-bait Do'a sudah di aamiinkan oleh semua orang yang hadir di pemakaman ini. Ada yang mengganjal di hati Jee. Papahnya tidak hadir di pemakaman mamahnya. 

(Jee)

Semesta. 

Aku telah gagal untuk baik-baik saja!

Aku sudah kehilangan separuh duniaku.


Papah!

Aku sudah benar-benar memutuskan.

Aku dan Naa sudah kehilangan dua sayap kami yaitu kalian.

Kami tidak berhak lagi terbang bebas ke dunia, jika setiap pijakan langkah kami hanya menghadirkan luka!


Aku sudah tidak mau lagi menyapa mu. Semesta!


Maaf Gaess....

Ntah kenapa jadi semenegangkan ini.

Di bantu komen yaaa :)

Komen di WA juga boleh .... boleh bangat lohhhhhh....


Salam dari dua manusia yang dilahirkan dari satu luka yang sama.

Jee & Naa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jee & NaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang