Chapter 3 -Ngeselin!

25 7 2
                                    

Happy Reading
.
.
.

Bu Yani, Sebagai guru PPKN masuk kedalam kelas. Hari ini jadwalnya yang mengajar.

Bu Yanita atau panggil saja Bu Yani. Guru Favoritku. Tarkenal sifatnya yang ramah juga pengertian.

"Anak-anak keluarkan pelajaran kalian hari ini, Halaman 95 sampai 100 dikerjakan. Ibu ada rapat dan tolong jaga kelas kalian. Ya Dito" Titah Bu Ani. Kami hanya mengangguk. Btw, Dito adalah seorang ketua kelas.

Nah, Ini dia yang tidak kusuka dari Rakha. Lelaki itu sedang senyam-senyum sendiri dengan tatapan licik. Aku rasa dia sedang memiliki ide.

Tuh kan! Rakha bangkit dari duduknya, Berjalan-jalan mengelilingi kelas. Tetap memasang senyum menjengkelkannya.

Rakha menghampiriku. Aku segera mencari kegiatan lain." Pinjem pulpen." Tetap diam dengan fokus menulis.

Rakha terlihat memutar bola matanya. "Pinjem pulpen woi" Aku tetap tidak merespon ucapannya.

Pura-pura budek gak masalah kali ya.

"Woii! Curut comberan! Pinjem pulpen lo." Aku berdecak kesal. Nadanya saja sangat menjengkelkan, Rasanya aku ingin memotong pita suaranya sekarang.

"Tintanya habis. Kamu pinjem aja ke Stella" Stella mengeluarkan salah satu pulpen Joyko miliknya dan memberikannya kepada Rakha.

Rakha merampasnya begitu saja, Berlalu meninggalkan meja kami.

Dia gaktau rasa terimakasih! Menjengkelkan!

Tak lama dari kepergian Rakha, Lelaki itu kembali datang ke meja kami. Menarik-narik ujung rambutku.

"Sakit bego!" Aku refleks mengucapkan ini. Bahkan, Stella menatapku tak percaya.

Aku tersenyum kikuk. Menatap Rakha kemudian langsung mencubit lengannya.

"Aawww" Ringisnya kesakitan. Sudah merasa cukup aku langsung melepaskan jariku dari lengan lelaki lebah itu.

"Kamu ganggu tau gak! Sana pergi kemeja kamu lagi" Aku mengusir Rakha agar kembali kemejanya. Ya. Rakha pergi dari mejaku.

Tapi, Kini dia justru menghampiri meja Dito dan Nissa. Apalagi ini?!

"Heh! Jangan pacaran lo! Kerjain tugas dari Bu Ani! Malah pacaran aja." Cicit Rakha dengan wajah yang selalu terlihat menjengkelkan.

Dito menatap tajam Rakha. "Sana lo! Ngepain sih jalan-jalan. Gw aduin ke bu Ani baru tau rasa lo!" Ujar Dito dengan nada tak bersahabat. Sepertinya Dito juga merasa kesal dengan Rakha.
"Cuih! Jadi ketua kelas aja lo belagu. Liat aja nanti pemilihan ketua kelas selanjutnya gw yang bakal kepilih!" Ucap Rakha penuh percaya diri.

Apa tadi? Dia mau jadi ketua kelas. Hah! Aku gasalah denger? Lelaki kaya dia punya harapan jadi ketua kelas? Gimana nanti jadinya kelas ini kalo pemimpinnya lelaki kaya dia? Mungkin, Bakal jadi tempat bermain digabung dengan Pasar.

"Udah gausah kepedean deh lo. Sana pergi! Hush hush" Rakha menatap tajam Dito sebelum kembali ke tempat duduknya.

-
-
-

Bu Ani masuk kedalam kelas seketika itu pula semua murid diam tanpa suara.

"Sudah selesai?" Tanya Bu Ani.

Aku mengangguk. "Sudah bu!"

"Sekarang, Kumpulkan buku kalian di meja Ibu karna 5 menit lagi istrirahat." Titah Bu Ani. Segera kami melakukan apa yang Bu Ani suruh.

-
-
-

Jam menunjukan pukul 14:00.

Kini, Semua murid berhamburan karena sudah waktunya pulang.

-

Aku masih berada didalam kelas dengan pria lebah yang selalu menjengkelkan.

Bu Ani melempar buku Rakha ke atas meja. "Kenapa nilai kamu anjlok?" Tanya Bu Ani kepada Rakha yang terlihat santai.

"Gimana gak anjlok coba bu, Kalo dikelas suka main. Dito aja digan---" Sebelum aku melanjutkan perkataanku, Rakha duluan menginjak kakiku. Kini, Bu Ani menatap kami curiga dari dalam kacamatanya.

"Sakit tau." Gumamku pelan.

"Diem." Bisik Rakha.

"Hei!" Ucapan Bu Ani membuyarkan kami. Aku menghela napas pelan.

"Karena kalian buat mood ibu jelek kali---" Rakha terkekeh.

"Ibu keren.... Hahahaha" Aku juga Bu Susi menatap bingung Rakha yang sedang tertawa.

"Kenapa si?" Tanyaku. "Bu Ani ngomong mood jadi kaya ibu guru jaman n---" Ujar Rakha masih terkekeh pelan.

"DIAM!" Aku dan Rakha langsung diam. Kami refleks mendengar suara Bu Ani yang terdengar tegas.

"Kalian ibu hukum! Shasa ajarin Rakha PPKN selama satu minggu penuh!" Titah Bu Ani.

"Apa?!" Ucapku. Rakha tersenyum menjengkelkan.

"Kenapa harus aku?" Bu Ani menghela napas.

"Ya harus kamu. Karna kamu yang paling sabar hadepin sipat Rakha." Aku menahan rasa kesalku.

"Iya bu... Shasa tuh sabarrrr banget hadepin sikap saya. Ya kan Sha? Pasti iya dong." Rakha mengedipkan mata kanannya.

Rasanya aku ingin mencakar wajah Rakha. Kebetulan sekali aku belum gunting kuku.

"Sudah. Ibu tidak mau dengar pendapat kalian. Yang jelas Shasa harus mengajarkan Rakha selama 1 minggu penuh!. Penuh ya! Kalo Shasa marah-marah Rakha bisa bilang ke Ibu." Ucap Bu Ani kemudian keluar kelas.

"Siap bu!"

"Tuh denger kan Sha. Satu minggu penuh. Gaboleh marah-marah... Harus sabar Sha. Kalo gitu sebelum lo ajarin gw lo harus makan dua bungkus indomie rebus. "

"Tau ah!" Seusai mengatakannya aku segera pergi mendahului Rakha yang mengikuti aku.

"Sha kapan mulai belajarnya nih?!!" Teriak Rakha membuat aku risih juga malu karna banyak siswi yang menatapku.

"Habis lebaran kembaran kamu!"

Hah? Kembaran Rakha? Maksudnya Monyet gitu?

"Anjir" Umpat Rakha pelan.

To Be Countied.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary Dear 'R' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang