"Semua ini sungguh membawa kesedihan serta kegembiraan. Satu sisi, aku sedih karena kehilangan 'dia', satu sisi aku senang bertemu denganmu, kakak."
________________
Malam hari dengan sinar bulan yang cerah, menemani langkah kaki Yin yang terus membawanya menyisiri jalanan sepi. Tidak ada siapapun selain dia, langkah Yin tercekat saat mendengar suara derap kaki lain.
Yin berbalik memastikan siapa sosok yang mengikuti langkahnya. Namun, sejauh mana Yin menelisik tempat itu, tidak ada seorang pun di sana. Ah, mungkin saja itu hantu yang meminta bantuan. Yin tidak ingin ambil pusing. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju rumah keluarga Zhao yang sudah dekat.
Namun, alangkah kagetnya Yin saat sebuah tepukan berhasil mendarat di bahunya. Gadis itu memekik seraya memejamkan matanya, tangannya refleks memukul-mukul sosok yang mengagetkan itu.
"Argh!" Suara itu membuat Yin memberanikan diri, membuka mata menatap sosok di hadapannya.
Sontak Yin terkejut dengan sosok di depannya. Ia mengerjapkan mata berkali-kali ingin memastikan apa yang ia lihat bukanlah ilusi. Akan tetapi, sejauh mana Yin mengelak dari kebenaran pandangan matanya, pemuda yang kini ada di depannya masih berdiri tegak dengan wajah dingin, sorot mata tajam, bibir datar tanpa ekspresi.
"Quan?" tanya Yin masih tak percaya.
"Hmm." Pemuda itu bergumam mengiyakan pertanyaan Yin.
"Kenapa bisa? Kenapa kau di sini? Untuk apa kau mengikuti aku? Jangan-jangan kau pemuda mesum yang suka mengikuti gadis seperti aku?!" tanya Yin seraya menyilangkan tangannya di depan dada.
Quan berjalan mendekat. "Bodoh," katanya masih dengan ekspresi datar, tangan pemuda itu juga sempat menyentil dahi Yin.
Gadis itu mengelus dahinya yang terasa sakit, dengan bibir yang mengerucut. Ia tidak terima karena perlakuan ini, sebelumnya tidak ada yang berani melakukan hal ini kecuali Quan. Heh! Seorang manusia biasa mencoba melangkahi seorang Putri Negeri Selatan? Mimpi saja.
Yin menggerakkan tangannya, ingin menggunakan sihir untuk memberi pelajaran, walau hanya sedikit sihir yang bisa ia lakukan, energinya terbatas sejak ada di dunia ini. Namun, gerakan Yin terhenti karena Quan yang memegang erat pergelangan tangannya.
"Ayo!" Quan segera menarik tangan Yin menyeret gadis itu entah ke mana.
"Hei! Kau lepaskan! Dasar tembok! Lepaskan aku pemuda kayu, apa maumu?!" pekik Yin berusaha melepaskan diri.
Tampaknya Quan mendengarkan. Karena pemuda itu menghentikan langkahnya tidak lama setelah pekikan menyakitkan telinga itu terus terlontar dari mulut Yin. Akan tetapi, tampaknya Yin salah, pemuda itu tidak aneh, karena Quan menyeret Yin sampai di depan rumahnya.
Jadi, niatnya hanya untuk mengantar? Kenapa harus misterius begitu? Yin terlihat sangat kesal karena diamnya pemuda itu. Dilirik tangannya yang masih digenggam erat oleh Quan. Yin menghempaskan tangan itu kasar, menatap tajam si pelaku yang sudah membuat takut bukan kepalang. Yin kira tuduhannya benar.
"Aku ingin mengantar." Begitulah ucap Quan setelah melihat kilatan emosi di mata Yin.
"Jika ingin mengantar katakan! Jangan diam saja! Menyebalkan! Sekarang—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Negeri Selatan [End]
Fantasy#Blpwritingmarathon Seorang gadis SMA harus bertukar tubuh dengan seorang putri dari Dunia fantasi yang hendak ditumbalkan. Awalnya gadis itu meronta dan tidak terima akan takdir yang membuatnya terjebak di dunia aneh itu. Ia yang awalnya anak manja...