其処でお別れ
ᴅɪ ꜱɪɴɪʟᴀʜ ᴋɪᴛᴀ ᴍᴇɴɢᴜᴄᴀᴘᴋᴀɴ ꜱᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴛɪɴɢɢᴀʟ
Harusnya Yugi Amane hanya perlu bersyukur sudah bertemu dengan gadis itu, tapi ternyata hatinya terlalu rakus untuk memiliki gadis itu sepenuhnya.
Song Fanfict 🎶
Shiki Oriori Ni Tayutaite - After T...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Festival Musim Panas?"
Amane mengangguk antusias sedangkan gadis itu terlihat berpikir beberapa saat lalu mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah, berada di hutan ini juga membosankan sepertinya keluar sebentar tidak masalah"
Amane melonjak kegirangan layaknya bocah umur 5 tahun yang baru saja mendapat mainan baru, Nene tertawa melihat tingkah Amane.
Amane menggenggam kedua tangan Nene lalu tersenyum lebar dengan mata berbinar.
"Baiklah! Nanti malam aku akan menjemputmu oke?!"
Nene terkejut beberapa saat lalu tersenyum mengangguk.
"Hm, aku akan menunggu disini nanti malam"
Amane mengangguk antusias lalu berlari menuju kudanya untuk segera menaikinya.
"Kalau begitu aku harus pulang dulu, sampai jumpa nanti malam"Ucap pemuda itu ceria melambaikan tangan kearah Nene sebelum akhirnya memacu kudanya untuk pulang.
Nene balas melambaikan tangan sambil tersenyum hingga pemuda itu hilang dari pandangannya, beberapa saat kemudian wajah Nene berubah sendu.
Gadis itu meraih Shamisen nya dan kembali memainkan Shamisen nya di bawah naungan pohon apel rindang yang menghalau sinar matahari yang terik di musim panas hari itu.
Irama jantungnya berdegup lebih kencang setiap kali dia mengingat jelas semua senyuman pemuda itu bersamaan dengan kenyataan bahwa selamanya dirinya hanya bisa menahan lisannya untuk tidak berbicara soal irama jantung mendebarkan yang telah pemuda itu ciptakan.
Ah, menyebalkan dan Nene tak bisa menyangkalnya.
🌕🌕🌕
Malam itu sesuai janji Amane, pemuda itu datang menjemput Nene untuk berangkat ke festival musim panas menaiki kudanya.
Selama perjalan menyusuri jalanan hutan, mereka melewati sungai dan beberapa kunang-kunang cantik mengelilingi mereka.
Nene tersenyum lebar mengamati sekelilingnya yang begitu indah padahal seharusnya Nene sudah terbiasa mengingat ini adalah pemadangannya setiap harinya.
Amane tersenyum puas melihat gadis kesayangannya menikmati kegiatan mereka malam ini, Amane mengeratkan pelukannya serta tali pengikat kudanya.
"Amane-kun?"
"Gomen, aku tidak ingin kau sampai jatuh"
Nene tertawa kecil, selang beberapa menit kemudian sampailah mereka di festival musim panas dan setelah mengikat kudanya mereka pun segera masuk menyusuri setiap stan di festival tersebut dan membeli beberapa jajanan khas festival musim panas seperti kembang gula kapas dan permen persik.
Setelah lelah berkeliling mereka pun duduk di sebuah batu yang terletak beberapa meter dari festival sambil memakan jajanan mereka menunggu kembang api di luncurkan sebagai penutup acara.
"Ayo kita pergi bersama ke festival setiap musimnya~!"Ajak Amane antusias, mendadak Nene tersenyum getir menghentikan kegiatan memakan cumi bakarnya membuat Amane bingung dengan perubahan wajah Nene.
"Kau tidak suka? Apakah pergi denganku membosankan?"
Nene menggeleng tersenyum.
"Tak ada yang membosankan kok dengan Amane-kun, aku suka"
Wajah Amane memanas mendengar penuturan Nene barusan dan langsung memalingkan wajahnya, Nene tertawa melihat ekspresi memerah Amane lalu kembali menikmati cumi bakarnya.
"L-Lalu kenapa?"Tanya Amane gugup karena detak jantungnya masih berdegup tak karuan, Nene terlihat enggan menjawab pertanyaan Amane namun Nene juga merasa bersalah terlalu lama menyembunyikan kebenarannya pada Amane dan membuat Amane menunggu lama.
"Amane-kun yakin ingin aku menjawabnya?"
Jujur saja, Amane sendiri sudah berfirasat jika kebenaran yang gadis ini sembunyikan terlalu menyakitkan untuk di ketahui hingga Amane beberapa kali memaksa mulutnya agar tidak menanyakan secuil apapun soal gadis itu
Sesaat kemudian suara kembang api yang di luncurkan ke langit mengintrupsi pembicaraan mereka, atensi mereka beralih ke kembang api cantik yang tengah menghias langit selama beberapa menit.
"Cantik"Komentar Nene dengan mata berbinar, Amane mulai muak dengan perasaan tertahannya dan merasa inilah saatnya Amane mengutarakan perasaannya.
Amane menarik gadis itu kepelukannya dan menatap lekat-lekat paras cantik gadis itu dengan wajah memerah.
"Yashiro aku mencin—"
"Jangan!"
Amane menatap Nene bingung karna gadis itu tiba-tiba membungkam mulutnya menggunakan tangannya, Nene mendekatkan bibirnya di telinga Amane lalu berbisik lembut di telinga pemuda itu.
"Apapun yang terjadi jangan jatuh cinta padaku apalagi mengatakannya"
Amane terdiam beberapa saat berusaha mencerna perkataan Nene bersiap melontarkan pertanyaan namun akhirnya mulutnya terlalu kaku untuk bertanya dan berakhir menunggu kalimat selanjutnya dari mulut gadis itu.
"Karna aku..."
Kata terakhir gadis itu nyaris tidak terdengar karna letupan kembang api yang terakhir namun telinga Amane bisa mendengar jelas ucapan gadis itu, seketika sesuatu tak kasat mata seakan menghujam jantungnya beberapa kali.
Sakit dan Amane tak bisa melepasnya.
Gadis itu bagai replika bulan yang memantul pada air, begitu indah namun hanya bisa dinikmati tanpa bisa di miliki. . . . . . . . . . . . . . . . . . Tbc