BAGIAN 5 : PENGAKUAN DANIEL

32 6 9
                                    

Halo guys! Apa kabar nih? Maaf author sibuk banyak turnamen kemarin itu. Sekarang udh back lagi kok tenang aja.

Happy Reading

***

Besoknya aku tak melihat Daniel sama sekali sepanjang mata pelajaran maupun saat istirahat. Aku tidak tahu mengapa ia menghilang namun aku akan berusaha menepati janjiku. Aku akan menemuinya saat pulang sekolah. Mungkin dia sedang menyiapkan kejutan?!

PLETAK!

Penghapus papan tulis baru saja melayang mengenai keningku yang mulus. Siapa pelakunya? Tentu saja Pak Edwin, guru biologiku lah yang melemparkan penghapus papan tulis itu.

"CALLISTA! Kenapa kamu tidak memperhatikan Bapak?! Melamun terus, kesambet setan baru tahu rasa kamu ya," tegur Pak Edwin kepadaku.

"Maaf pak, tidak akan saya ulangi lagi," balasku seraya menunduk.

Apes banget hari ini. Gara-gara mikirin Daniel sih kena jitak juga kan kepala aku. Menyebalkan, sangat menyebalkan.

Tapi aku masih heran dengan Daniel yang tak muncul dari pagi. Ada apa dengan dirinya? Padahal dia sudah janji akan bertemu hari ini. Atau mungkin dia sedang menyiapkan kejutan?

Ah lupakan saja.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Aku dengan cepat mengemasi barangku untuk pergi ke taman belakang. Tentu saja untuk menepati janjiku.

Kini aku di taman belakang sekolah. Aku melihat Daniel yang sedang duduk di bangku taman sembari melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tersenyum lalu segera berlari menghampirinya.

"Hai! Apa kabar? Aku dari pagi tidak melihatmu loh, sempat kukira tidak jadi bertemu," keluhku kesal.

"Cie nyariin ya. Aku gamau bertele-tele. Sini duduk dan aku mau ngomong sesuatu ke kamu, Cal."

Aku mengangguk lalu duduk di sampingnya.

"Apa ini sangat penting?"

"Tentu. Karena melibatkan perasaanku padamu," ujar Daniel. Aku terkekeh kecil mendengar perkataanya.

Dasar buaya, aku tahu kok dia cuman bercanda.

"Kamu jangan anggap omonganku bercanda ya. Karena ini serius! Ini udah dari awal kita ketemu gak sengaja di lorong itu," lanjutnya.

Aku terdiam kaku. Hah? Apa katanya? Oke, untuk saat ini aku belum bisa mencerna apa yang dia ungkapkan padaku.

"Maksudnya?" tanyaku keheranan. Dia menatapku dari samping lalu tersenyum.

"I like you, Callista."

"Aku suka sama kamu!" lanjutnya lantang.

Aku mengerjap beberapa kali saat dia berbicara seperti itu. Hah? Perasaan baru kenal. Tapi kenapa dia bisa menyukaiku ya?

"Kamu gak lagi bercanda kan?" tanyaku memastikan.

"Aku gak bercanda. Kamu mau jadi my girlfriend kan?"

Aku terdiam sejenak. Memikirkan apa yang harus aku jawab. Aku belum pernah diajak pacaran sebelumnya.

"Hmm, maaf. Sepertinya tidak bisa," jawabku dengan rasa bersalah.

Aku tidak berpengalaman dalam sebuah hubungan. Aku hanya takut menyakiti hati orang lain nantinya. Dan aku juga takut sakit hati. Kata mamaku sih gitu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Misteri Dibalik PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang