1. Part 1
Seorang pria berseragam polisi, kini tengah meminum teh sembari menikmati udara pagi hari. Layaknya bos, kakinya naik ke atas meja dengan anteng, sedangkan tangannya sibuk menaikan cangkir ke bibirnya. Lalu dia menyeruputnya begitu saja.
"Pak! Pak!"
"Uhuk-uhuk!" Dia tersedak minumannya.
Yang tadi memanggil-manggil 'Pak-pak' sontak langsung menunduk dan masuk ke dalam ruangan komandannya tersebut.
Si pria yang tersedak tadi, meletakan cangkir teh di mejanya. Setelah itu dia kembali duduk di posisi awal.
"Ada apa Amran? Kenapa kamu berteriak sepagi ini?"
Si pria bernama Amran itu langsung menyahut. "Gawat Pak, gawat!" dia kalang kabut dengan nafas yang tersenggal-senggal.
Pria itu berdecak. Ia menopang dagunya sembari memandangi Amran yang layaknya seorang gadis. "Usap dulu keringatmu itu." Dia memberikan tisu kepada Amran.
Amran segera mengusap keringat yang mengalir deras bak lautan di dahinya. "Jadi be ... "
"Ini, minumlah." Pria itu memberikan Amran minuman kemasan. Amran lalu duduk dan meneguknya hingga habis.
Pria itu memandangi Amran lalu setelahnya Amran bercerita dengan lega. "Ada seorang gadis yang ditemukan di bantaran sungai. Sepertinya dia hanyut sehabis kecelakaan."
Brak
"Kenapa kamu tidak bilang pada saya dari tadi!"
Semuanya ikut bergetar. Bahkan papan nama bertuliskan 'Altaf Gezz Altair' ikut bergetar mengiringi gebrakan meja dari tangan si pemilik ruangan tersebut.
"Ayo pergi!" pria itu mengambil kacamatanya lalu pergi meninggalkan Amran yang masih mengelus dadanya.
"Pak Altaf! Tunggu!"
***
Altaf mengendarai mobilnya dengan sangat ogah-ogahan. Awalnya sih saat bersama Amran tadi dia sangat semangat. Tapi ini berbeda sekali. Jujur saja, tiap ada kasus berat, pasti Altaf sangat malas menyelesaikan itu. Bukan pasal apa, itu semua nanti akan berimbas padanya.
Sebenarnya Altaf sama sekali tidak berniat menjadi polisi. Cita-citanya adalah sebagai CEO perusahan terkenal. Namun sayang, semua itu gagal sebab ibunya menyuruh melanjutkan pekerjaan ayahnya yaitu sebagai polisi.
Altaf membelokan mobilnya ke sebuah rumah sakit. Di sana sudah banyak sekali mobil polisi yang mengantri di depan sana. Mungkin, mobil milik Altaflah yang datang paling akhir.
Seperti biasanya, sebelum turun pastilah Altaf membenarkan atributnya. Tak lupa ia meraup kacamata hitam yang tadi ia letakan di atas dashoboard mobil. Barulah Altaf turun dengan wibawa dan gaya soknya.
Amran bersiap memberi hormat. Tetapi tangan Altaf sudah terangkat di udara.
"Sudah-sudah, jangan mulai lagi. Telinga Saya sakit mendengar suara kalian yang mirip seperti amukan gorila," celetuk Altaf yang membuat semua bawahannya menunduk.
Altaf memainkan jari telunjuknya untuk memanggil Amran. Amran pun segera mengekor di belakang atasannya bak kacung. Para polisi itupun langsung memberi jalan untuk dilewati oleh Altaf. Segeralah Altaf lewat bak raja yang diekori kacungnya.
Altaf yang menyadari kalau Amran hanya berjalan di belakangnya, sontak berhenti.
Bruk

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Reveal!
ActionSuatu malam Ayesha mengetahui semuanya. Semua rahasia sang pacar yang ternyata anak dari seorang gembong mafia pengedar narkotika dan obat terlarang. Namun pada malam itu pula Ayesha kehilangan semuanya. Mulai dari orang tua yang tega dibunuh oleh p...