Part 3

27 6 55
                                    


3. Part 3

Jam sudah menunjukan pukul setangah tujuh pagi. Dengan tak berdosanya Altaf masih terlelap dalam penjelajahan bawah sana. Terlihat dari wajah pria itu nampak sangatlah lelah sekali. Bahkan Altaf tidur sampai mendengkur.

lagi enak-enaknya tertidur, ponsel Altaf berdering begitu kencang. Tanpa membuka matanya, dia mengambil ponsel yang masih tergeletak di atas nakas. Altaf sungguh menyesali kebodohannya yang memasang ring tone dengan nada full. Seharusnya dia mematikan saja sekalian daya ponselnya.

Jari-jemari Altaf yang sudah lihai itu langsung menggeser tombol hijau ke tombol merah. Setelah telpon tersambung, dia langsung mendengarkan si penelpon.

Selamat pagi, Pak! Maaf saya mengganggu.

Di sini Altaf hanya manggut-manggut saja padahal iya tidak begitu mendengarkan apa yang dibicarakan si penelpon.

Pak, apa anda mendengar suara saya?

"Hem, katakan apa maumu."

Gadis itu sudah sadar, Pak.

"Gadis mana? Jangan mengada-ada kedatangan seorang gadis. Lihat, istrimu di rumah menunggu."

Gadis yang kemarin koma, Pak.

Mata Altaf langsung membuka sempurna. Altaf pun segera menegakan duduknya.

"Lima belas menit lagi saya sampai."

Senyum Altaf merekah. Ia buru-buru bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah lemari. Altaf mengambil seragam serta beberapa barang lainnya. Ia pun meletakanya di kasur dan bergegas mandi, namun langkahnya terhenti saat pintu kamar diketuk.

Altaf segera membuka pintunya. Nampaklah Layra yang datang membawa sarapan berupa roti dan susu untuk Altaf.

"Mama pikir kamu belum bangun," kata Layra. "Ya sudah, kamu sarapan di bawah saja." Layra membalikan badannya untuk kembali ke dapur.

Altaf menghentikan langkah Layra. "Ma, gadis yang Altaf bicarakan semalam sudah sadar."

Layra berbalik lagi menatap putranya dengan senyuman. "Benarkan apa kata Mama, semua itu ada jalan keluarnya," celetuk Layra yang dibalas cengiran oleh Altaf.

"Ya sudah, kamu mandi saja dulu dan bersiap. Kita lanjut bercerita di bawah nanti."

Altaf mengangguk. Setelah Layra pergi, Altaf langsung menuntup pintu kamarnya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bersiap ke rumah sakit.

Beberapa menit kemudian Altaf sudah siap dengan stelan yang tadi sudah ia siapkan. Sekarang barulah Altaf turun ke bawah untuk sarapan. Yah, sebenarnya Altaf sudah pensaran, tetapi jika tidak makan, Layra tidak akan memasakan untuknya lagi selama-lamanya.

"Pagi, Ma!" Altaf mengecup pipi Layra dan mengucapkan selamat pagi yang tadi belum ia ucapkan.

Layra tersenyum sembari mengusap pipi Altaf lembut. "Kamu sama persis seperti Papa. Selalu mencium pipi Mama setiap pagi," kata Layra bercerita.

Altaf hanya tersenyum sembari menarik kursi untuk ia duduki.

"Mau makan dengan apa?" tawar Layra.

"Spagethi saja, Ma," ujar Altaf.

Layra mengangkat mangkuk berisikan spagethi lalu menuangkannya di piring Altaf dan piringnya.

Setelah itu mereka makan dengan khidmat tanpa ada percakapan. Suara dentingan garpu saja yang terdengar di ruangan itu.

Beberapa menit berlalu Altaf sudah selesai menghabiskan makanannya. Begitupun dengan Layra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let's Reveal! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang