Chapter 1

3.4K 26 1
                                    

Selena mendesah panjang di kamarnya. Ucapan William semalam benar-benar mengusiknya. Sebab, pria itu mengatakan bahwa ia menolak memiliki anak lagi dari Elizabeth. Selena jadi berpikir bahwa ini semua karena dirinya.

"Selena,"

Lamunan Selena buyar ketika mendengar panggilan sang ibu dari luar kamarnya.

"Selena, kemarilah, Nak."

Dengan langkah gontai gadis itu keluar dari kamar. Ia tidak bisa menggunakan hari libur dengan bermalas-malasan untuk sekadar melamun tidak jelas.

"Ada apa, Ibu?"

"Lihatlah siapa yang datang di ruang tamu."

Selena mengangguk dan menuruti titah sang ibu dengan segera memeriksa ruang tamu rumah sederhana mereka.

"Kau..." gumam Selena, melihat William tengah duduk menikmati teh panas di pagi hari.

"Kemari," ujar William sembari menepuk sofa kosong di dekatnya.

Selena duduk. Memang duduk, namun di single sofa, bukan di sebelah William seperti yang lelaki itu minta.

"Bisa kita keluar, Selena? Aku ingin bicara, tetapi tidak di sini atau ibumu akan mendengar."

Selena diam untuk beberapa saat, sebelum akhirnya mengangguk setuju. "Aku ambil jaket dan tas dulu."

*

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Selena langung to the point saat mobil William sudah berjalan meninggalkan rumahnya yang biasa saja itu.

"Aku tahu, kau pasti memikirkan soal semalam. Tapi tenang saja Selena, alasanku menolak memiliki anak lagi, itu memang karena Elizabeth sendiri."

"Memangnya ada apa dengan Elizabeth?" pancing Selena.

"Alicia, dia bahkan tidak mendapat kasih sayang sepenuhnya dari Elizabeth. Wanita itu selalu sibuk berbelanja dan berfoya-foya dengan teman-teman sosialitanya di luar sana, tanpa perlu repot memikirkan Alicia."

Selena bisa melihat sendiri jika Elizabeth memang tidak begitu peduli dengan Alicia, karena sering kali Alicia di antar ke kantor setelah pulang sekolah dan Elizabeth pergi entah ke mana.

"Itu sebabnya aku tidak ingin memiliki anak lagi. Kasihan pada nasib anak itu yang akan memiliki ibu tidak bertanggung jawab."

Selena bernapas lega mendengar penjelasan William. "Aku pikir kau menolak karena ingin menjaga perasaanku."

"Itu juga salah satu alasanku," dengan tangan kanan yang tidak sedang menyetir, William meraih tangan Selena. "Aku tidak ingin menyakitimu."

"Aku sebenarnya tidak sakit hati jika kau memang setuju dengan keputusan Elizabeth. Itu hakmu dan haknya. Justru aku sempat merasa bersalah, aku takut bahwa dirikulah yang menjadi alasan penolakanmu."

William mengecup singkat punggung tangan Selena. "Aku yang sudah memilihmu, Pumpkin. Dalam situasi apapun, aku tidak akan membuatmu disalahkan."

Selena terkekeh sumbang dan melepaskan tangan kirinya dari genggaman William. "Kau ini... Mana mungkin aku tidak disalahkan! Bahkan berjalannya hubungan terlarang ini juga karena salahku yang turut andil di dalamnya. Menerimamu dan mengizinkan diriku menjadi orang ketiga."

"Kau bukan orang ketika, Selena." tegas William.

Jika pria itu tidak memanggil wanitanya dengan kata 'Pumpkin' dan justru menyebut nama Selena, itu artinya William sedang tidak suka apapun yang dilakukan ataupun diucapkan wanita itu.

"Tentu saja aku orang ketiga, William. Aku, perempuan yang masuk ke dalam rumah tanggamu dan Elizabeth, lalu menjadi simpananmu. Meski aku tahu aku telah menyakiti Elizabeth dan Alicia, tetapi aku tetap melakukan dosa ini."

"Bukan kau yang masuk. Akulah yang mengundangmu, menarikmu."

"Tetap saja. Jika aku menolakmu—" ucapan Selena terhenti karena kaget dengan rem mendadak yang dilakukan William.

"Aku akan menceraikan Elizabeth secepatnya, agar kau tidak merasa bersalah menjalani hubungan ini bersamaku."

Selena membelalak terkejut. Sebelumnya William tidak pernah berkata seperti itu, namun kali ini berbeda. Ada percikan kebahagiaan dan harapan dalam hati Selena, namun juga tersirat kesedihan untuk Elizabeth dan Alicia. Bagaimana pun, kesedihan dua perempuan itu... pemyebabnya adalah Selena.

Buru-buru Selena menggeleng. "Tidak, Wil."

"Kenapa?" tanya William serius. Tatapannya tajam menusuk manik mata Selena.

"Pikirkan tentang Alicia... Aku tahu bagaimana rasanya berada di tengah keluarga broken home."

"Selena, dengar... Setelah aku bercerai dengan Elizabeth, aku akan menikahimu dan membawa Alicia hidup bersama kita."

"Ini tidak benar, William."

"Lalu apa yang benar?"

"Jika ada yang harus berakhir, bukan kau dan Elizabeth. Tapi kita. Aku dan kau yang harus mengakhiri hubungan terlarang ini."

"Berhenti menyebut hubungan ini terlarang, Selena." tekan William. "Dan ingat... Aku tidak akan pernah mengakhiri hubungan kita."

Selena menarik napas perlahan, lalu menghembuskannya. "Maaf sudah membuatmu emosi di pagi hari seperti ini."

William mengatur emosinya, kemudian menarik Selena dalam pelukannya. "Aku tidak emosi, Sayang. Aku hanya tidak suka jika kau terus menyalahkan dirimu. Aku mencintaimu dan sangat menyakitkan bagiku jika kau terus seperti itu."

Selena tidak berucap apa-apa. Namun tangannya mengusap punggung pria tiga puluh lima tahun tersebut untuk memberi ketenangan.

"Katakan jika kau tidak akan menyerah untuk menungguku memberi kejelasan padamu." perintah William.

"Hubungan kita sudah jelas, William."

"Tidak, maksudku... Kau akan menunggu hingga aku meresmikan hubungan kita."

"Iya." jawab Selena dengan berat hati. Sebab ia tidak yakin jika hubungan yang dimulai dengan pengkhianatan ini akan berakhir bahagia.

"Katakan dengan jelas." pinta William yang semakin mengeratkan pelukan pada tubuh mungil Selena.

"Wil, sudahlah..." enggan Selena namun tidak berani benar-benar menolak.

"Katakan, Sayang."

"Ini masih pagi, dan kau sudah seperti anak sekolah yang sedang pertama kali kasmaran saja!!" ledek Selena sembari tertawa kering.

William melepaskan pelukannya. "Jadi, kau berniat pergi tanpa mau menungguku memperjuangkan kita?"

"Aku tidak mengatakan seperti itu."

"Ya." tegas William setengah marah. "Karena kau tidak berani mengatakannya."

"Aku akan menunggumu meresmikan hubungan kita, aku akan menunggu hasil dari perjuanganmu dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

Amarah William seketika hanyut hanya dengan mendengar pernyataan itu saja. Pria itu ingin kembali memeluk, namun terhenti karena interupsi bunyi dari ponselnya.

"Alicia," gumam William memberi tahu Selena setelah melihat layar ponselnya sendiri.

"Angkat saja."

William mengangguk dan segera mengangkat. Menyapa putrinya dengan kalimat-kalimat manis penyejuk hati.

"Baiklah. Berhenti menangis, maka Daddy akan segera menjemputmu." William mematikan ponselnya setelah mengatakan itu dan mulai kembali memacu kendaraannya.

"Turunkan aku di halte depan saja, Wil. Aku akan naik bus,"

"Aku tidak memintamu pulang, Sayang."

"Tapi kau akan menjemput Alicia, 'kan? Jadi mana mungkin membawaku. Aku tidak apa-apa, sungguh. Aku tidak ingin mengganggu waktu kalian."

"Sudah waktunya, Sayang."

Selena menautkan kedua alisnya dengan bingung. "Maksudmu?"

"Aku akan memberi waktu pada kalian agar lebih saling mengenal satu sama lain."

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang