Chapter 3

2.9K 32 6
                                    

William mengecup setiap inci permukaan kulit putih bersih Selena setelah berhasil menelanjangi wanita itu. Merangkak naik ke atas tubuh Selena untuk kemudian meremas dada kiri Selena, lalu mengulumnya yang kanan seperti bayi yang kehausan.

"Eungh..." erangan lolos dari bibir Selena yang sudah membengkak karena gigitan William berulang kali.

Tidak ingin membuang waktu karena takut keburu Alicia merecoki, William segera melucuti seluruh pakaiannya sendiri. Setelah itu kembali berada di tengah-tengah paha Selena dengan posisi berlutut. William mengarahkan ujung kejantanannya ke kewanitaan Selena. Tidak langsung masuk, masih menggesek di sekitar klitoris wanita itu untuk menggodanya.

"Ahhh... eunghh..." racau Selena menggerakkan kaki dengan gelisah dan frustasi.

William tersenyum, kali ini memasukkan kepala kejantanannya dan diam untuk beberapa saat. Menikmati wajah mendamba Selena yang begitu bergairah.

"William... please..." pintanya memohon.

"Please for what, Pumpkin?" polos William.

Pipi Selena merah padam menahan malu karena memohon untuk hal menjijikan ini. Namun, kejantanan William di dalam sana yang hanya ujungnya saja adalah sebuah kesalahan.

"Wil..." desah Selena saat William mendorong sedikit kejantanannya, kemudian dikeluarkan lagi.

Sungguh, wajah Selena sangat cantik dengan begitu. Sebab itu, William mengulangi aksinya berkali-kali hingga membuat Selena tidak berhenti merintih nikmat namun tersiksa.

"Please, Baby..." lirih Selena.

William tertawa karena terlalu suka dengan panggilan yang Selena lontarkan. Seolah hadiah, William memberi apa yang Selena inginkan. Mendorong kejantanan pria itu sepenuhnya dalam liang Selena dengan gerakan pelan, lalu menggenjotnya.

"Ahhhh... ahh... ahhh..." desah tak tertahan wanita itu.

William menunduk, menciumi bibir Selena sambil terus menggerakkan pinggulnya maju mundur. Menikmati setiap harmoni mendayu yang Selena ciptakan.

Entah sudah beberapa lama mereka melakukannya hingga membuat Selena orgasme berkali-kali, namun William tetap prima melakukan penetrasi guna mencari pelepasannya. Berbagai gaya pun mereka lakukan.

Hingga akhirnya detik-detik itu tiba, William semakin cepat memompa hingga erangan Selena sudah tidak keruan nyaringnya dan kacaunya. Sedetik sebelum cairan cintanya tumpah, William segera menarik keluar kejantanannya yang berkedut hebat itu, lalu mengarahkan ke perut datar Selena untuk ditumpahkan di sana.

Napas William memberat, namun Selena benar-benar menyukai suara itu. Tubuh William ambruk setelah mengosongkan cairannya. Ia menyembunyikan wajah di ceruk leher Selena dengan tubuh sepenuhnya berada di atas Selena.

"I love you." bisik William sensual.

Selena memeluk William. "I love you too."

Napas sudah kembali pulih, William berguling ke samping namun memiringkan tubuh untuk melihat wajah Selena.

"You're so beautiful, Pumpkin."

Selena tersenyum merasa tersanjung. "Thank you."

Melihat dada besar Selena yang terbuka begitu saja, rasanya tidak bisa membuat tangan William untuk rela berdiam saja. Pria itu meremas-remas gundukan itu dengan gemas.

"Ahhhh..." desah Selena. Namun tidak repot untuk menurunkan tangan William.

"DADDY!!"

Pekikan dari kamar sebelah membuat William dan Selena refleks duduk. "Alicia, Wil."

"Kau istirahat saja dulu, biar aku yang lihat." seru William segera memakai kembali pakaiannya.

*

"Ada apa, Alicia?" tanya William setiba di kamar sebelah.

"Aku pikir kau meninggalkanku sendiri di sini."

"Tentu saja tidak, Sayang."

Alicia memeluk William sedetik, lalu menjauhkan tubuhnya. "Euhh... Mengapa kau berkeringat sekali?"

"Aku baru saja berolah raga."

"Kau jorok, Daddy. Seharusnya langsung mandi."

"Aku ingin mandi, tapi kau sudah memanggilku lebih dulu."

"Baiklah, kau boleh mandi sekarang." ucap Alicia karena benar-benar terganggu dengan keringat yang membasahi tubuh atletis ayahnya.

"Oke, aku mandi dulu."

*

Hari sudah malam, namun hujan angin di luar terpaksa membuat tiga orang itu untuk tetap tinggal di apartment.

"Daddy, mengapa kita tidak memanggil mommy untuk datang kemari juga?"

William hanya menggeleng singkat. "Ibumu sedang sibuk bersama teman-temannya."

"Huftt... Mommy..." keluh Alicia bergumam. Ia sebal karena ibunya sering kali sibuk di luar sana.

"Kau bisa bermain bersamaku jika ingin." tutur Selena lembut.

"Aku hanya rindu ibuku, dan kau bukan ibuku. Jadi aku tidak membutuhkanmu."

William baru saja akan menimpali karena pernyataan itu tidak disukainya, namun Selena menahan tangan pria itu dan memberi tatapan bahwa ia baik-baik saja.

"Mengapa kau tidak pulang, Selena?" tanya Alicia sedikit mengejek.

"Di luar hujan, Alicia." sabar Selena.

"Kau tidak akan kehujanan jika naik taksi. Atau kau memang ingin mengganggu waktuku dengan daddyku?"

"Alicia!" bentak William.

"Sudahlah, Wil, jangan marahi dia." Selena mengusap pundak pria itu.

"Kau marah padaku, Daddy?" tanya Alicia dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.

"Kau kurang ajar padanya, Alicia." ujar William memberitahu kesalahan anak itu.

Seketika tangis Alicia pecah. Gadis itu ketakutan menatap mata tajam ayahnya.

"Hei, Alicia... Tidak apa-apa, jangan menangis..." Selena berusaha menenangkan namun Alicia semakin meraung. Gadis kecil itu tidak suka karena ayahnya sudah membela Selena dibanding dirinya.

"Teruslah berbuat tidak sopan padanya, Alicia."

"Daddy..." lirih Alicia.

Selena memeluk anak itu. "Sudah, jangan menangis. Jadilah anak baik agar daddymu tidak marah."

Alicia ingin memberontak, tapi tahu jika William akan semakin marah, maka dia diam dalam dekapan Selena.

"Jika sekali lagi kau tidak sopan padanya, aku tidak akan pernah mau menghabiskan waktu denganmu, Alicia. Daddy tidak akan mengajakmu jalan dan memebelikan apa yang kau inginkan." William memberi ultimatum pada anak kandungnya sendiri demi wanita simpanannya.

"William, jangan seperti itu." sergah Selena.

"Kau dengar, Alicia?" tanya William pada anaknya, tidak mempedulikan larangan Selena.

"I-iya, Daddy..." jawab Alicia terbata.

"Hari sudah malam. Apa kau ingin tidur, Alicia?" tawar Selena menatap wajah sendu Alicia yang baru berhenti menangis.

"Aku ingin tidur bersama daddy."

Selena mengangguk. "Baiklah, kau tidur saja bersama daddymu."

"Tidak." sahut William. "Sebaiknya kalian tidur bersama."

"Baiklah." lesu Alicia yang tidak mempunyai daya untuk sekadar menolak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang