PROLOG

29 5 0
                                    

Memang, setelah hujan belum pasti ada pelangi. Tapi, titik-titik air yang tumpah perlahan dari langit itu selalu membawa kedamaian bukan? - Unknown

🌸🌸🌸

Gadis cantik itu termenung di balik jendela kafe, menatap jajaran pot berisi bunga mawar yang berjajar rapih. Sesekali, ia meneguk secangkir teh hangat yang ia pesan beberapa menit yang lalu. Pakaiannya masih sedikit basah, rambut panjangnya dia biarkan tergerai menutupi leher jenjangnya.

"Pesanan Anda, satu sup hangat"

Gadis itu tersenyum menatap waiters yang memberikannya sup. Bibir cantiknya terlihat melafalkan, "terimakasih" pelan hampir tak terdengar. Dilihatnya asap tipis yang muncul dari sup panas pesanannya. Ia mulai mencicip sedikit demi sedikit sup nya, membiarkan rasa hangat memeluk dirinya.

Drrrrtttt.... Drrrrtttt...

'Mama pergi'. Kalimat yang terbaca oleh mata cantiknya. Ia menghela napas, pandangannya mulai memburam. Sekarang, tidak ada lagi titik-titik air yang jatuh dari langit. Namun, titik-titik air itu kembali jatuh dari mata cantiknya.

Disya Anindya. Nindy, Disya. Nama yang bermakna cantik. Gadis yang periang di mata teman-temannya, namun bisa berubah menjadi gadis yang pendiam seketika. Gadis dengan rambut hitam panjang, berkulit putih itu adalah idola di sekolahnya. Namun siapa sangka, gadis itu menyimpan sejuta rahasia yang dia pendam, ia simpan semua itu baik-baik.

Ia membuka buku bersampul hitam bergambar mawar putih di ujung sisinya. Jemari lentiknya mulai menuliskan bait demi bait kalimat dengan tinta hitam. Sesekali, ia terdiam seolah menerawang kembali masa-masa itu. Masa-masa yang tidak akan pernah ia lupakan.

"Tapi Saya tidak merasa memesan ini, coba di cek"

Lamunannya buyar ketika mendengar kegaduhan. Suara lelaki yang sepertinya tidak asing baginya. Ia berusaha melihat dengan jelas siapa lelaki yang berhasil membuat imajinasinya kacau. Tapi nihil. Penglihatannya yang sudah bermasalah ditambah ia lupa membawa kacamatanya, membuat ia benar-benar tidak bisa melihat dengan jelas lelaki itu.

Matahari sudah kembali muncul dari balik awan. Ia mulai membereskan barang-barangnya. Lembayung langit sore sudah mulai menyapa. Ia harus cepat-cepat kembali ke rumah sebelum malam datang.

Kaki rampingnya berjalan cepat melewati jalanan sempit kompleks rumahnya. Sesekali ia menyapa orang-orang yang ia kenal. Melemparkan senyum manisnya kepada beberapa orang. Sesekali juga ia berhenti untuk menyapa anak-anak kecil dan memberinya permen yang ia temukan didalam tas sekolahnya.

"Terimakasih Kakak!!"

Disya tersenyum ketika mendengar kalimat sederhana dari anak-anak kecil itu. Canda tawa anak-anak itu membuatnya sedikit lega, sedikit merasa yakin bahwa dunia ini memang masih layak untuknya.

Kebahagiaan kecil yang ia dapatkan hari ini, membuat Disya semakin yakin untuk tidak menyerah hari ini.

***

Dear D,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang