Silvanna

68 5 7
                                    

Hi everyone.

I am back.

Sorry for the long update.

Pic source : facebook

Note : Well, skin Silvanna yang terbaru keren banget sih. Cantik, elegan, dan kuat terdefinisi semua di skin terbarunya. (Yah, walau yang normal skin juga seperti itu). Cuman gak tahu, suka aja dengan skin terbarunya.

Well, pernah jadi user Silvanna, yah gak pro juga. Hehehe.

"Oh ya, sekali lagi, jika ada penggunaan kata atau bahasa yang tidak tepat, mohon diberikan kritik dan saran di kolom komentar ya, supaya menjadi lebih baik dalam pembendaharaan kata-kata."

Okay, it is time to introduce Silvanna.

Please Enjoy~






🌝🌝🌝🌝

"Maaf tuan putri, apakah makanannya tidak enak?" Tanya salah satu selir yang membuyarkan lamunanku.

Aku segera membersihkan mulutku dengan serbet sembari berdiri secara sigap.

Sontak dia mundur menjauh untuk memberiku ruang dan menunduk. Aku melihatnya, dan berkata,

"Tidak. Makanannya tentu sangat enak. Hanya saja aku sudah kenyang. Terima kasih untuk kerja keras kalian untuk membuatkan ku makanan. Kalian boleh kembali bekerja lagi. Permisi." Semua selir dengan sigap berbaris rapi di depan pintu. Mereka menunduk saat aku berjalan melewati mereka.

Namun, aku mendengar suara dentuman yang keras. Ada salah satu selir yang tiba-tiba jatuh pingsan. Sontak aku mendekatinya dan jongkok di sampingnya. Dengan perlahan aku mengangkat tubuhnya dan menyuruh selir lainnya.

"Cepat panggilkan tabib!"

❤️❤️❤️❤️

"Bagaimana keadaannya?" Tanyaku pada tabib yang sedang mengurut lengan selir itu.

"Dia hanya kelelahan saja, tuan Putri. Dan, demam. Hanya perlu waktu istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisi fisiknya." Ujar tabib.

"Aku merasa tidak enak jika dia sampai sakit untuk mengurusku. Dia juga punya keluarga yang harus dia urus. Mungkin setelah ini, aku akan memberikan dia cuti satu bulan untuk bersama dengan keluarganya. Bagaimana menurut anda?" Aku berusaha memberikan solusi. Setidaknya sebagai seorang Tuan Putri harus bisa memberikan keputusan dan solusi dalam setiap permasalahan.

"Ide yang bagus, tuan Putri. Namun, apakah tidak lama untuk waktu cutinya?"

"Aku rasa tidak. Semua selirku tidak ada yang pernah pulang ke rumah masing-masing karena atas perintah dari mendiang kedua orang tuaku. Semenjak kedua orang tuaku tidak ada, dan hanya aku seorang saja di keluarga ini, semua selir tidak pulang ke keluarganya. Aku menjadi merasa bersalah."

Ya, aku merasa bersalah. Merasa bersalah atas ketidak mampuanku sebagai seorang anak yang baik untuk kedua orang tuaku, seorang pemimpin untuk rakyat-rakyatku, dan juga seorang kakak yang baik untuk adikku.

Seandainya saja saat itu aku dapat bertarung untuk melindungi ayah dan ibu, dan juga adikku yang saat itu masih seorang bayi. Seandainya saja saat itu aku tidak memiliki rasa ketakutan. Tidak berlari menghindar ancaman, menangis terdiam melihat ayah dan ibuku yang bersimbah darah. Menyaksikan adikku diculik oleh salah satu makhluk Abbys.

Dan saat itu aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Menangis.

Merengek.

Cold EyesWhere stories live. Discover now