Perasaanku untuk Haechan tidak dapat kutahan lagi. Aku merasa begitu sempurna. Ini bukan cinta pertamaku, bukan pertama kalinya pula aku berjuang terhadap perempuan. Tapi ini pertama kalinya aku begitu mencintai seseorang dengan rasa yang sangat kuat.
Perasaan ingin melindungi, selalu ingin di dekatnya, menjaganya, rindu yang datang apabila tidak berada di sisinya. Perasaan campur aduk yang membuatku tersiksa tapi juga sangat senang.
Haechan adalah perempuan yang sempurna, kuakui aku tertarik pada fisiknya pada awalnya, akan tetapi setelah mengenalnya seperti ada sihir tertentu yang membuatku begitu tertarik kepadanya, atau mungkin Haechan adalah kutub magnet yang berlainan denganku sehingga ketika sudah tertarik aku sulit lepas darinya. Ya, Haechan adalah kutub magnet yang kuat bagiku.
Aku tidak bisa menahan ini semua. Aku tidak bisa menahannya sendiri, Haechan harus tahu perasaanku.
Maka sekarang yang kupikirkan adalah bagaimana cara terbaik untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya.
Aku duduk di meja belajar di kamarku, memikirkan rencana apa saja yang dapat aku lakukan untuk menyatakan perasaanku.
Untungnya robekan diary yang diberikan Haechan tidak sepenuhnya berisi tentang kesedihannya. Ada clue yang Haechan berikan padaku. Dan apabila boleh jujur sepertinya ini adalah lampu hijau untukku darinya.
Di dalam kertas tersebut tertulis bahwa Haechan menyukai makanan manis, bunga-bungaan terutama bunga tulip-aku berpikir apakah mudah bagiku untuk mendapat bunga tulip-, dia suka novel, suka matahari terbenam-yang tentu saja, menjadi daftar favorit baruku.
Haechan juga suka dengan musik, aku melihat beberapa penyanyi terkenal dan band terkenal yang ia tulis dalam robekan diary itu, hanya saja untuk kalimat musik dan beberapa lagu favoritnya ia coret-coret seperti tulisan yang salah yang tak boleh ditunjukkan.
'Aku sangat menyukai musik, terbersit dipikiranku bahkan aku ingin menjadi penyanyi. Aku suka lagu-lagu balad dan pop. Tapi hampir semua jenis musik aku bisa mendengarkannya.
'Kini itu semua hanya dapat tersimpan dalam memoriku hanya lirik lagunya, harmoninya, tidak ada musik yang dapat kudengarkan lagi, semuanya tidak sama lagi. Bagaimana aku bisa mengisi kehampaan dalam hidupku ini?'
Tanpa sadar aku meremat kertas tersebut. Bagaimanapun aku tidak bisa untuk pura-pura tidak membaca kalimat tersebut.
Haechan menyukai musik, sebuah pemikiran muncul dalam kepalaku untuk menyanyikan sebuah lagu untuknya, bermain gitar dan memberikan bunga, dengan lagu ciptaanku sendiri. Tentu, aku juga sangat menyukai musik dan beberapa kali membuat demo ku sendiri.
Haechan bisa menjadi muse ku. Dia dapat menjadi sumber inspirasiku. Tetapi pemikiran itu tertampar kenyataan yang menyakitkan. Mungkin tidak sekarang, pikirku.
"Fokus! Kau harus fokus Mark. Apabila bukan musik maka kau harus dapat membuat kebahagiaan lain untuknya!" Aku berbicara kepada diriku sendiri supaya bisa lebih berguna lagi.
——
———
————
Aku mengajak Haechan ke Sky Rose Garden, sebuah taman indoor yang terletak di kota Seoul tepatnya di lantai delapan Daehan Cinema, sebuah bioskop pertama di Korea Selatan. Disini terdapat berbagai jenis bunga yang dapat kami nikmati, aku yakin Haechan pasti senang dan sangat menyukainya. Apalagi suasana sore yang indah dengan bonus dapat menikmati matahari tenggelam.
Coffe shop, dessert yang enak, matahari tenggelam di taman bunga, dan Haechan sungguh kombinasi yang sempurna untukku malam hari ini.
Melihat senyum diwajah Haechan yang tidak pernah luntur membuatku sangat kikuk, dan aku hanya bisa terus-terusan membalas senyumnya dengan muka dan senyum tolol andalanku. Ups
'Terima kasih,' Haechan menggerakan tangannya dengan bahasa isyarat. 'Aku sungguh bahagia Mark. Ini sangat sempurna, sangat indah.'
Sangat sederhana, tapi ungkapan syukur Haechan tersebut membuatku meleleh bahkan aku hampir tidak bisa merasakan kakiku yang berada di bawah meja.
"Syukurlah apabila kau menyukainya, pemandangan di sini memang sangat indah. Kau tahu, kau seperti peri diantara bunga-bunga yang ada disini. Sangat cantik, aku menyukaimu melebihi apapun." Ucapku diikuti dengan bahasa isyarat yang sedikit berantakan. Semoga gerakan tanganku masih dapat dimengerti olehnya.
Haechan tertawa dengan suara indahnya, 'kau sepertinya belajar dengan giat ya, terima kasih kau mau memahamiku dengan kekuranganku.'
Entah mengapa malah aku yang tersipu, aku merasa wajahku terbakar. Aku benar-benar telah bertekuk lutut pada gadis ini sepertinya, dan aku tidak akan menolak apalagi menghindarinya.
Sisa malam itu kami habiskan bersama dengan kebahagiaan yang terus terpancar dari wajah kami. Aku mengobrol banyak dengan Haechan, dia adalah orang yang sangat asyik dengan wawasan yang luas. Haechan juga terus-terusan menjahiliku, tetapi aku tidak mengeluh. Dan aku juga bisa menggoda Haechan yang dapat membuatnya tersipu malu.
Kebahagiaan kami harus diinterupsi oleh waktu. Pukul sembilan malam aku dan Haechan memutuskan untuk pulang. Aku tidak mau diamuk oleh ayahku karena keluyuran sampai malam.
Haechan terkikik geli ketika melihat motorku, 'serius Mark Lee? Kupikir orang keren mengendarai motor keren.' Sambil menunjuk-nunjuk skuterku.
"Aku jamin motor imut ini bisa mengantar kita berdua pulang dengan selamat." Balasku. Aku tidak ingin marah atas candaan Haechan, hey apapun yang dikatakan Haechan mana bisa membuatku marah.
'Baiklah, tuan imut. Antarkan princess ini pulang dengan selamat ya.' Kata Haechan sambil mengangkat tangannya tanda pasrah.
"Eits, tunggu dulu. Pakai helmmu, princess. Oh dan bisakah kau pegang bunga ini?" Aku menyerahkan helm dan sebuket bunga tulip untuknya.
Haechan hanya bisa terperangah melihat buket bunga kesukaannya. 'Ini, oh bagaimana bisa?' Lalu menerimanya dengan wajah merona.
"Apasih yang tidak bisa kulakukan untukmu." Candaku.
"Naiklah," perintahku pada Haechan.
Perjalanan menuju rumah Haechan memakan waktu sekitar dua puluh menit. Rumah Haechan berada di kawasan elit yang berada di Seoul.
Aku berhenti di depan gerbang rumah Haechan yang megah, sepertinya aku baru tahu apabila Haechan ini orang kaya.
Lalu seseorang membukakan pintu gerbang, kupikir seorang security, badannya tinggi tegap dan berotot memakai kaos putih lengan panjang dan celana hitam bahan dengan rambut yang tersisir rapih.
Harus kuakui orang ini lebih keren daripadaku. Tidak apa aku masih calon pacar Haechan yang tidak terkalahkan.
Aku terlambat menyadari siapa lelaki itu, karena setelah ia menegakkan wajahnya dan melihat ke arahku aku langsung terperanjat.
Setelah lebih dari tiga tahun akhirnya aku bertatap muka lagi dengannya dengan jarak tidak lebih dari dua meter.
Haechan turun dari motor dan menghampiri pria tersebut, lalu ia memperkenalkannya padaku.
'Sepupuku,' Haechan memberitahuku dengan bahasa isyarat
"Lee Jeno." Ucapku. "Tentu saja."
^^
18920

KAMU SEDANG MEMBACA
When The Sun Goes Down✅
FanfictionI wish I could turn back the time, so I could tell you how much I love you (((BAHASA))) Mark Lee x Lee Haechan Warn : genderswitch, misgendering