Cintaku Semampet Hidungku

21 12 0
                                    

HACCCCHHHHHHIIIIIIMMMMMMMM......suara bersinku menggelegar di seluruh jagat kelas. Sehingga yang semula keadaan hening sunyi senyap di pelajaran Pak Wanto guru matematika berubah menjadi gelak tawa. Semua mata tertuju padaku.

"Hentikan tawa kalian..."Kata Pak Wanto sembari memukul meja guru.

Sejenak kemudian hening kembali menyelimuti kelas 11 B ini.lalu tiba tiba suara itu hadir lagi..

HAAAAAACCHIIIIIIIIIIIIIMMMM.... kali ini lebih menggelegar. Mungkin jika di ibaratkan, semua isi sekolah pasti akan mendengar suara bersin itu. Betapa parah dan ber sound sistem aktiv volume tinggi yang pernah ku dengar. Dan lebih memalukan lagi jika suara bersin super itu adalah berasal dari diriku sendiri.

Suara menjadi sedikit kacau. Teman-temanku cekikian yang di tahan. Dan pada akhirnya Rama temanku yang duduk di belakang tertawa, tawanya mulai dan diikuti tawa tawa yang lain.

"Sumpah.. baru gue denger bersin yang begitu hahaha. Babe gue kalo bersin persis kayak si Ratna hahaha" Rama tertawa terpingkal pingkal.

"Berarti si Ratna itu kloningan dari babe lu dong Ram..."kata Trio menimbali.

" Ho.....oh" Rama tertawa lagi...

Aku yang merasa di sindir memasang muka ditekuk-tekuk. Persis seperti sebuah kertas ulangan yang bernilai nol besar dan hendak di buang di bak sampah. Ingin rasanya aku membuang muka ini dan membeli muka yang baru. Tapi apa mungkin di toko ada yang menjual muka? apalagi jika di ingat mukaku itu sangat innocent dan sweety abis..

Tak terasa bel istirahat berbunyi. Semua anak-anak keluar kelas sambil melirik kearahku yang sedari tadi memegang lap merah muda yang selalu siaga berada di depan hidungku.

"Kasihan amat tuh lap pink..udah bagus warnanya pink. Eh..malah buat ngelap ingus.."Kata Rama lagi dan lagi.

"eh..Rama..tutup mul.......HACCCHHIIIIIIIIIIIIIIMMMM...."

"Udah deh jangan ngemeng dulu. Urusin tuh pilek. Virus tuh.. jauh jauh dari gue .hus..hush..."Ucap Rama sambil berlalu.

Sekarang tinggal aku yang berada di kelas sendirian. Hidungku menjadi mampet. Kepalaku pusing dan bersin selalu menggangguku. Aku malu jika harus bersin-bersin di kelas seperti tadi. Aku memutuskan untuk ijin pulang ke rumah. Aku mendatangi kantor BK dan meminta surat ijin pulang. Alhamdulillah..Guru BK memberikan ijin dan aku bisa beristirahat di rumah.

Keesokan harinya kondisiku semakin memburuk. Aku tak di bolehkan sekolah oleh mama. Meski aku ngotot untuk berangkat dikarenakan hari ini ada ulangan Bahasa Indonesia, namun mama tetap tak mengijinkan aku untuk berangkat sekolah.

"Mama..hari ini tuh ada ulangan bahasa indonesia.."rengekku

"Ratna..dengarkan mama, kondisi kamu tuh belum stabil. Kamu mau jika di sekolah nanti kamu lemas atau bahkan pingsan di kelas." Kata mama mencoba menjelaskan

"Mama kok berfikiran negatif seperti itu sih. Coba lihat Ratna sekarang..sehatkan?"

"Badanmu tuh panas Ratna. Nih bocah kok ngeyel amat ya"

"ih..mama..aku nanti tak bisa mendapat nilai ulangan dong. Terus aku gak naik kelas.mama mau?" protesku lagu dan lagi

"Ratna..ulangan bisa di susul. Kamu gak usah khawatir. Lagipula ulangan apa sih yang buat kamu tuh ngeyel mau berangkat?"

"Ulangan sastra mah hehehe" cengirku menampakan gigi depan

"Oh..pantas aja. Pasti gak jauh jauh tentang menulis kan? udah deh..hari ini kamu standby di kamar. Nanti mama panggilin dokter buat ngobatin sakit kamu itu." Kata mama sambil keluar dari kamarku.

Secangkir Kopi : Sebuah Antologi CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang