Maaf, aku mencintaimu

5 1 0
                                    

Aku menunggu pesawatku untuk terbang 30 menit lagi. Bandara Soekarno Hatta saat ini nampak lumayan padat karena hari libur panjang sudah tiba. Walaupun harga yang di tawarkan untuk tiket pesawat seperti sekarang ini naik 50% tapi niatku untuk pergi dari Indonesia sudah bulat adanya. Aku ingin meninggalkan semua kenangan manis tentang Jakarta. Tentang sahabat sekaligus cintaku. Aku pergi dan mungkin tak akan pernah kembali lagi.

"Ram..pesawatmu sebentar lagi take off. Kamu siap-siap aja ya," ujar ibu kepadaku.

Tanpa kata aku hanya mengangguk tanda mengerti. Sekali lagi dengan mata berbinar aku menatap di sekililingku. Menatap berpuluh orang berlalu lalang. Dengan mimik muka yang beragam. Ada yang sedih ada pula yang menampakan kebahagiaan. Dan aku bingung sendiri dengan kelompok mana yang harus aku pilih. Apakah sedih atau bahkan bahagia.

PESAWAT GARUDA BOING 703 TUJUAN INDONESIA-SINGAPORE AKAN SEGERA BERANGKAT. DI HARAPKAN PARA PENUMPANG BERSIAP SIAP. TERIMA KASIH.

Suara itu menggelegar di seluruh bandara. Aku pun berajak dari tempat dudukku. Aku bergegas memasuki pesawat. Dan tak lupa berpamitan pada ibu dan kakakku.

"Kita akan sering sering menjengukmu. Hati-hati ya.."

"Makasih bu..aku berangkat dulu."

Aku memeluk secara bergantian ibu dan kakakku. Tak terasa airmata menetes sedikit demi sedikit. Aku mengusapnya dan aku segera akan memasuki pesawat yang akan membawaku pergi jauh dari kenangan burukku.

****

Pagi pagi buta, Violette membangunkanku. Dia datang untuk mengajakku pergi ke suatu tempat. Rumah aku dan violette lumayan jauh. Jika menggunakan mobil harus menempuh jarak selama 45 menit. Kita adalah teman dekat. Dia dan aku sudah berteman hampir 12 tahun. Sejak kita masuk sekolah dasar dia adalah teman yang pertama kali aku kenal.

Saat aku berada di kelas 11, aku harus pergi ke Balikpapan karena mengikuti ayahku yang pindah tugas kesana. Dengan sedih hati aku harus meninggalkan Jakarta. Tapi selama 3 tahun aku disana, aku dan violette tak pernah absen saling berbagi kabar. Dengan kabar yang sangat random, kita bercerita banyak hal. Jarak tak memisahkan hubungan persahabatan kami.

3 tahun aku di balikpapan, aku dan keluarga balik lagi ke Jakarta. Aku memberi kejutan pada Violette yang saat itu sedang berulang tahun. Aku masuk ke kamarnya ketika jam 12 malam dengan membawa cake kecil dan lilin berwarna terang. Aku membangunkannya. Violette kaget dan langsung memelukku erat. Dan aku membalas pelukannya dengan rasa rindu yang kini mulai berangsur mengikis.

Sekarang kita sudah berusia 19 tahun dan rasa kebersamaan satu sama lain yang membuat kita nyaman dan tak ingin terpisahkan. Usia Violette lebih muda 3 bulan dari usiaku. Karena faktor usia yang tak terpaut jauh itu juga kita bisa bermain dan saling mengerti satu sama lain.

Pagi buta itu Violette datang dan mengajakku ke suatu tempat. Tanpa mandi ataupun cuci muka aku langsung dibawanya memasuki mobil. Aku tak bisa berkomentar, aku hanya bisa menatap wajah Violette yang amat bersemangat itu.

"Vio..kamu mau bawa aku kemana," gerutuku kebingungan

"Tenang saja Ram..nanti kau juga tahu," cengir Violette, menggemaskan.

Masih agak bingung dengan tingkah lakunya namun aku mencoba untuk menuruti tanpa banyak tanya. 15 menit perjalanan, ternyata Vio membawaku ke sebuah danau yang terletak di pinggiran kota. Tempat ini tak asing bagiku, karena di tempat ini aku dan Violette selalu bermain bahkan belajar bersama.

"Danau"

"Iya..aku mau menunjukan ini padamu."

"Bukannya kita sering kesini?" tanyaku heran

Secangkir Kopi : Sebuah Antologi CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang