29

2.3K 286 17
                                    

"Na Jaemin?"

"Iya?"Kyuhyun yang merupakan paman dari Taeyong itu menatap Jaemin khawatir. Anak itu tidak mendengarkannya selama ia bicara tadi.
"Apa yang kamu pikirkan sekarang? Cerita saja..paman tidak akan memberitahukannya pada siapapun"

Jaemin mengigit bibirnya, bingung harus bicara apa sekarang.
"Paman disini untuk membantumu.. kakakmu bilang kalau kamu sering ketakutan tiba-tiba kan? mungkin paman bisa memberikan solusi untukmu.

"I-itu.."

"Sedikit-sedikit saja. Tidak usah langsung diceritakan semua"Jaemin masih enggan berbicara. Kyuhyun yakin jika Jaemin bukan anak yang terbuka dan lebih memilih memendamnya sendiri. Ini yang sebenarnya harus diperhatikan untuk anak seusia Jaemin karena bisa saja ada hal yang mendorongnya melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan.
Kyuhyun menggenggam tangan Jaemin lembut, menatap anak itu lekat.
"Belum bisa bercerita ya?"

Jaemin mengangguk pelan, ia juga menatap Kyuhyun lekat.
"Tidak apa-apa. Besok paman akan menemui mu lagi, sudah pulang kerumah kan?"

"I-iya.."

"Jaemin mau mendengarkan paman tidak?
Memang ada saatnya kamu tidak menceritakan apa yang kamu alami. Tapi alangkah baiknya kamu segera beritahu hal yang membuat mu lelah. Cobalah untuk menceritakan apa yang kamu rasa saat ini atau saat sedang benar-benar lelah.
Paman dulu juga pernah mendapat pasien yang hampir sama dengan mu.
Katanya dia sering merasa takut tiba-tiba atau khawatir padahal disekitarnya baik-baik saja dan kamu tau kenapa? Karena dia tidak mau memberitahukan apa yang membuatnya takut selama ini.
Dia di-bully disekolahnya, padahal dia sudah takut dan lelah karena di-bully seperti itu tapi dia memilih tidak cerita pada siapapun, bahkan pada orangtuanya.
Dia hampir mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, untung saja orangtuanya cepat-cepat pergi untuk menolong anaknya"

"Apa dia baik-baik saja?"
Kyuhyun mengangguk, tangannya masih mengusap tangan Jaemin digenggamannya
"Habis itu dia bertemu paman. Sama seperti mu sekarang, tidak mau cerita. Tapi pelan-pelan dia cerita dan akhirnya orangtuanya tau kalau anaknya di-bully dan semenjak itu, anaknya tidak lagi diganggu disekolah karena anak-anak nakalnya sudah pergi. Dia tidak takut lagi setelahnya"Kyuhyun mencubit pipi Jaemin pelan,
"Jadi..kalau kamu takut.. coba cerita pada kakakmu atau kalau tidak cerita saja pada paman.
Paman pasti akan mendengarkan mu seperti kakakmu yang mendengarkan ceritamu"

"Paman pamit ya? Besok paman akan kerumah Jaemin"Jaemin mengangguk, dia merasa lebih tenang saat Kyuhyun bercerita tadi.
Sejak kedatangan Kyuhyun, Jeno menunggu diluar ruangan dan sengaja memberikan mereka waktu berdua.
"Jeno"

"Ah iya..sudah selesai?"
Kyuhyun duduk disebelah Jeno, matanya menatapi pasien-pasien yang berlalu lalang, dokter dan perawat yang terlihat sibuk disini.
"Sejak kapan Jaemin ketakutan seperti itu?"

"Sejak...ia mencoba bunuh diri"

"Benarkah?"

"Paman tau artikel tentang siswa yang loncat ke sungai? Itu Jaemin"Kyuhyun terdiam mendengarnya, jadi siswa yang ia baca di internet itu adalah Jaemin sendiri.
"Setelah hari itu, setiap bertemu dengan ayah Jaemin sering ketakutan. Dia sering bangun saat tengah malam dan tidak bisa tidur lagi.
Katanya sering ada yang berbisik di telinganya seperti mencoba untuk membuat Jaemin kembali mencoba bunuh diri untuk yang kedua kalinya"

"Sepertinya akan cukup lama..trauma nya bukan hanya pada satu hal. Mendengar ceritamu paman yakin jika Jaemin memiliki banyak hal yang membuatnya ketakutan seperti itu.
Cobalah untuk memancing Jaemin agar bercerita padamu, tapi jangan dipaksakan juga. Itu malah membuat Jaemin semakin stres nantinya. Kamu bilang dia mengalami perundungan kan? Itu sebenarnya harus diperhatikan sejak awal karena dampaknya bisa berkepanjangan. Ditambah rasa takutnya pada ayahnya yang membuat rasa takut Jaemin terhadap orang-orang yang merundungnya ikut dirasakannya dalam satu waktu.
Intinya, agar bisa membantunya menghilangkan trauma nya harus menyelesaikan satu persatu masalahnya"

"Paman pamit dulu ya?"

***

Jeno masih setia duduk di kursi yang sering diduduki Jaemin saat belajar. Matanya terus menatapi setiap inci meja belajarnya agar Jaemin tidak terluka lagi.
"Aku tidak akan membiarkan mu menyakiti Jaemin lagi.."gumamnya memandangi meja itu, tangannya meraba setiap inci meja memastikan tidak ada yang tajam lagi.

Ia baru ingat jika serpihan kayunya ada karena Jaemin tidak sadar jika gunting yang ia tancapkan ke mejanya menciptakan serpihan menyebalkan itu.
"Hyung..sedang apa?"

"Tidak ada..hanya memastikan"

"Besok aku sekolah ya hyung?"
Jeno menatap Jaemin kaget, "kamu yakin?"

"Iya, ada Chenle disana dan hyung akan menjemputku kan?"
Jeno tersenyum lalu mengangguk, "tapi aku tidak mau mendengar jika tanganmu itu terluka lagi"

"Iya"
Jeno mengacak rambut Jaemin sebelum keluar dari kamar. Dia harus lebih perhatian lagi pada Jaemin sekarang dan menjauhkan adiknya itu iblis yang masih berada disekitarnya.
"Hyung.."

"Loh? Kenapa belum tidur?"

"Temani..aku.."Jeno yang baru saja menyalakan televisi kembali mematikannya dan menyusul Jaemin yang sudah ke kamar lebih dulu.
"Kenapa? Ada yang mengganggu mu lagi?"

Jaemin mengangguk pelan lalu memiringkan tubuhnya menghadap Jeno yang sudah berbaring juga disebelahnya.
"Tadi..paman Kyuhyun bilang apa padamu?"

"Hanya.. bercerita"sebenarnya Jaemin ingin bercerita pada Jeno seperti yang disarankan oleh Kyuhyun tadi. Hanya saja dirinya merasa takut duluan.
"Kenapa?"

Jaemin menggelengkan kepalanya dan memilih mencoba untuk tidur, tapi niatnya sejak tadi siang itu membuatnya tidak bisa tidur.
"Hyung.."

"Hm?"

"Mereka mengganggu ku saat hari pertama masuk sekolah..saat naik ke kelas delapan. Mereka bilang kalau aku tidak sama dengan mereka.
Maaf karena sering pulang terlambat, aku harus mengerjakan tugas-tugas milik mereka dulu.
Maaf kalau seragam ku sering kotor karena mereka sering menumpahkan makanan sampai mengotori baju ku.
Maaf juga karena hyung harus mengobati luka-luka ku karena tindakan mereka.
Aku berbohong saat mengatakan aku terjatuh karena tersandung, mereka mendorongku dari tangga saat pulang sekolah.
Aku sudah berusaha menghindari mereka tapi jika aku menghindar mereka tidak akan memaafkan ku hari itu. Saat pergi bertemu dengan Taeyong hyung pun mereka terus mengatakan aku cacat, aku bodoh, mereka mengucapkan kata-kata kasar padaku dan terus memukuliku tanpa ampun.
Ada yang mendorong kepalaku hingga membentur tembok juga saat itu, jika hyung beranggapan kalau Ilhoon ikut memukuli ku itu salah.
Dia yang membuat mereka pergi dan tidak jadi membunuhku saat itu.
Maaf baru bisa menceritakannya hari ini hyung.."

Jeno mengusap pipinya kasar lalu menarik Jaemin dan memeluknya erat.
"Maaf..karena hyung baru tau sekarang"

Kyuhyun benar, setelah ia menceritakannya rasa takut pada siswa-siswi yang ia temui mulai berkurang.
Sepertinya malam ini Na Jaemin bisa tidur dengan nyenyak.

[]

Tadinya mau up kemarin, tapi bener-bener ngantuk dan..
Dahlah, yang penting kan update

Run, Na Jaemin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang