Lembar ke 2

1 0 0
                                    


Aku buka semua kado ulang tahunku, huhhh... tidak ada yang isinya boneka. Adanya jepit rambut, baju, dress, kaos kaki lucu, sepatu, casing hp, sampai tiga, ini dari kakak, katanya beli di alibaba yang murah, kenapa sih ulang tahun kali ini yang kasih kado sedikit? Tiara dan Kania aja patungan kasih kado jepit rambut, lucu sih, tapi kan kadonya jadi cuman satu. Yah, tapi Alhamdulillah deh masih ada yang kasih. Eh tapi kok kali ini ayah belum kasih kado deh, adanya kado dress dari mama.

Tok.. tok!

Suara pintu kamar diketuk.

Kreeekkk.

Suara pintu dibuka.

Ayah muncul dari balik pintu, dengan tersenyum lebar dan membawa sebuah kado besar! Wah, aku senang sekali! Ini, ada kado spesial dari ayah! Jangan bilang-bilang mama ya, kata ayah sambil mengedipkan sebelah matanya. Asiiiikkk,sahutku. Setelah memberikan kadonya ke tanganku, ayah menutup pintu.

Wah kado besar, isinya pasti besar kannnn??? Tak sabar aku buka kadonya, kertas kado beterbangan disana sini.

WAAAAHHHH ISINYA BONEKA!!!

Cantik sekali!

Rambut ikal coklat, matanya bulat hitam besar, bibirnya merah merekah, hidung kecil, dress merah muda, tangan dan kakinya bulat-bulat gemas. Ini bukan boneka LOL ya, atau boneka anabel, lebih mirip boneka susan. Wajahnya tersenyum kecil, senyum simpul gitu. Iihhh gemesss... aku sukaaaa...!!

(kalau gak tau boneka susan, berarti kita beda angkatan).

Kupeluk boneka itu, saking gemesnya, aku suka sekali! Sayup-sayup aku mendengar suara di telingaku, suara tawa cekikikan anak kecil. Karena kaget, aku melepaskan pelukanku dan menatap boneka itu. Aku mencari sumber suara, kepalaku kuputar ke seluruh area kamar, lalu mataku ke arah luar jendela. Tidak ada anak kecil bermain di luar rumah. Lalu darimana suara itu berasal?

Seminggu berlalu, suatu hari saat sarapan, kakak tahu-tahu marah kepadaku. Tia, kamu kalau malam suka ngapain sih di kamar? Berisik tahu, kata kakak. Ayah dan mama terheran-heran menatap kakak. Berisik apa sih kak, kan aku kalau malam gak ngapa-ngapain, paling belajar, habis itu tidur. Kebanyakan kalau malam kan aku diruang tv, nonton sama kakak, jawabku. Ih enak saja menuduhku seenaknya, pikirku.

Kakak tuh tiap malam denger suara kamu ketawa-ketawa gitu, kayak lagi hepi gitu. Berisik deh pokoknya, mana kakak kan pengen istirahat juga, kata kakak lagi. Mulutnya tetap ngomel, padahal sedang penuh dengan nasi goreng. Makan dulu, baru ngomong, Ita, kata ayah. Aku manyun, siapa yang berisik, semalam aja aku langsung tidur, enggak ketawa-ketawa.

Boneka HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang