Lembar ke 4

1 0 0
                                    


Aku menghampiri ayah, memegang pundaknya. Ayah, tadi ayah ketok pintu aku gak? Aku terkejut, ketika ayah menengok, wajah itu bukan wajah ayah, tapi ih entah itu wajah siapa, sangat buruk, ada taringnya, mata melotot mengeluarkan darah, taring itu juga menetes darah sampai membanjiri leher. Aku berteriak kencang.

(Ya.. untung aja banjir darah, bukan ingus yes pemirsa).

TIA!

Aku terbangun. Kakak dan mama memegang tanganku. Aku ada diatas tempat tidur! Ayah di ujung kakiku. Mereka semua berwajah cemas.

Kamu kenapa Tia? Ya Allah, ini sampai keringatan begini!

Ayah memberiku minum. Kakak dan mama mengusap-usap kepalaku. Mereka masih memegang tanganku. Kamu kenapa Tia? tanya kakak. Kak, tadi di depan tv... ayah.. tadi.. itu berdarah ... banyak darah... di ruang tv... kataku terbata-bata.

Lalu aku dengar mama ngomong sesuatu ke ayah.

(bukan ngomongin hutang atau tetangga sebelah ya pemirsa).

Ayah, udah deh kayaknya memang harus dibuang itu bonekanya!

Kira-kira seperti itu. Spontan aku melihat boneka hadiah ulang tahunku di meja ssbelah tempat tidurku. Dia masih ada disitu. Dengan senyum yang sama, posisi yang sama, dan tidak terlihat aneh. Kenapa mama tahu-tahu ngomong tentang boneka? Boneka yang mana?

Aku gak terlalu ingat banget malam itu. Tapi dari pagi sampai siang, badanku rasanya capek sekali, seperti capek sehabis lomba lari sprint 400 meter dulu di sekolah. Kakiku sangat terasa pegal dan nyut-nyutan, tanganku terasa kesemutan, pundakku berat dan aku terus-terusan kehausan. Tadi pagi, ayah menggendongku ke kamarnya, biar ayah saja yang tidur di kamarku dan aku tidur dengan mama, katanya. Supaya gampang juga kalau aku teriak-teriak dalam tidur lagi seperti semalam.

Yang aku ingat hanya gedoran pintu, tv menyala, lalu wajah ayah menjadi sangat menyeramkan, penuh dengan darah.

(maaf nih pemirsa, belum ada info, di tv sedang ada film apa saat itu yah).

Mama bilang, malam tadi aku teriak-teriak dalam tidur. Kakak bilang, aku kayak kesurupan. Ayah gak bilang apa-apa sih, hanya geleng-geleng kepala terus dari tadi.

Mama cerita, sejak sebulan lalu, saat mama di rumah sendiri, selalu terdengar suara berisik dari kamarku, seolah banyak sekali anak-anak di kamarku, ada yang berteriak-teriak, nangis, marah, ketawa, seperti layaknya suara anak-anak kecil. Kalau dicek ke kamarku, enggak ada apa-apa, diluar rumah juga jarang ada anak-anak kecil main. Awalnya mama takut, tapi karena sudah terlalu sering, jadi mama biarkan saja. Kata mama, selagi tidak mengganggu, dan hanya suara saja, mama tidak masalah. Masalahnya seminggu terakhir, mama pernah lihat aku berjalan dalam tidur, sudah dua kali kata mama. Padahal aku tidak pernah merasa berjalan dan turun dari kasur.

Boneka HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang