Senja datang bersama hujan, mengikis setiap bait kesenangan berganti rindu tak bertuan.
Senja datang bersama hujan, menenggelamkan riuh tawa orang-orang. Merenggut paksa cahaya keceriaan.
Senja datang bersama hujan telah merenggut waktu, waktuku bersamamu
Waktu dimana menjadi saksi pertemuan kita dahulu dikala senja yang mulai hadir bersama dinginnya rintik hujan.Tak sadar bahwa itu merupakan awal yang sebenarnya akhir.
Pertanda berakhirnya sebuah hubungan, hubungan sebiji jagung yang baru tumbuh.Perlahan kau pun menjadi bayangan yang terus mengikutiku. Menjadi pemilik hati yang semu atas diriku.
Sampai waktu yang mengikis bayangmu sendiri.
Waktulah yang telah menghapusmu dari hatiku, waktu juga yang menghapus rasa ku padamu.Tentangmu, anganku, penantianku untukmu hanyalah menjadi rangkai peristiwa di hidupku sekarang.
Hadirmu sudah terkikis oleh waktu, tak dapat saling merengkuh. Karena rengkuhanku bukan lagi untukmu, dan rengkuhanmu untukku dulu hanyalah semu.
Yang ku katakan bahwa kau tak tergantikan dulu, sekarang hanya tinggal sebuah rangkaian kata yang usang. Karena nyatanya kau pun telah tergantikan.
Hadirmu bukan suatu hal yang aku tunggu sekarang, perasaan yang sangat menginginkan kau balas pun bukan suatu hal penting untukku sekarang.
Sebab, kau bukan lagi fokusku, kau hanya sebingkai warna yang pernah ada karena waktu dan juga memudar seiring berjalannya waktu.
Karena sudah ada warna baru yang menggantikan posisimu, bukan aku tak ingin berjuang. Waktulah yang menyadarkan ku bahwa sebenarnya kau sudah mulai terkikis sejak lama, namun jiwa ku seolah tak terima. Sekarang aku sudah mengikhlaskan kau dikikis oleh waktu dalam kehidupanku.