11 | hasrat

74 25 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


nirmala berjalan menuju pohon teduh yang rindang, sekilas matanya memandang, si adam dengan buku di tangannya.

"hai, belajar apa kamu?" ujarnya sembari meletakkan pantat tepat di sebelahnya. "bahasa inggris, kupikir bahasa inggrisku buruk" jawabnya sembari memamerkan sederet gigi putih miliknya.

"benarkah? sepertinya enggak!" laki-laki yang duduk di sebelah dirinya itu hanya tersesnyum melanjutkan membaca buku tersebut.

"dejun, sepertinya aku mulai hari ini bakal sungguh-sungguh!" dejun menutup bukunya, menatap netra indah milik si hawa, lalu menggengam manis tangannya.

"sungguh-sungguh untuk apa? ini?" lelaki itu mencium tangan kanan nirmala, sontak perempuannya terkejut, "ih! bukan! ingat apa yang kita bicarakan kemarin hari? kamu memintaku menjadi salah satu tenaga medis, dan, baiklah, aku mau mewujudkannya!"



dejun menepukkan tangannya memeluk perempun berambut hitam pekat dengan erat.

"dejun, kamu juga harus! harus nentuin mau jadi apa. kamu... mau jadi apa nanti? tentang profesi tapi" dan dejun bungkam.

kalau bicara soal waktu yang bisa didapatkannya hingga nanti hari, itu adalah sebuah pikiran tak terkira baginya. waktu akan terus berputar, juga nasibnya yang tak terpikir.

"dejun?" tuan muda tersebut hanya tetap diam, mencoba tersenyum semu mengecoh pikran sendu. "menurutmu aku cocok menjadi apa?"



"astaga kamu enggak mikirin itu!?" dejun menggelengkan kepalanya. ragu. pikiran untuk masa yang akan datang sudah ditinggalkan lama pada angan yang jauh di sana.

"kenapa enggak mikirin itu? kamu —kamu enggak lagi mikir kalau mau cepet pergi kan? jelas enggak kan!?" nirmala menumpahkan air matanya.

perempuan itu bukan putri duyung, yang dapat menjadikan air mata menjadi mutiara, namun airnya kalau terlalu lama berderai bisa menjadi lautan sedu.

"dejun, kamu selama ini mikir apa? meninggalkan dunia ini? masih lama dejun! kamu pikir semua bisa berjalan dengan begitu saja? terus apa gunanya kamu hidup kalau mikir seperti itu?"



"nirmala coba tenang... cepat atau lambat, hari itu akan datang, mau enggak mau, kamu harus menerima... aku, juga enggak mau, tapi pasti akan terjadi, iya enggak?"

perempuan bersurai lembut itu masih menitikkan air mata, mencoba paham dan menerima apa yang dikatakan dejun. "tapi aku tetap punya impian kok tenang saja... mungkin sesuatu yang dapat sedikit mencegah para insan untuk menitikkan air mata dunia?"

"maksudmu, kamu mau menelaah dunia hiburan?"

"mungkin iya, mungkin juga enggak"



nirmala memilih menunggu jawaban sembari memandang sinar senja pada barat, menikmati bagaskara yang pergi begitu cepat.

"apa yang menurutmu cocok buatku?"

"musisi? pianis? vokalis? gitaris? kamu bisa semuanya bukan, tinggal pilih mana yang indah" senyuman manis nirmala sitorehkannya begitu saja, mengibrakan rasa di tengah angin berlalu.

"ebit g ade, chrisye, iwan fals. musisi yang sangat bergolora hingga entah kapan waktu, tapi pasti tetap dikenang para insan. kamu, juga bisa pastinya seperti mereka yang mengindahkan nama dunia, walau sementara"









nirmala mencium pipi dejun, membasahi pipi keringnya dengan rasa yang mengalir. saksi bisu coba dihadirkan, pilu membiru telah ditiadakan.

"n-nirmala ..."

"ehem, maaf" ujarnya, lalu mendekap erat sang lelaki, menyinggahkan dagunya pada bahu taruna perkasa miliknya, menyanyikan beberapa lirik lagu kesukaannya,





ijinkanlah aku kenang
sejenak perjalanan

dan biarkan 'ku mengerti
apa yang tersimpan di matamu

elegi esok pagi – ebit g ade.




elegi esok pagi – ebit g ade

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




papaku demen banget dulu kalo naik mobil nyetel lagunya ebit g ade wkwkwk, jadilah seleraku rada kuno ga si? :')

nawala patra, xiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang