DESTINY 29 : Regret

28.1K 1.4K 20
                                    

Happy Reading

Semalam sebelum Darren memejamkan matanya, ia teringat pesan dari Alvin yang terus saja meminta dipertemukan dengan Aurell.

Darren meraih ponselnya di atas nakas untuk membalas pesan dari sahabatnya itu. Ternyata Alvin tidak main-main dengan ucapannya bahkan Alvin sudah tiba di sana sejak malam tadi, menyusul Darren dan Aurell. Selain untuk bertemu Aurell, Alvin juga bermaksud untuk turut serta meninjau lokasi bersama Darren.

Dan pagi ini mereka pun bertemu. Aurell cukup terkejut karena tiba-tiba Alvin hadir diantara mereka. Aurell mencengkeram lengan Darren kuat-kuat.

“Alvin,” gumam Aurell.

Ingatan Aurell kembali pada malam itu, malam dimana Alvin hendak menodainya. Memang sudah lama sekali mereka tidak bertemu setelah kejadian itu. Aurell pikir Alvin tidak akan berani muncul lagi di hadapannya tapi nyatanya mereka malah bertemu di sini dan lagi-lagi karena Darren.

“Uncle Alvin,” seru Gabriel yang langsung berhamburan ke pelukan Alvin. Gabriel sangat mengenal Alvin yang memang merupakan sahabat ayahnya. Alvin juga sering berkunjung ke rumah mereka namun karena insiden malam itu, Alvin tidak pernah lagi datang baik itu untuk bertemu Rita dan Alex ataupun Gabriel.

Alvin dan Gabriel berpelukan dan saling menyapa. Alvin dengan setia mendengarkan Gabriel berceloteh. Gabriel pun menarik lengan Alvin untuk bergabung bersama Darren dan Aurell di gazebo.

Semakin Alvin mendekat, cengkraman Aurell di lengan Darren kian kuat.

Kebetulan sekali Joan, isteri dari Ronald menghampiri mereka untuk memberikan camilan ringan serta minuman hangat untuk mereka. Darren pun menitipkan Gabriel sebentar pada Joan.

Sepeninggal Joan dan Gabriel, Alvin pun menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke sini adalah hanya untuk menemui Aurell. Alvin merasa sangat bersalah setelah kejadian malam itu. Ia ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya pada Aurell atas kesalahannya.

Alvin bersungguh-sungguh dan ia sangat menyesal karena kejadian itu lah Aurell menjadi takut padanya bahkan melihatnya saja seperti melihat hantu.

“Dan itu semua terjadi karena aku. Andai saja aku tak menyetujui permintaan gila sahabatku, mungkin tak akan seperti ini jadinya,” sesal Darren.

“Tidak. Ini bukan salahmu Darren. Ini salahku. Seharusnya aku mendekati Aurell dengan cara yang baik bukan seperti yang aku lakukan malam itu,” bantah Alvin.

“Tapi jika aku tidak setuju, hal itu tidak mungkin terjadi,” Darren berkilah.

“Jika aku tidak menawarkan kerjasama gila padamu kau tidak akan setuju untuk ini. Jadi semua ini salahku,” bantah Alvin lagi.

“Dan jika aku tidak tertarik, ini tidak akan mungkin ter—”

“Cukup!” Aurell geram mendengar kedua pria di hadapannya malah saling memberikan bantahan satu sama lain, “Intinya ini adalah kalian berdua salah!” Aurell menatap Darren dan Alvin bergantian, “Dan jangan kalian ulangi kesalahan kalian lagi, oke?”

Alvin memicingkan matanya, “Itu artinya kau memaafkan ku Aurell?” tanya Alvin penuh harap.

“Asal kau berjanji tak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi di kemudian hari,” jawab Aurell.

Alvin pun mengangguk tanpa ragu. Alvin senang Aurell sudah memaafkannya.

Darren pun merasakan hal yang sama. Ia senang karena Aurell sudi memaafkan kesalahan ia dan sahabatnya. Tanpa sungkan Darren memeluk posesif pinggang Aurell di hadapan Alvin seolah memberitahu Alvin bahwa kini Aurell miliknya.

DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang