kebersamaan keluarga

91 7 0
                                    

Aku berjalan dengan perasaan kesal, menghentak-hentakkan kaki. Tepat didepan pintu kamar, Emak bertanya, "Loh, Nak Juna nya udah pulang Nay?"

"Au ah," jawabku. Emak menggelengkan kepala, "Eling Nay!"

"Ish Emak." aku masuk ke kamar lalu membanting pintu.

"Kunaon budak teh? Kasurupan jin kiprit kitu?"

Kubantingkan bantal, guling dan apa saja yang ada dihadapan. Saat ponsel sudah kuangkat tinggi-tinggi, bersiap dilemparkan. Sayang! Baru lunas. Kubantingkan jiwa dan raga yang rapuh ini ke kasur. Huft! Sabar Nay, dia bukan jodohmu.

Saat makan malam pun aku tetap mengurung diri dikamar. Tiba-tiba si Adam masuk membawa sepiring makanan. Perhatian banget adikku yang usil itu. Ah jadi sayang!

"Dams."

"Lo kenapa gak keluar makan malam bareng?" tanyanya. Lalu duduk disamping ranjang.

"Gue galau nih Dams," jawabku.

"Ya sudah nih makan dulu!" titahnya.

Aku menggeleng, menolak makanan yang disodorkan Adam. "Gak nafsu gue."

"Elah, kalau galau tuh harus makan yang banyak biar gak tepos," ucapnya sambil melirik dua tabung gas milikku.

"Sialan! Mana ada gue tepos. Ini seksi tau," aku bersungut sebal.

"Ya sudah makan!" Ia menyodorkan nasi ke mulutku. Aku terharu!

"Lo tuh harus banyak makan. Biar sehat, banyak tenaga. Orang kawin itu, butuh tenaga ekstra buat nanti malamnya," cerocosnya, sambil terus menyuapiku.

"Apaan?" tanyaku polos.

"Masa lo gak tau sih? Itu ... Bercocok tanam. Bikin anak," jawabnya usil.

Mataku melotot, lalu memberikan serangan bantal bertubi-tubi pada Adam. "Gelo!"

Ia tertawa. "Haha. Tuh si Sheila buktinya."

"Emang enak Dams?" tanyaku penasaran.

"Umur udah tua masih aja polos. Rasain aja sendiri," jawabnya, sambil memasukkan suapan terakhir ke mulutku. Begitu kukunyah, kok gini ya rasanya? Ini lengkuas!

"Adaaaaaaaaaams!" teriakku.

Dia lari terbirit-birit, sambil tertawa puas. Ternyata niat baik lo busuk Dams! Pantas saja tumben-tumbenan dia perhatian, akal punya akal ternyata menyimpan siasat. Awas lo!

Udah mah kesel sama si Bos, ditambah si Adam lagi. Ya Allah kuatkan hamba! Iseng, kubuka aplikasi berwarna hijau. Ternyata ada pesan dari Lusi juga kontak bernama Bos Sayang. Lah ngapain?
'Jaga kesehatan Nay. Sebentar lagi kita akan menikah.'

Nyebelin banget kan. Udah tahu iya kita mau nikah, nikah sama orang yang berbeda. Dia sama perempuan itu, aku sama si Arjuna buaya. Tak kubalas pesan darinya, kadung sebal.

Beralih pada pesan dari Lusi yang isinya mengingatkanku untuk terus berdo'a yang terbaik, semoga dilancarkan sampai pada waktunya. Ah sahabatku itu paling bisa deh bikin aku terharu.

"Siap sayang. Besok nginep disini ya, izin sama suami lo!" kukirim balasan pada Lusi. Tak berselang lama Ia membalas dengan emoticon love, berarti dia setuju.

Lega rasanya, walaupun hati dag dig dug. Semoga saja kenyataan sesuai dengan harapan. Aku pun merebahkan diri, lantas segera menutup mata. Badanku harus tetap fit, karena besok akan sangat sibuk. Meskipun hanya acara akad sederhana, kami harus menjamu keluarga calon suamiku dengan istimewa. Katanya setelah akad dilaksanakan, acara resepsi baru akan ditentukan. Kami menurut saja usul mereka.

Sayup-sayup terdengar suara adzan berkumandang, aku lekas membuka mata. Lantas beranjak pergi, membersihkan diri dan berwudhu. Kuambil mukena dan sajadah yang terlipat rapi, di dalam lemari. Kuhampiri Abah, Emak, Adam, Nita juga Sheila. Ah anak manis itu bahkan telah menungguku di ruang salat. Kami pun salat subuh berjamaah. Setelah selesai, Abah memanjatkan do'a terbaik untuk kami semua.

Tak lupa kuselipkan juga sebait do'a, semoga acara pernikahanku lancar sampai hari yang telah ditentukan. Aku harus belajar ikhlas dan menerima Arjuna sebagai suamiku nanti. Meskipun, hati ini telah terjebak cinta bos imut. Jika memang tidak berjodoh, maka jodohkanlah. Eh! Astagfirullah. Aku harus bisa melupakannya. Semangat Nay!

Kami serempak mengucapkan, "Aamiin!" Lalu kami saling bersalaman.

"Nay, mulai besok kamu bukan tanggung jawab Abah lagi. Tanggung jawab itu akam berpindah ke bahu suamimu. Abah harap kamu bisa menjadi istri dan menantu yang baik," ujar Abah, mengelus lembut kepalaku. Aku mengangguk lantas memeluk Abah.
Terharu!

Emak menimpali, "Betul kata Abah, Nay. Kamu harus senantiasa berbakti pada suamimu. Selama berada dalam kebaikan, kamu wajib menuruti semua perintahnya. Jika suatu saat ada masalah, lalu bertengkar. Jangan sekali-kali menginjakkan kaki keluar rumah, meninggalkannya. Perbanyaklah sabar, kamu harus bisa jadi penyejuk untuk suamimu, Nay."

Kini aku berganti memeluk Emak, malaikat tak bersayapku. "Iya, Mak. Nay akan selalu ingat pesan Emak." tak terasa aku menitikkan air mata. Setelah menjadi seorang istri, aku akan meninggalkan rumah orang tuaku. Sedih!

"Sini peluk gue!" Adam merentangkan tangannya.

"Ogah!" lalu menghambur memeluknya.

"Dams, do'ain gue ya!"

"Selalu, Nay. Semoga lo mendapatkan suami yang baik, macam gue ini."

"Pede amat!" Aku melepas pelukan Adam, bergantian memeluk Nita dan Sheila.

"Eh, calon suami lo ganteng banget. Kaya bos lo," ucap Adam.

"Sumpah lo?" tanyaku antusias, dengan mata berbinar.

Adam mengangguk. "Tapi boong!"

Kupukul badannya berkali-kali, sampai dia meringis minta ampun. Rasain!

"Ampun, Nay! Kalau gue babak belur begini, gak bisa kasih Sheila adik dong."

Kami melepas tawa, begini kalau sudah berkumpul. Suasana ini akan sangat dirindukan, setelah aku menikah nanti. Lalu kami larut dalam suasana haru, setelah Emak dan Abah memberi wejangan-wejangan tentang rumah tangga padaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terjebak Cinta Bos ImutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang