Tentang Salwa dan Mark

61 5 3
                                    

Mulai dari mana ya...

Awalnya temen gue tuh merekomendasikan gue buat baca Sun And Moon kan. Terus pas jaman-jaman nulis Ocean of Wonder tuh gue lagi alim banget, so yang pertama terlintas di benak gue adalah

"Islam kan ngelarang pacaran, tapi gimana dengan jatuh cinta. Gimana ya, kalau ceweknya islamnya islam banget."

Nah, tadinya tuh latarnya mau di Jakarta aja. Biasa aja, cuma ya emang ceweknya beneran islam banget. Tapi kemudian tiba-tiba potongan film dari Hafalan shalat Delisa terlintas di benak gue. Dari situ, gue memutuskan buat ambil Aceh.

Dari awal nulis, gue sama sekali gak berharap apa-apa. Malah kalau boleh jujur, gue merasa banget kalau Ocean Of Wonders dibanding karya yang lain, ini tuh paling ancur. Soalnya alurnya ga jelas gitu, gue nulis ya nulis aja tanpa rencana apapun. Alur cuma gue gambarin secara kasar di otak, ga gue tulis.

Juga, dari awal gue nulis gue memang tidak berniat menyatukan mereka. Karena mau gimana pun juga Salwa dan Mark emang gak ditakdirkan bersatu. Bukan cuma beda agama, mereka juga beda bahasa, beda warganegara, mereka beda segalanya. Anjay kaya lagu.

Kalau seandainya gue bikin part II dengan Salwa "memperjuangkan" Mark, alias Salwa ke korea, ambil S2 disana, ya tetep aja gak bakal ketemu in person sama Mark. Kamera dimana-mana, Mark busy with his life, dia sama Salwa gak ada setahun, ya secara logika, Mark bisa aja lupain Salwa.

Maksudnya kalaupun Mark beneran secinta itu sama Salwa, dia bakal tetep berusaha melupakan Salwa. Karena ya abis balik dari Aceh dia diserang cb, dia pelan-pelan pasti lupa Salwa. Sure, kalau lagi sendiri dia bisa inget Salwa, tapi mungkin dia cuma bakal senyum terus cerita ke langit kaya yang Salwa anjurkan. So does Salwa.

Salwa masih menempuh pendidikannya di Jakarta, dia sekarang jadi bagian dari kita. Bias dia, awalnya Mark, tapi jadi oleng ke Taeil. Suaranya, Masya Allah katanya. kalau ditanya Salwa masih suka sama Mark atau engga, Salwa bakal bilang dia selalu suka Mark. Tapi kalau yang ditanya Salwa melihat Mark sebagai idola atau lelaki yang pernah mengukir kisah sama dia, Salwa jawabnya gak tau.

Bukan karena bingung, cuma dia lagi gak memikirkan itu aja. Selain karena jadi NCTzen itu banyak banget dramanya, tugas Salwa juga selalu ribet plus banyaknya gak kira-kira. Jadi ya, Salwa gak sempat memikirkan dia melihat Mark sebagai apa, yang jelas sih bukan sebagai semangka.

Surat-surat dari Mark masih tersimpan rapih. Mngkin suatu saat nanti kalau semesta mengizinkan, Salwa mau mengajak Mark bernostalgia tanpa membangkitkan rasa lama. Cukup, "dulu kita pernah begini Mark, dan aku bahagia."

Kalau ada yang tanya Diva kemana, Diva masuk kampus gajah yang ada di jogja alias yujiem alias UGM. Dia juga sibuk sama studinya. Kalau mau balik ke Aceh, ya masih bareng Salwa, soalnya dia dikasih amanah sama Papanya.

Jadi, kisah Salwa dan Mark selesai. Gak ada sequel, dan tetap Salwa dan Mark gak bisa bersatu. Karena yang mau aku tunjukin disini bukan sekedar perbedaan agama terus jatuh cinta. Tapi lebih dari itu. Beda lingkungan, cara pandang, budaya, pola pikir, keluarga, bahasa dan masih banyak lagi. Ya yang paling jelas, mereka beda takdir. Jadi ya mau aku bikin sampai lima buku juga mereka gak bakal bersatu, karena jodoh Mark bukan Salwa, begitu juga sebaliknya.

00:00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang