KEBIASAAN 1 : JADILAH PROAKTIF

241 9 1
                                    

Ini adalah pemahaman aku dari apa yang aku baca di buku karya Steven Covey dengan judul 7 HABBITS OF HIGHLY EFFECTIVE PEOPLE.

Okay, lets start.

• jangan menyalahkan kondisi atau situasi

Kata Steven, cara kita memandang masalah adalah masalah itu sendiri. Kalau seandainya nih lo lagi ketimpa masalah. Pernah gak sih lo nyalahin situasi atau kondisi secara gak sadar?  Atau bahkan lo nyalahin orang lain yang secara gak langsung terlibat dalam masalah lo?

Gue sering, sumpah.

Ceritanya waktu itu gue, adik gue, sama ibu mau makan. Terus waktu itu ibu gue mau ke toilet, dia bilang pesen ayam ke adik gue, which is gue gak denger. Pas mesen ke tukang ayam, gue nanya adik gue "tadi ibu mesen apa?" Dia bilang gak mesen apa-apa so i'm like oh yaudah. Terus pas ibu gue dateng dia nanya dia dipesenin apa, gue bilang kata adek ibu gak mesen. Terus adek gue ngomel engg, sebenernya bukan ngomel lebih ke ngomong dengan nada tinggi. "Ya ibu mesennya ayam doang, aku gak tau ayam apa."

Then my mom was mad. Dia ninggalin kita di tempat ayam dan ngasih uang cuma 50k. Which is idk itu cukup apa enggak, gue panik dong. Bete, kesel. Terus di dalam benak tuh gue ngedumel kaya

"Dia sih ngebentak elah!"
"Baperan banget sih cuma digituin doang"
"Coba aja tadi gue pesenin aja ibu"

Dan segala dan segala. Jelas pemikiran kaya gini salah, kalau di pikir pikir nih, apa untungnya nyalahin orang gitu, nyalahin kondisi. Padahal saat itu ada dua pilihan di depan gue, kejar ibu atau makan dengan irit irit yaa batalin beberapa pesanan misalnya. Tapi gue malah ngedumel nyalahin situasi, kondisi, dan bahkan orang-orang yang terlibat. Dengan kaya gini, masalah bakal lebih ribet. Gue sama ibu masih marahan, pesanan juga melampaui batas.

• "Saya memilih..." Bukan "Saya harus...."

Once upon a time, ada seorang siswa yang akan mengikuti lomba di hari dimana ujian matematika dilaksanakan. Dia pun meminta izin kepada gurunya.

"Pak, saya izin tidak mengikuti ujian karena saya harus mengikuti lomba."

Begitu katanya.

Menurut Steven, hal ini jelas salah. Sang siswa tidak harus mengikuti lomba melainkan dia memilih mengikuti lomba. Sebab saat itu dia dihadapkan dua pilihan, masing-masing pilihan mempunyai konsekuensi sendiri.

Kalau dia mengikuti lomba, artinya dia tidak akan mengikuti ujian. Dia harus mengikuti ujian susulan di lain waktu, masalahnya ujian susulan ini terkadang suka dinanti-nanti, susah mencari waktu dengan guru, dan kendala yang lain.

Kalau dia mengikuti ujian, artinya dia tidak mengikuti lomba. Padahal, kalau memenangkan lomba ini, prestasinya cukup bisa dibanggakan. Dia bisa saja masuk universitas lewat jalur prestasi karena memenangkan lomba ini. Semua pilihan tergantung padanya.

Dia tidak harus mengikuti lomba atau harus mengikuti ujian. Dia memilih mengikuti lomba atau mengikuti ujian.

• Ubah paradigma "luar ke dalam" menjadi "dalam ke luar"

Pertama-tama gue jelasin dulu apa itu paradigma. Menurut Wikipedia,
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku. Sampai sini paham?

Dari kata "mempengaruhi cara berpikir" ini bakal balik lagi ke poin pertama, cara lo ngeliat masalah adalah masalah itu sendiri. Sebenernya gini sih, kita gak bisa mengendalikan kejadian-kejadian yang akan terjadi ke kita, tapi kita bisa mengendalikan respon kita terhadap kejadian itu.

Kaya gini misalnya, ada sebuah kelompok A yang isi anaknya gak bisa serius semua. Salah satu anak di kelompok A ini namanya C, nah si C ini sebel gara-gara dapet  kelompok yang isinya anak yang gak bisa serius. Suatu hari, mereka memutuskan untuk kerja kelompok di cafe D. Sampai di cafe, mereka semua gak kerja sama sekali. Mereka main-main. Si C akhirnya kesel dan mikir

"Ah kelompok gua juga gak kerja, ngapain banget gua ikutan kerja juga. Lagian sih kelompoknya di acak. Kalo gak di acak bilangnya pilih pilih temen lah, gak solid lah, makanya kalo mau dapet kelompok tuh kerja jangan cuma numpang nama. Kalo tiap kerja kelompok kelakuan mereka kaya gini gimana bisa jadi ini kerjaan. Coba aja gue di kelompok E, pasti udah kelar ini tugas dari kemaren."

Dan akhirnya, tugas mereka gak selesai, karena si C sibuk ngedumel dan ngambek. Padahal si C ini bisa gerakin temen-temennya buat kerja, mungkin emang gak gampang, tapi seenggaknya kalau dia kerja, dan dia gerakin temen-temennya buat kerja, tugas kelompok mungkin akan terselesaikan, atau seenggaknya setengah dari tugas selesai. Setelah itu, yang gak bener-bener kerja bisa diaduin ke guru.

Dengan lo ngeliat diri lo dulu sebelum liat kesalahan orang lain, memungkinan terjadinya respon positif di antara mereka. Bahkan kalau misalnya si C gak gerakin temen-temennya, dan dia kerja sendiri, mungkin pas temennya yang lain liat, dia bakal tergerak sendiri, terus dia bilangin temen-temennya "Eh kerja, kerja."

Ya kan? Ya kan?

lo koar-koar soal narkoba sedangkan lo masih ngerokok. Inget, rokok itu awal narkoba.

00:00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang