36

2.9K 136 2
                                    

Adinda berjalan di kolidor rumah sakit seorang diri. Ia sudah putuskan semuanya, adinda harap ini keputusan yang terbaik.

Adinda membuka pintu dan melihat rafka yang sedang duduk di brankan. "Assalamualaikum mas. Maaf dinda telat"adinda mendekati rafka dan membantu rafka menaiki kursi roda.

"Kamu mau mengurusku? Tanya rafka.

Adinda tersenyum kecut. "Aku istri mu, sudah kewajibkan ku untuk mengurusmu. "Jawab adinda.

Rafka tersenyum.

"Terimakasih ya allah. Kau sudah memberiku istri sebaik adinda. "Batin rafka.

Ya adinda memutuskan untuk bertahan.tapi bukan berati adinda menerima pengkhianatan rafka dan bukan berati  adinda memaafkan rafka.

Adinda mendorong kursi roda yang di naiki rafka, karena hari ini adinda akan membawa rafka pulang ke bandung. Ternyata delvia dan andra menyusul adinda.

"Sayang, kamu benaran mau pulang ke bandung? Ga mau di jakarta, biar bunda bantu kamu mengurus rafka"ucap delvia.

Adinda menggeleng pelan.

"Tidak! Bunda. Aku harus pulang, aku juga harus kuliah. "Jawab adinda.

"Yasudah bunda carikan asisten buat bantu kamu"tawar delvia.

"Gak usah bunda! Dinda ga mau ada asisten. Biar dinda urus mas rafka! Dinda masih mampu kok. "Tolak adinda.

"Oke. Kalau itu mau kamu. Tapi bunda ga mau ya, kamu kelelahan karena sibuk urus rafka sama urusan kuliah"ucap delvia. Rafka mendengar nya merasa sangat bersalah. Dia benar benar memberi beban untuk adinda.

-dalam perjalanan-

"Maafkan perkataan bunda"ucap adinda memalingkan wajah.

"Bunda memang benar. Aku merepotkanmu, aku memberiku beban"balas rafka.
Adinda langsung menoleh ke arah rafka. "Itu kata bunda. Tapi bagiku kamu tidak merepotkan, kamu tidak memberi beban. Sudah kewajibanku yang harus mengurusmu. Jangan dengarkan ucapan orang!

Rafka mengambil tangan adinda dan mencium nya. "Terimakasih din."adinda langsung mengambil tangan nya dan menatap jalanan.

"Ada yang aneh dari dia? Apa yang membuat nya dinda seperti ini? Tanya rafka dalam hati.

🌾🌾🌾

Di pagi yang cerah ini adinda sudah terbangun lebih awal. Ia juga sudah membuat bubur jug sayur untuk rafka.

"Mas kita ke teras yuk. Kamu harus berjemur"ucap adinda.

Adinda mendekati rafka dan memindahkan rafka dari kasur ke kursi roda.

Adinda mendorong kursi roda yang di naiki rafka dan membawanya ke teras rumah.

"Kamu sarapan dulu. Aku akan membawa obat mu dulu. Rafka mengangguk.

Drutt drutt drutt

Agnia

Aku sudah di pengadilan dan kamu tunggu surat gugatan kita!

Aku mohon nia. Aku tidak mau cerai.

Barusaja adinda mau menelfon agnia. Adinda sudah kembali. Adinda menatap rafka tak suka. "Siapa? Tanya adinda.

"Akbar"dusta rafka.

"Ck. Kamu membohongiku lagi"batin adinda.
"Akbar atau agnia? Tanya adinda.

"Aku dan agnia sudah tidak ada hubungan apa apa din"jawab rafka.

Adinda menatap rafka serius. "Kamu tidak berbohong? Tanya adinda dan rafka menggeleng. "Kamu tau hal yang palingg AKU BENCI? tanya adinda menekankan kata aku benci. "Kebohongan"jawab rafka menunduk.

Surga yang Di RindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang