Chapter 7

117 20 5
                                    

Tanaya

Saat ini aku berada di dalam mobil Gemma bersama sang pemilik yang sibuk memperhatikan lalu lintas yang sangat padat di pukul 5 sore ini.

"Siapa sih, Ay, yang minta ketemu jam segini?" gerutu Gemma.

Aku mendengus kesal mengingat panggilan yang ku dapat tadi siang. Ya, ketika aku sedang powerless untuk ngapa-ngapain, panggilan Melly sukses merusak suasana. Melly bilang aku harus segera bertemu staff baru Mr. Gerry untuk menggantikan tanda tangan Mr. Gerry pada laporan kegiatan yang tengah aku kerjakan.

"Staff baru Mr. Gerry yang minta. Kata Melly kalau nunggu Mr. Gerry pulang, keburu kemahasiswaan nagih LPJ."

"Mr. Gerry kemana deh?"

"Malaysia, international relation stuff gitu deh."

"Dosen bahasa kalo ke luar negeri udah kayak berangkat beli gorengan ya," celutuk Gemma.

"Ini tuh urusan IRO* ih, bukan urusan prodi."

"Ya sama aja sih, Ay. Di bagian IRO tuh penghuninya orang bahasa semua di kampus kita," jawab Gemma.

"Ih, Mas Yoga engga," kesalku.

"Tau lah, Ay. Naik darah aku ngomong sama kamu pas lagi tanggal merah gini," sahut Gemma kemudian kami terdiam sampai mobil Gemma terparkir rapi di Parkiran Kampus.

"Aku tunggu di Kantin Teknik ya, Ay. Mau jajan cireng," ucap Gemma ketika kami tiba di depan lift.

"Yah, tadinya aku pikir kamu ikut," sahutku sedikit kecewa. Suasana hatiku memang aneh ketika sedang haid begini.

"Ya kali atuh, Ay. Aku dulu kan ketua  -"

Belum sempat Gemma menyelesaikan kalimatnya sampai titik, aku sudah bisa menebak maksudnya. "Iya tauu. Semua orang tau kalo kamu anak Teknik paling oke se-kampus."

"Ih, marah. Jangan marah kenapa, Ay. Ntar aku bungkusin cireng 2 deh."

"Dih, murah banget masa seharga cireng 2, aku mau 5."

Gemma tersenyum lebar. A little bit creepy. "Great, I'll see you, girl. Text me if you done with your thing," kata Gemma kemudian melenggang pergi dengan riangnya. Ckck padahal mau ketemu cireng doang.

Aku masuk ke dalam lift yang terbuka dan menekan angka 7 menuju ruangan IRO. Saat tiba di depan pintu kaca IRO yang gordennya terbuka setengah, aku dapat melihat seseorang tengah menyantap sesuatu di meja kerja yang berada di tengah tengah meja Mr. Gerry dan Mas Yoga. Meja Mas Yoga kosong, mungkin udah pulang.

Kuketuk perlahan pintu kaca ini dan mendorong pintu dengan sebelah tangan yang tidak menenteng setumpuk kertas untuk LPJ.

"Permisi," ucapku ketika pintu ini terbuka.

Mendengar suara yang berasal dari pintu, satu-satunya penghuni ruangan ini pun menoleh tepat ke arahku.

"Loh Tanaya?"

Wow. Dunia sempit ya. Dari sekian juta jiwa di bumi ini, kenapa aku bertemu si mantan Chanel no. 19 ini disini.

"Please, come in," ucap laki-laki ini setelah menghentikan aktifitas makannya.

"I'm sorry for disturbing, sir," ucapku sedikit kaku sambil melangkah masuk ke dalam ruangan dengan canggung.

"I didn't know I'll meet you here. Kamu kuliah di sini toh."

"Iya, sir," jawabku sekenanya. Ada perasaan canggung yang mendominasi setiap tarikan napasku. "Ada laporan kegiatan yang harus ditanda-tangani Mr. Gerry, sir, dan beliau bilang digantikan staff baru beliau."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Icing on the Cake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang