Jumat, hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang karena pertanda akhir pekan telah datang. Apalagi di sekolah Jennie akan pulang lebih awal jika hari Jumat, pukul 11.00 AM. Tetapi para murid biasanya menghabiskan waktu mereka untuk nongkrong bersama teman-teman di kantin, lapangan, ataupun taman belakang sekolah. Ada juga yang masih sibuk dengan urusan organisasi atau klub sekolah dan ada yang memanfaatkan waktu untuk membaca di perpustakaan, seperti Jisoo.
Seperti biasa Jisoo selalu pergi ke perpustakaan untuk membaca di sana atau sekedar melukis. Perpustakaan sekolah mereka bikin betah, berdiri gedung sendiri yang bangunannya didesain seperti kastil-kastil di Inggris. Di lantai pertama dan kedua pun penuh dengan buku-buku mulai dari nonfiksi hingga fiksi yang ditulis oleh penulis-penulis ternama dunia, banyak juga buku-buku sastrawan Indonesia yang membuat kita nggak berhenti berdecak kagum jika membaca buku itu. Ruangannya juga dingin, wangi buku-buku lama menyeruak, dan yang paling bikin betah adalah penjaga perpusnya itu loh turunan bidadari kayangan ---Irene, Tzuyu, Mina--- bagaimana tidak betah? Jennie saja betah, eh tapi bukan karena penjaganya, karena dia menemani Jisoo.
Sedari tadi Jennie hanya duduk di seberang Jisoo sambil menopang dagunya memandangi wajah Jisoo yang tidak akan pernah membosankan. Aktivitas sepele memang, tapi Jennie nggak akan bisa puas mandangin Jisoo jika sudah ada pawangnya datang. Jennie yang meminta sendiri jika dia yang akan selalu menemani Jisoo ke perpustakaan di hari Jumat, alasannya karena mereka sudah jarang menghabiskan waktu berdua.
Buku yang Jennie ambil tadi pun hanya tergeletak di meja, sama sekali nggak dia sentuh cuman buat alibi aja biar nggak diusir sama Irene kalau nggak baca. Mana judulnya "Reproduksi Mamalia Chapter IV" kan Jennie nggak minat.
"Kamu ngantuk ya, Jen?" Jisoo menyadari Jennie yang dari tadi hanya memandanginya sambil sesekali senyum-senyum sendiri, dia pikir Jennie mulai mengantuk.
"Enggak, aku cuman menikmati karya Tuhan."
"Hm?" Jisoo nggak paham, dia mengernyitkan dahinya bingung.
"Kamu kan karya Tuhan terindah, campur tangan orangtua kamu juga sih," jelas Jennie sambil senyum manis banget saking manisnya Jisoo jadi pingin cium.
"Aku pingin tahu orang tuamu cara bikin kamu tuh gimana ya? Kok bisa yang lahir bidadari surga?"
Jisoo ngakak banget dengar gombalan Jennie, membuat Jennie ikut tertawa melihat wajah bahagia Jisoo yang sangat menggemaskan itu. Dia tanpa sadar mengelus puncak kepala Jisoo lembut. Jisoo perlahan berhenti tertawa digantikan dengan seulas senyum yang dia tampilkan menikmati sentuhan Jennie di puncak kepalanya itu sangat menenangkan.
"Tolong jangan pacaran ya di perpustakaan." Titah Irene yang sekarang memperhatikan mereka berdua sambil mencatat buku-buku yang baru datang.
Jennie mencibir, dia menurunkan tangannya dan pura-pura membaca buku reproduksinya itu. Sedangkan Jisoo jadi salah tingkah dan melanjutkan bacaannya.
"Pacaran ya?"
Hari ini rasanya jackpot bagi Jennie. Jinyoung tidak bisa mengantar Jisoo pulang karena dia harus mengantar mamanya ke salon jadi Jennie yang akan menggantikan perannya sebagai ojek pribadi Jisoo. Jennie dengan senang hati menggandeng tangan Jisoo ke parkiran. Dia juga memakaikan Jisoo helm dan memberikan jaketnya ke Jisoo.
"Beneran nggak apa-apa Jen? Nanti kamu panas loh."
"Aku udah biasa, Chu. Udah ayo naik," jawab Jennie.
"Jen, sekalian mampir ke supermarket ya. Kita kan harus beli bahan makanan buat barbeque party besok."
"Siap ibu negara! Berangkat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Turtledove ; jensoo
FanfictionStory about two beloved mates, Jennie Kim and Jisoo Kim. "Saat aku terpanah oleh senyumnya, aku sadar aku telah jatuh dalam pesonanya." ーJisoo Kim. ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ ▷jensoo local pride ver. ▷Bahasa semi baku ©pinkeumandu, 2020