Bagian 1

3 0 0
                                        

Setiap hari, aku hanya berada di depan monitor, melihat banyak sekali program yang harus aku kerjakan. Realita di zaman sekarang, bahwa kita hidup untuk uang. Tuhan? Apa itu semacam mata uang? Atau mungkin sesuatu yang lebih berharga dari emas? Mungkin seperti itulah pemikiran orang-orang di zaman ini, karena harta dapat berada di atas segalanya, bahkan di atas yang Maha Tinggi.

Ya, hari ini aku masih bekerja seperti biasa. Bekerja dari jam 8 sampai jam 5 sore. Seperti itulah kesehariaku, memang sangat membosankan jika dibanding dengan para petinggi yang dapat tidur dengan pulas setelah bekerja dan mendapat gaji dua kali lipat bahkan sampai 5 kali lipat dari upahku yang bekerja sampai tidak tidur selama 3 hari. Memang sialan, para keparat itu. Ah sial, aku berkata kasar lagi kepada diriku sendiri.

"hari ini apa kau mau minum?"

"hari ini ya? Sepertinya boleh, apa ditempat biasa?"

"ya"

"baiklah, aku akan berusaha untuk tidak lembur hari ini." ujarku dengan tertawa pelan

Kami sama-sama berkerja di perusahaan yang tidak mengenal belas kasihan kepada para karyawannya, jika ada yang tidak membereskan tugas untuk hari ini, esoknya akan menjadi sebuah bencana. Karena tugas akan terus menumpuk, dan terus bertambah.

Suasana kantor saat pukul 5 sore, terasa sangat sepi karena pegawai yang semakin berkurang dan hanya tersisa 5 orang pegawai di ruang kantor. Cahaya matahari sore yang masuk melewati jendela kantor membuat siluet di badan para pegawai yang masih bekerja di kantor.

"apa kau sudah beres?"

"tinggal sedikit lagi." Ujarku

"oke."

Setelah beberapa saat, aku pun menyelesaikan pekerjaan dan menyimpan hasil projek hari ini, dan mematikan komputer milikku. Kami pun beranjak dari kursi, dan berjalan keluar kantor menuju ke bar tempat kami akan minum. Di sepanjang jalan kami hanya berbicara obrolan santai dan ya, obrolan membosankan biasanya yang sering diobrolkan oleh orang dewasa.

Sesampainya di bar, kami langsung memesan minuman yang cukup kuat. Agar dapat melepas stress setelah mengerjakan projek yang sampai membuat kantung mata kami menjadi seperti mata panda. Ya, seperti inilah orang dewasa, sudah saatnya kalian tahu kenyataannya.

"projek yang kita kerjakan hari ini, cukup membuat otak kita terkuras, ya?"

"ya, seperti itulah." Ujarku sambil meneguk segelas minuman yang tadi kami pesan. Aku lihat rekan kerjaku meneguk minumannya juga. Minuman yang kami pesan berbeda, ia memesan minuman dengan kadar alkohol yang lebih rendah daripada yang aku pesan. Setelah meletakkan gelasnya di meja, ia sedikit menarik nafas,

"apa kita akan seperti ini terus? Bekerja tanpa pernah merasakan hal lain selain bekerja dan mendapat upah?"

"sadarlah, memang ini realitanya."

"jika saja dulu saat masih SMA, aku belajar lebih giat. Mungkin aku, tidak akan pernah berakhir seperti saat ini, yang hanya menjadi semut pekerja yang bekerja dan bekerja tanpa henti hanya untuk mememuhi keinginan sang ratu."

"lucu sekali perumpaan yang kau buat. Tapi itu tepat sekali seperti keadaan kita sekarang. Tapi kita harus bersikap profesional sebagai orang dewasa, karena inilah realita kehidupan."

"ya, aku tahu itu. tapi..." dia meneguk kembali minumannya, dan dia melanjutkan bicaranya,

"apa kau tidak pernah membayangkan, bagaimana jika kita bisa kembali ke masa lalu dan memperbaiki kesalahan yang pernah kita buat, ataupun memperbaiki penyesalan kita di masa lalu?"

Kami berdua terdiam. Aku mencerna dan memikirkan maksud dari perkataan yang dilontarkan rekan kerjaku ini, aku melirik ke arahnya dan melihat wajahnya sudah mulai memerah,

Semua bukan SalahmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang