Renjun yakin tugasnya tidak akan pernah selesai kalau yang ia lakukan adalah duduk merenung dan menulis keluhan di twitter seperti anak-anak lain, jadi ketika ia merasa tugasnya sudah sangat menumpuk, Renjun mengukuhkan niat untuk berhijrah ke perpustakaan kampus dan mendekam disana sampai setidaknya dua per sepuluh tugasnya selesai. Beruntungnya ia berhasil lebih dari sekedar niat dan duduk di perpustakaan sambil mengerutkan dahi, otaknya kadang memang sesulit itu diajak bekerjasama.
"Ya Tuhan, ini apa!?"
Reaksi Renjun akan selalu begitu ketika mendapati teori yang tak pernah ia dengar semasa kelas. Uh, seingatnya ia selalu memperhatikan, jadi bagaimana bisa Renjun tidak ingat sama sekali dengan materinya.
Seseorang menepuk pundaknya pelan,"Hey, kau oke?"
Suaranya cukup lirih karena mereka (lebih tepatnya Renjun) tengah jadi pelototan orang-orang, lagian disini perpustakaan dan Renjun baru saja menyuarakan isi hatinya setengah berteriak.
Ini lagi! Kenapa tiba-tiba ada pemuda tampan khawatir dengan Renjun yang sedang frustasi!?
"Ya—sebenarnya tidak juga, aku bisa saja gila jika tugas ini tidak selesai."
Pemuda itu kemudian duduk di sebelahnya, meneliti isi buku Renjun dan kertas soal yang tengah Renjun runtuki keberadaannya,"Sepertinya kita mengikuti mata kuliah yang sama, jadi aku bisa sedikit membantu."
"Benarkah?"
Renjun benar-benar berharap pemuda tak dikenal—yang sayangnya sangat tampan ini—akan jadi salah seorang penolongnya, saking berharapnya sampai ia sendiri tak sadar sudah menatap pemuda itu dengan mata berkaca-kaca.
Kekehan pelan menjadi jawaban Renjun. Pemuda itu kemudian menyodorkan tangan kanannya, mengajak Renjun bersalaman,"Aku Mark Lee. Kau?"
"Renjun! Huang Renjun."
"Jadi mau mulai dari mana?"
———
Renjun rajin belajar, tapi bukan berarti ia seseorang yang jenius, ada kalanya ia sama seperti mahasiswa yang lain; tidak mengerti apa-apa dan memilih acuh, namun kehadiran tiba-tiba seorang Mark sudah lebih dari cukup. Mark Lee seperti menjadi harapan baru dimata seorang Huang Renjun yang kadang tololnya tidak ketulungan seperti melupakan detail kecil dari kalimat dosennya yang ternyata menjadi kunci dari kefrustasiannya.
"Dosen satu ini memang begitu, ia akan memberikan suatu paling mendasar dan tidak ada hubungannya, jadi kita harus mencari, tapi materi yang dibawakan tidak serumit saat kelas berlangsung. Kau pasti sering bingung di kelas karena kadang beliau berbicara tanpa alur yang jelas."
Renjun memandang takjub bagaimana Mark dapat mengerti sumber dari keluhannya, sudah pasti kalau Mark memang ada dibawah bimbingan dosen yang sama.
"Benar sekali!"
Jawaban antusias dari Renjun kembali membawa kekehan pelan Mark ke permukaan.
Waktu yang seharusnya terasa panjang dan menyebalkan seolah terobati dengan kehadiran makhluk tampan yang sialnya pintar ini. Uh, makan apa Renjun sampai seberuntung ini dan dipertemukan dengan manusia paket lengkap begini!?
"Hei, Renjun."
Ia tahu Mark memanggilnya hanya untuk mengalihkan perhatiannya dari menyelesaikan tugas.
"Apa?" Dijawabnya panggilan Mark tanpa mengalihkan mata dari kertas dan pulpen.
"Kalau kau mau, kita bisa bertemu lagi untuk menyelesaikan tugas yang lain."
Renjun reflek mengangkat kepalanya, kembali melayangkan tatapan penuh harap seolah Mark menawarkan surga secara cuma-cuma padanya,"A-apa kau yakin?"
![](https://img.wattpad.com/cover/241343950-288-k396609.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
sky station; markren
Fanfic[completed] Mark lee telah meninggal dunia tepat sejam yang lalu, rentang waktu yang cukup untuk membawanya ke lapisan langit pertama dan berhenti di sebuah stasiun kereta uap yang akan membawanya ke lapisan langit selanjutnya. Sayangnya, hingga sek...