extra part; senyum di atas kertas

611 122 49
                                    

Entah sejak kapan Renjun selalu menyertakan nama Mark Lee bahkan setelah pemuda itu tak pernah terlihat lagi. Ia selalu memikirkan maksud permintaan maaf dan air matanya, kemudian berakhir tidak tidur semalaman. Tidak banyak yang menyadari lesunya Huang Renjun, kecuali Kim Hyunjin, salah satu gadis yang dijauhi karena sifatnya yang pendiam dan rumor tentang kemampuannya melihat hantu.

Gadis itu menghampiri Renjun tepat saat kelas mereka berakhir, meminta Renjun untuk diajak bicara ditempat yang lebih private, hingga keduanya berakhir di apartemen kecil Renjun.

Renjun tidak berpikir apa-apa, Hyunjin juga bukan gadis yang harus dicurigai. Pada dasarnya ia anak baik yang dijauhi dengan alasan tidak masuk akal.

"Maaf, aku hanya ada air putih."

"Tidak perlu repot-repot, Renjun."

Mata gadis itu kemudian meneliti sekeliling apartemen Renjun.

"Apa? Aku diikuti arwah jahat?"

Hyunjin tersenyum tipis, sebelum menggeleng dan meneguk air putih dari gelas yang dihudangkan Renjun,"Kau percaya gosip?"

Yang ditanya menggaruk tengkuk, sungkan atas perlakuannya yang mungkin terlampau kasar di mata sang lawan bicara.

"Pada dasarnya, aku tidak bisa melihat hantu, aku hanya melihat warna aura di sekitar."

Uh, Renjun takjub sekali. Ini kali pertama ia mendengar Hyunjin berbicara cukup lantang dan panjang,"Jadi kau tidak bisa melihat mereka?"

Gelengan Hyunjin cukup menjawabnya jelas.

"Kau... sedang sedih, ya?"

Renjun kemudian termenung sesaat, tak kuasa memikirkan jawaban apa yang layak untuk ia utarakan pada Hyunjin. Bola mata sang gadis yang bulat itu penuh rasa penasaran, seolah menuntut Renjun mengaku jujur.

"Mungkin..., entah aku juga bingung."

"Renjun, ayo uraikan kesedihanmu dan mencoba mencari jalan keluarnya. "

"Baiklah."

Hyunjin mengeluarkan satu lembar kertas dari dalam tas dan menyerahkannya pada Renjun,"Coba tulis hal-hal yang ada dipikiranmu. Biarkan mengalir, jangan pikirkan apa-apa."

Renjun menurut, ia menerima uluran pena dari Hyunjin dan mulai menuliskan poin-poin pikirannya. Menulis sambil tidak berpikir adalah suatu yang mudah, namun dalam lima menit terakhir ia bisa melihat setengah halaman penuh dengan pikiran ruwetnya.

Tulisan itu dibaca Hyunjin dalam diam, si gadis sempat kebingungan sebelum akhirnya menunjuk satu kata di tengah-tengah baris tulisan tangan Renjun.

"Mark(?), maksudmu tanda apa?"

Yang ditanya kali ini diam, seingatnya ia tidak menulis nama Mark, namun mengapa sekarang nama itu ada disana?

"Eum, itu nama orang."

Hyunjin mengangguk mengerti,"Kau merindukannya?"

"Aku tidak yakin, kami tidak pernah bertemu."

"Kau ingin menemuinya?"

"Ya. Ada yang ingin aku tanyakan padanya."

"Jika aku bilang aku kenal satu 'Mark', apa menurutmu itu orang yang sama?"

"Selama dia memiliki tahi lalat dipipi kiri, delapan puluh persen kita membicarakan orang yang sama."

———

Renjun sadar, keputusannya untuk datang dan berdiri di depan gerbang rumah mewah ini terhitung terlalu terburu-buru, yang ia pikirkan adalah segera datang dan bertemu orang yang tiba-tiba menghilang. Ia penasaran setengah mati dengan Mark. Hyunjin memang tidak memiliki foto Mark, tapi ciri-ciri yang ia berikan cukup mirip.

sky station; markrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang