"Kita bisa berhenti dihubungan ini Jae"
Jaehyun menatap Jihyo dalam-dalam. Mulutnya masih tak bisa berkata apa-apa
Kemudian, perempuan itu berucap "Ya, walaupun gue tau. Dari awal kita cuma sebatas teman"
Jaehyun mengejapkan matanya. Gadis didepannya terlihat tenang saat mengatakan sesuatu yang begitu menyakitkan.
Bisa-bisanya Jihyo dengan tenang berkata demikian, hati Jaehyun mencelos begitu saja.
"Kenapa?"
Jihyo kembali menatap Jaehyun. Mata bulatnya cukup berair dibagian pelupuknya. Air mata? Mungkin.
Ia tersenyum. "Kenapa harus ditanya?"
"Hyo—" Jaehyun meraih tangan Jihyo.
"Tante Hye Kyo sama Ayah yang salah. Kenapa harus lo yang mundur? Kenapa harus lo yang ngalah?"
"Lo berharap mereka mundur? Lo berharap mereka ngalah?"
Jihyo melepaskan genggaman tangan Jaehyun dari tangannya.
"Gue sayang sama lo, Jihyo" Jaehyun berujar lirih. Menunduk menatap rerumputan hijau dibawahnya.
"Ya. Dan gue juga sayang sama lo" sesegera mungkin Jaehyun mengangkat kepalanya. Menatap sosok Jihyo dari belakang.
"Kalo lo sayang sama gue, kenapa lo harus mundur?"
Jihyo membalikkan tubuhnya. Didepannya, Jaehyun menatap kosong. Matanya memerah dan tangannya mengepal erat.
"Kenapa lo berfikir ayah gak bakal mundur dan ngalah?"
Jihyo memiliki alasan itu. Jihyo tahu alasannya.
Sementara Jaehyun tak ingin melepas Jihyo. Ia tak ingin membiarkan gadis yang belakangan ini mengisi hari-harinya dengan indah pergi begitu saja.
Ayahnya, setelah merusak kehidupan bundanya kini merusak kehidupan asmara anak semata wayangnya.
"Jae, walaupun mereka mundur dan ngalah. Rasa bersalah masih ada di hati gue"
Jihyo mencoba menjadi dewasa, tapi Jaehyun menganggap Jihyo egois.
Ya. Jihyo memang egois, anggaplah begitu.
"Kenapa?!! Kenapa Jihyo?! Kenapa harus lo yang ngerasa bersalah?!" Rahangnya mengeras, rasa panas membakar seluruh tubuhnya.
Rasa emosi menyertai. Ia marah, kenapa harus Jihyo yang bertanggung jawab padahal gadis itu tak melakukan apa-apa?
"Lo egois Jihyo!"
"Lo gak mikirin perasaan kita, hubungan kita!"
"Memang nya apa hubungan kita?"
-Date-
Sejak awal, Jihyo bertekad. Ia tak ingin menangis didepan Jaehyun, ia tak ingin menjadi lemah dihadapan Jaehyun.
Ya, itu semua ia lakukan. Dan kini, gadis itu tengah meringkuk di atas toilet duduk. Keran terbuka dengan kencang, membiarkan bathtub terisi penuh.
Dibalik kencangnya suara keran mengalir, sebuah tangisan perlahan terdengar. Jihyo, perempuan yang memiliki banyak keceriaan kini menangis. Membiarkan air matanya keluar begitu saja.
Penyesalan mengukung hati, tubuh dan pikirannya. Rasanya begitu menyakitkan. Berpura-pura tegar dan melihat hancurnya Jaehyun.
Dan kini, waktu untuk dirinya hancur.
"Jihyo!"
Ia buru-buru menyeka air matanya. Meraih air untuk membersihkan wajahnya dari jejak-jejak air mata.
"Jihyo!"
"Ya, sebentar!"
Secara cepat, ia membuka pintu kamar mandi. Wanita dihadapannya menatap penasaran ke arah Jihyo.
"Udah lakuin apa yang tante suruh?"
-Date-