30 | Langgar

417 92 110
                                    


┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬

Dari manapun pikiran mengembara karena sifatnya yang berkedip-kedip dan tidak mantap, seseorang dengan pasti harus menarik pikirannya dan membawanya kembali di bawah pengendalian sang diri.

- Bhagavad Gītā (6.26)

┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬

┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬┴┬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahun-tahun sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Tahun-tahun sebelumnya...

"Gimana bisa seperti ini?" Raya menggenggam erat satu tangan adiknya. Menatap wajah Rasta yang tampak lebih pucat dari biasanya.

"Aku yang salah." Jawaban adiknya terdengar begitu lemah.

"Kamu gak lagi bohong kan?"

"Enggak. Emang salah aku." Suara serak dan mata sembab yang memerah itu dengan jelas memperlihatkan separah apa tangisan adiknya beberapa jam sebelumnya.

"Maaf..." Raya berujar pelan.

Rasta tersenyum. "Kenapa Mas minta maaf?"
Ia berusaha bergerak mendekati Raya tapi tak sanggup. Wajahnya menahan rasa sakit yang mendera hebat di bagian paha kanannya, lukanya masih terasa berdenyut ngilu, meski sudah tertutup.

"Maaf... gak ada di sana untuk menolong kamu." Raya bersuara serak. "Maaf..." Dirinya nyaris ikut menangis juga melihat separah apa darah yang mengotori seragam adiknya. Seragam putih yang berganti merah pekat. Rok biru yang sudah menggelap. Tampak mengerikan.

"Aku pikir kamu bakalan mati Ras."

Hening. Rasta memejamkan matanya. Dirinya juga berpikir demikian. Mati atau mungkin... diamputasi. Darah yang mengucur deras, membuat tubuhnya bergetar hebat. Rasa panas dan perih yang menusuk hingga ke tulangnya. Dan suara geraman yang ia yakin akan terus menjadi horor di dalam benaknya. Tapi dirinya selamat kan? Dirinya sendiri yang sudah lelah menjerit-jerit. Berteriak meminta pertolongan. Untung dirinya membawa gunting di dalam ranselnya. Hanya itu pertahanan diri yang ia miliki.

Rendezvous : Reaching You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang