00 | Yang Dipertemukan

3.4K 272 188
                                    


Ingatan adalah harta manusia yang sangat-sangat vital. Berharga, serupa harta karun yang menuntun manusia untuk terus mengarung kehidupan. Masa depan tidak akan berjalan dengan semestinya jika kamu kehilangan masa lalu, sebab sejarah di belakang sana adalah petunjuk untuk segala yang akan terjadi pada detik ini, esok dan seterusnya.
.




Gadis itu melangkahkan kakinya di sepanjang lantai keramik sebuah gedung perkuliahan. Ia bersenandung pelan. Matanya sesekali menatap layar ponselnya. Membuka pesan chat yang ia terima setengah jam lalu, tidak sadar kalau dirinya telah menjadi objek fokus banyak pasang mata di sepanjang koridor.

Ia berhenti sejenak, menyimpan ponselnya di saku celananya, kedua tangannya terangkat ke atas, meraih rambut panjangnya yang berwarna hitam legam seperti jelaga, menyisir rambut dengan jari-jari kurusnya dan mengikat rambutnya dengan pita berwarna merah di tangannya. Tindakannya itu tanpa maksud tertentu. Namun yang menatap sosoknya semakin menjadi-jadi. Gadis berkulit pucat itu kembali melanjutkan langkahnya. Kali ini ia tersenyum, bibir merekah berwarna merah alami tanpa polesan lipstick itu tentunya juga sangat memikat siapapun yang melihatnya.

"Rasta!" Seseorang menyerukan namanya. Senyum si gadis melebar, kedua netranya hitam pekat. Dinaungi sepasang alis tegas sehitam bulu gagak. Kontras dengan kulitnya yang sangat putih. Tampilan dirinya memiliki aura yang begitu memikat, indah sekaligus juga... menakutkan.

Menawan. Dirinya indah. Seperti angsa putih. Seperti salju. Seperti mutiara. Pucat. Berbahaya. Dan sangat memikat.

"Belin!" balasnya pada sosok yang tadi meneriaki namanya.

Ya Tuhan. Apalagi kali ini?

Sosok yang dipanggil terakhir namanya itu sukses membuat bola mata mereka yang sejak awal menyaksikan si gadis salju, mencelat keluar.

Rabelin Sava. Sang Bidadari. Julukan yang berhasil ia dapatkan lantaran kecantikannya membuat heboh satu angkatan sejak hari pertama ospek. Garis wajah yang sempurna, lekukan tubuh yang sangat proposional, hidung mancung, sepasang mata yang sangat menggoda dikelilingi bulu lentik, dan bibirnya yang seperti kelopak bunga mawar. Membuat gemas kaum adam di kampus mereka. Tidak hanya soal fisik, gadis itu –Belin, punya tutur kata lembut dan bertata krama. Sangat sopan dan santun, sangat ramah dan yang paling membius orang-orang adalah senyum manisnya.

Damage! High damage! Kecantikan yang sungguh keterlaluan!

Dan seolah itu semua belum cukup, setelah kegiatan ospek berakhir, mereka diberi satu kejutan. Ternyata Si Bidadari punya sahabat dekat sejak di SMA, dan yaa..... itu sahabatnya! Si putri salju yang menawan dengan aura dingin namun sangat... sangat amat memikat.

"Gila FMIPA jauh banget sih, Bel." Rasta berkata dengan wajah kelelahan, padahal berkeringat setetes pun tidak.

Belin terheran-heran. "Lah.. kan tadi gue udah bilang, biar gue aja yang nyamperin lo ke Fakultas Komunikasi. Dan lagi, lo jalan kaki ke sini?" tanyanya, "mobil lo mana???"

"Dipinjem Mas Raya. Ntar kalau pulang dia jemput kita, Bel," jawab Rasta.

"Kita pulangnya nebeng Daca aja gimana? Gak usah minta jemput kakak lo. Sekalian kenalan sama cowok gue," ajak Belin meskipun sudah sangat paham bagaimana kakak sahabatnya.

Rasta menggeleng. "Lo tau kan kakak gue kayak gimana? Gue males ribut. Bisa gak tenang acara pajamas party kita ntar malem."

Nah kan betul, batin Belin. Jika sudah menyangkut Augion Raya, kakak kesayangan yang sangat protektif, Rasta tidak akan bisa dibujuk.

"Yaudah kalau gitu. Mau gak mau nunggu Mas Raya jemput," sahut Belin.

Rasta mengangguk. "Oh iya gue belom dikenalin. Cecunguk mana nih yang kali ini beruntung dapetin hati lo?"

Rendezvous : Reaching You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang